Tiba2 si jelita mengerang pelahan dan memeluk Gin Liong, lalu susupkan kepalanya ke dada pemuda itu dan terisak-isak. Sudah tentu Gin Liong makin gugup. ia belas memeluk Li Kun dan duduk disampingnya.
"Cici, engkau...?" serunya tetapi ia tak tahu bagaimana harus menghiburnya.
"Adik Liong..." hanya sepatah kata yang Li Kun dapat mengatakan karena ia terus memeluk pemuda itu makin erat.
Gin Liong makin resah, Bukan ia tak tahu bagaimana perasaan si jelita kepadanya, tetapi bayangan sumoaynya yang halus pendiam bagai seorang dewi, selalu memenuhi kalbunya. Tak pernah sedetik pun ia dapat melupakan.
Apalagi suhunya pernah memberi pesan bahwa asal usul Ki Yok Lan itu sangat menyedihkan sekali maka Gin Liong supaya berusaha melindunginya. Begitu pula berulang kali suhunya secara halus memberi petunjuk kepada Ki Yok Lan bahwa hendaknya Ki Yok Lan kelak dapat menganggap sebagai suami isteri dengan Gin Liong.
Teringat akan hal itu, tergetarlah hati Gin Liong, ia menunduk memandang wajah Tio Li Kun Tampak wajah jelita itu berlinang air mata sehingga menimbulkan rasa sayang, Tanpa terasa Gin Liong segera mengusap air mata nona itu, Tetapi air mata sijelita laksana sumber air yang terus menumpah tak henti-hentinya.
Saat itu pikiran Gin Liong sudah sadar, ia tak boleh menyiksa perasaan Li Kun lebih lanjut. Tetapi ia tak sampai hati untuk menolaknya secara getas, ia tak ingin menjadi pembunuh hati anak gadis.
Akhirnya ia memutuskan hendak memberi penjelasan secara halus, Bahwa ia sangat mengindahkan Tio Li Kun tetapi terpaksa tak dapat menerima cintanya, Pada saat dia hendak mengatakan tiba2 ia kehilangan faham tak tahu bagaimana harus memulai.
Tetapi pada saat itu Tio Li Kun sudah tak kuat menahan gejolak hatinya . . Pelahan-lahan ia ajukan kepalanya, menyongsongkan sepasang bibir yang semerah bunga mawar.
Gin Liong gugup: "Cici, jangan . . "
Tiba2 mulut Gin Liong tak dapat melanjutkan kata2 karena mulutnya tertutup oleh sepasang bibir si jelita, semangat Gin Liong serasa terbang melayang-layang ke suatu alam yang belum pernah ia nikmati sepanjang hidupnya.
Demikian sepasang muda mudi yang sedang dimabuk asmara itu telah terbuai dalam lautan sari madu, Keduanya telah tenggelam kedasarnya....
Badai dan gelombang masih mengamuk dilautan. Bahkan makin dahsyat, sedahsyat itu pula badai yang melanda kehangatan cinta dan kedua muda mudi itu.
Beberapa saat kemudian tiba2 terdengar suara helaan napas, Gin Liong terkejut, Segera ia meletakkan tubuh Li Kun terus loncat keluar ruang. Tetapi kehadaan di perahu itu tetap sunyi senyap Kamar Mo Lan Hwa dan Tek Cun tetap kosong tiada orangnya.
Gin Liong terus menuju kegeladak, Tiba2 ia hentikan langkah dan merapat pada papan.
ia melihat Mo Lan Hwa dan Tek Cun berdiri pada pintu ruang perahu dan tengah memandang ke laut, Tek Cun kerutkan alis dan menengadah memandang kelangit.
Tiba2 kedengaran Mo Lan Hwa menghela napas serunya rawan:
"Engkoh Tek Cun, harap jangan bersedih Mo Lan Hwa takkan melupakan perasaan hatimu yang tertumpah kepadaku, Sejak saat ini aku pasti akan menganggapmu sebagai engkohku sendiri."
Tek Cun juga menghela napas.
"Kuharap engkaupun jangan bersedih. Kurasa Liong-te pasti akan mencintaimu dengan segenap hati."
Mo Lan Hwa gelengkan kepala.
"Ah, tak mungkin, Dalam pandangannya, aku ini seorang gadis yang manja dan liar, Kesan yang kuberikan kepadanya memang kurang baik", katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Tanduk Naga - Sin Liong
Ficción GeneralIa menulis dalam sebuah buku, kemudian berseru melayangkan pengumuman lagi: "Pertandingan selanjutnya antara kepala cabang di kota Tiang-siu, Busur Emas Peluru Perak Long Thocu, melawan ketua cabang dari Kong-ciu yang Tongkat Besi Tua Cia Thocu." Pa...