36. Melarikan Diri

1.6K 27 0
                                    

Ternyata salah seorang yang bertempur itu seorang wanita yang berpakaian merah menyala dan lawannya seorang paderi tua berjubah kelabu.

Gerakan wanita baju merah itu luar biasa anehnya, berlincahan bagai kupu2 hinggap di bunga, Dengan sepasang tangan ia menghadapi serangan tongkat si paderi, Tampaknya wanita itu belum mengeluarkan seluruh kepandaiannya.

Paderi itu juga bukan tokoh yang lemah, Tongkatnya menyambar-nyambar laksana halilintar, dahsyatnya bukan kepalang, tetapi tetap ia tak dapat merubuhkan wanita yang memiliki gerakan luar biasa itu.

Gin Liong mendapat kesimpulan bahwa sesungguhnya wanita itu memang sengaja hendak mempermainkan kawannya. Marahlah Gin Liong, ia hendak bertindak tetapi segera ia teringat akan peringatan Ik Bu It kepada nenek Ban tadi, Terpaksa ia tak menghentikan kudanya,

Tetapi ketika makin dekat, makin jelaslah ia siapa paderi itu, serentak berubahlah wajahnya dan segera ia berseru nyaring: "Berhenti!"

Kuda terus diarahkan ketempat pertempuran. Bentakan Gin Liong amat kuat sekali sehingga kedua orang yang bertempur itupun berhenti karena terkejut.

Yok Lan pun segera dapat mengenali paderi itu, seketika wajahnya berubah dan terus berseru rawan: "Sam-sucou!" ia pun larikan kudanya menghampiri.

Saat itu Gin Liong sudah tiba dan terus loncat dari kuda lalu lari kearah paderi tua.

Melihat Gin Liong, paderi tua itu merah mukanya. ia menuding wanita baju merah dan berseru: "Liong-ji, inilah Ban liong liong-li yang telah membunuh gurumu."

Gin Liong hentikan langkah dan tertegun Yok Lan pun tiba lalu lari menghampiri paderi tua itu seraya menangis dan memanggilnya sebagai sam-sucou atau kakek guru yang ketiga.

"Siau siauhiap, hati-hatilah, Wanita itu adalah Ceng Jun sian-ki!" tiba2 nenek Ban isteri Ik Bu It berseru.

Gin Liong terkejut dan menyadari mengapa para penonton tak berani menyaksikan dari dekat. Dilain pihak, sam-sucounya itu belum pernah melihat Ban Hong Liong-li. Dia tentu salah duga. Kiranya pada hari setelah Liau Ceng taysu terbunuh, sam-sucounya menghilang dari gunung karena marah, ia hendak menuju ke daerah Biau untuk membuat perhitungan dengan Ban Hong Liong-li.

Sejak kecil Yok Lan memang disayang oleh sam-sucounya. Maka dara itu menangis ketika bertemu dengan sam-sucounya.

Saat itu Ik Bu It, nenek Ban dan Siu Ngo sudah loncat turun dari kuda, Dan nenek Ban pun segera membentak: "Siluman rase engkau cari mampus . . !"

Ia memutar tongkat kepala burung hong lari menerjang wanita baju merah itu.

Gin Liong cepat tersadar untuk menutup pernapasannya, Diam2 ia kerahkan tenaga dalam apakah telah terkena racun. Dilihatnya pula mulut Ceng jun sian-ki mengulum senyum, sebelah tangannya yang putih mengulap ke janggut, sikapnya seperti hendak melepas racun.

Ceng Jun sian-ki atau Dewi Musim Semi itu baru berusia 25-27 tahun. Memiliki kecantikan wajah yang dapat menjatuhkan iman seorang dewa dan potongan tubuh yang menggiurkan. Dia benar2 seorang insan yang diberkahi dengan kecantikan seperti seorang dewi, Diam2 Gin Liong heran mengapa sam sucounya sampai salah menduganya sebagai Ban Hong Liong-li.

Melihat nenek Ban mengamuk, Ceng Jun sianki tenang saja, Bahkan malah tertawa mengikik,

"Hai induk kukuk-beluk, mukamu seperti ayam, matamu seperti tikus, Benar2 menakutkan orang!" serunya, sambil berputar-putar seperti angin puyuh.

Sudah tentu nenek Ban marah sekali sehingga gerahamnya sampai bercaterukan: "Ketahuilah, waktu muda aku secantik bidadari, tak kalah dengan wajahmu yang seperti siluman rase itu."

Pedang Tanduk Naga - Sin LiongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang