28. Kitab Pusaka Ilmu Pukulan

1.9K 28 0
                                    

Kedua orang itu cepat tertawa keras menukas ucapan Gin Liong, sudah tentu Gin Liong marah.

"Soal itu mengapa perlu engkau seorang budak kecil yang harus memberi nasehat? Sudah lima puluh tahun lamanya entah sudah berapa ribu kali kudengar ucapan2 kosong semacam itu," seru kepala pulau Cui-leng-to.

Sepasang gundu mata Long Ya cinjin berkeliaran seperti teringat sesuatu lalu tertawa parau.

"Budak kecil, ketahuilah, kenal pada gelagat dan dapat mengetahui suasana, barulah dapat menjadi seorang gagah, Engkau budak, jika mau mengangkat aku sebagai guru dan menyerahkan kaca wasiat itu, kita guru dan murid dapat ber-sama2 mempelajari ilmu sakti yang tertera pada kaca wasiat itu. Kelak tentu akan menguasai dunia persilatan..."

Belum Long Ya cinjin selesai berkata, Cui-leng-to-cu sudah tertawa gelak2, serunya:

"Tua bangka, pikiranmu sungguh murni sekali, ucapanmu pun enak didengar. Apakah engkau tak tahu bahwa aku memang bermaksud hendak mengambil budak itu sebagai murid pewarisku!"

Mendengar kedua orang itu seenaknya sendiri mengoceh tak keruan hendak mengambil dirinya sebagai murid, marahlah Gin Liong. ia kecewa dan putus asa. Untuk menasehatkan kedua orang itu tak ubah seperti meniup seruling nafiri dihadapan seekor kerbau belaka.

Seketika meluaplah kemarahan Gin Liong dan serentak iapun maju menghampiri

Tanpa menghiraukan Cui-leng-to-cu lagi, Long Ya cinjin terus berseru lagi kepada Gin Liong:

"Berhenti engkau! Engkau harus tenang dan jangan gugup, Kita berdua tentu dapat membasmi anjing tua dari Cui-leng-to itu."

Sudah tentu marah Cui-leng-to-cu bukan kepalang sehingga rambutnya meregang tegak, dengan meraung keras ia segera menampar muka Long Ya cinjin.

Rupanya Long Ya cinjin sudah bersiap. sesaat Cui-leng-to-cu menggerakkan tangan, iapun cepat mendahului untuk menutuk perutnya. Oleh karena jelas kedua tokoh itu hendak saling membasmi maka setiap gerak yang dilancarkan tentu merupakan jurus maut yang mengerikan.

Tiba2 terdengar suara ayam berkokok, Gin Liong menyadari bahwa hari segera akan terang tanah, ia harus lekas2 kembali ketempat Suma Tiong, kalau tidak Yok Lan dan kawannya tentu akan bingung mencari dirinya.

"Hari segera terang tanah, aku masih mempunyai lain urusan tak dapat menemani kalian lagi." serunya kepada kedua tokoh yang sedang bertempur itu, kemudian ia terus berputar tubuh dan lari ke luar lembah.

"Hai, budak, jangan lari tinggalkan kaca itu." kedua tokoh itu berhenti bertempur dan berteriak seraya loncat berhamburan mengejar Gin Liong, Begitu tiba di tanah, mereka melambung ke udara lagi dan tiba lima tombak dibelakang Gin Liong.

Ketika berpaling, terkejutlah Gin Liong. ia segera kerahkan tenaga untuk mempercepat larinya. Tetapi kedua lokoh durjana itu tak mau melepaskan Gin Liong, Merekapun tancap gas untuk mengejar

Sesaat Gin Liong berpaling, tampak Long Ya cinjin dengan memegang kabut hudtim dan pedang berputar melayang di udara lalu meluncur kearah Gin Liong. Sambil meluncur, cinjin itu membentak, "Hai budak, tinggalkan batok kepalamu !"

Gin Liong makin marah, ia hendak mempertunjukan kepada cinjin itu bahwa ia dapat lari lebih cepat, ia kerahkan tenaga dalam lagi untuk merubah dirinya menjadi segulung asap yang menderu-deru meluncur keluar lembah.

Long Ya cinjin terkejut dan meluncur turun, Cui-leng-tocu pun kesima, laju larinya menurun dan orangnya pun segera berhenti. Hanya segulung asap warna kuning yang meluncur ke mulut lembah dan pada lain saat pemuda itupun sudah lenyap dari pandang mata.

Gin Liong menggunakan ilmu lari Angin-puyuh yang hebat, setelah mendaki puncak dan melintasi hutan, beberapa saat kemudian ia tiba disebuah tanah datar. Ketika berpaling, ia tak melihat kedua pengejarnya lagi. Segera ia percepat larinya menuju ke desa tempat kediaman Suma Tiong,

Pedang Tanduk Naga - Sin LiongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang