Walaupun sangat gopoh tetapi Gin Liong tak berani melarikan kudanya keras2. Setelah keluar dari pintu utara. Malampun makin gelap, rembulan mulai muncul.
Beberapa saat kemudian, ia masih belum melihat bayangan Lan Hwa. Yang tampak disebelah muka hanya gunduk2 perumahan dan pedesaan, Diam2 ia meragu apakah keliru arahnya.
Tiba2 ia mendengar suara ringkik kuda dari sebelah barat kota Hong-shia. serentak berserulah ia: "Kuda hitam kaki putih...!"
Serentak ia larikan kuda hitam mulus kearah tempat itu, beberapa waktu kemudian, ia tiba dijalan yang merentang ke arah barat.
Jalan itu sunyi senyap, Kuda hitam mulus jari secepat angin, Kota Hong-shia pun sudah tertinggal jauh beberapa li dibelakang.
Memandang kemuka, tampak gunung Mo-thian-san menjulang tinggi ke langit. Diam2 Gin Liong heran mengapa Mo Lan Hwa mendaki ke gunung itu.
Setengah jam kemudian, kaki gunung Mo-thian-san sebelah timur hanya sejauh tiga li jauhnya.
Dikaki gunung itu terbentang sebuah hutan batu yang berbentuk aneh. Pohon siong yang pandak dan pohon2 lain yang gundul daunnya. Tetapi Lan Hwa tak tampak sama sekali.
Menyadari bahwa gunung Mo-thian-san itu menjadi sarang dari ketujuh persaudaraan Tio, diam2 Gin Liong meningkatkan kewaspadaan.
Jalanan menyusur sepanjang kaki gunung, melingkar ke selatan. Kuda bulu hitam masih keras larinya dan tak tampak letih.
Tiba2 di sebelah muka jalan. muncul beberapa benda hitam.
"Apakah kawanan anak buah Mo thian-nia sedang meronda!" pikir Gin Liong.
Ketika terpisah setengah li, barulah Gin Liong tahu bahwa benda2 hitam ini ternyata beberapa orang yang tengah bergegas menempuh perjalanan. Mereka orang2 desa yang hendak menuju ke kota.
Gin Liong hentikan kuda, bertanya seraya memberi hormat.
"Tolong tanya, apakah paman sekalian berpapasan dengan seorang nona baju merah menunggang seekor kuda bulu hitam ?"
Orang2 itu menggelengkan kepala, Salah seorang yang berumur tua, menjawab: "Kami orang desa setiap pagi tentu pergi ke kota. Sejak tadi tak pernah melihat nona itu."
"Aneh, kemanakah gerangan perginya?" gumam Gin Liong seorang diri.
Tiba2 angin malam sayup2 seperti mengantar lengking bentakan orang marah, Dan sesaat kemudian terdengar gemerincing suara senjata beradu.
Gin Liong cepat berpaling memandang kearah suara itu. Tetapi kaki gunung sebelah timur tetap sunyi senyap, Hanya pohon2 siong yang bergoncang tertiup angin.
"Apakah karena hendak bersembunyi nona itu telah kesasar masuk kedaerah terlarang dari kawanan gunung Mo-thian-nia dan kepergok dengan anak buah mereka lalu bertempur?" kembali Gin Liong menimang-nimang.
Segera ia larikan kudanya menyusur jalan kearah suara itu. Tiba2 ia mendengar ringkik kuda berkumandang makin jelas, Asalnya dari kaki gunung sebelah timur laut.
Gin Liong segera memacu kudanya dan larilah kuda hitam mulus itu secepat angin.
Dari ujung gunung sejauh beberapa li, seekor kuda hitam mencongklang menuju kearah Gin Liong.
Melihat kuda hitam itu, kuda Gin Liong serentak melonjak keatas lalu mencongklang lebih cepat, Gin Liong girang sekali karena tahu bahwa kuda hitam yang mendatangi itu adalah kuda Kay-swat atau kuda hiiam kaki putih.
Cepat ia hendak berteriak memanggil Lan Hwa tetapi secepat itu pula ia batalkan maksudnya karena melihat bahwa yang berada diatas kuda hitam kaki putih itu jelas bukan Lan Hwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Tanduk Naga - Sin Liong
General FictionIa menulis dalam sebuah buku, kemudian berseru melayangkan pengumuman lagi: "Pertandingan selanjutnya antara kepala cabang di kota Tiang-siu, Busur Emas Peluru Perak Long Thocu, melawan ketua cabang dari Kong-ciu yang Tongkat Besi Tua Cia Thocu." Pa...