24. Kaca Wasiat Membutakan Mata

1.7K 30 0
                                    

Baik Hok To Beng maupun Dewa Pemabuk berobah wajahnya seketika. Mereka menganggap peristiwa pembunuhan itu akan menimbulkan akibat besar, Partai Kiong-lay-pay pasti akan mencari balas kepada Swat-thian Sam-yu.

Tidak demikian dengan Gin Liong. pemuda itu tak puas melihat kekuatiran kedua tokoh itu. Sejenak ia keliarkan pandang kearah sosok2 mayat yang menjadi korban keganasan keempat imam tua dari Kiong-lay-pay itu.

Baru ia hendak berkata, tiba2 Hong-tian-soh pun sudah berteriak keras lagi: "Hai, masih ada seorang kurcaci tua lagi!"

Habis berkata ia terus mengangkat tongkat bambunya hendak dikemplangkan ke kepala imam kurus yang tengah bertempur dengan orang yang berpakaian hitam tadi.

Kali ini Hok To Beng berbangkit dan berteriak marah: "Hai, sinting, itu Ceng Cin tianglo dari Kong-tong-pay !"

Mendengar itu imam kurus terkejut Cepat menggembor keras dan menyelinap kesamping. Ketika berpaling kejutnya bukan kepalang, Cepat2 ia ayunkan kebut hud-timnya.

"Bagus, ha, ha, ha," teriak Hong-tian-soh yang tanpa merobah gerak jurusnya, tetap ayunkan tongkat bambu mengemplang kepala imam itu.

Waktu mengetahui bahwa yang menyerangnya itu si sinting dari Swat-thian Sam-yu, berobahlah wajah Ceng Cin tianglo, ia tahu bahwa jurus Pang-ta-lian-hoa yang dimainkan tokoh sinting itu penuh perobahan yang sukar diduga. Dengan menggembor keras. Ceng Cin segera buang tubuhnya bergelundungan ke tanah dengan ilmu Kiu-te-sip-pat-kun.

Rupanya Hong-tian-soh tak mau mengejar. Berpaling memandang kearah lelaki baju hitam yang masih tegak terlongong. ia membentak:

"Karena bertempur mati-matian di tempat ini, engkau tentu bukan manusia baik!"

Habis berkata orang sinting itu terus ayunkan tongkat bambunya, kepinggang orang.

Karena hendak diserang, lelaki baju hitam itu pun menangkis dengan goloknya, Melihat itu Gin Liong cepat berteriak:

"Hong koko, dia bukan..."

Tetapi belum selesai Gin Liong berseru, golok lelaki baju hitam itupun sudah mencelat ke udara, Untung karena mendengar peringatan Gin Liong, Hong-tian-soh segera hentikan tongkatnya, Memandang kepada orang itu ia tertawa mengekeh lalu berputar tubuh dan melangkah ke tempat Mo Lan Hwa lagi dan berjongkok. Rupanya sayang sekali dia akan sumoaynya.

Saat itu Dewa pemabuk berhasil mendapat sebuah botol kecil dari kumala putih, Setelah menuangkan pil dari botol itu, terus disusupkan ke mulut Mo Lan Hwa.

Tek Cun pun sudah kuat berdiri tetapi semangatnya masih lelah, Dalam kesempatan itu Hok To Beng suruh Gin Liong berkenalan dengan Dewa Pemabuk, Demikian pula dengan Tio Li Kun dan Tek Cun.

Ternyata Swat-thian Sam-yu juga naik perahu bersamaan waktunya dengan Gin Liong, Tetapi karena penumpangnya banyak, perahu agak pelahan jalannya hingga Gin Liong dan rombongannya tiba lebih dulu setengah jam.

Jago2 persilatan dari berbagai aliran makin banyak tiba di tempat itu, Tetapi mereka tak berani mendekat dan hanya berdiri dua puluh tombak jauhnya, Mereka kasak kusuk dengan kawan2nya. Dengan munculnya Swat-thian Sam-yu di tempat itu, tak seorang pun yang berani melanjutkan perjalanannya kemuka.

Sejenak memandang kesekeliling, Hok To Beng kerutkan dahi, lalu bertanya kepada Gin Liong: "Orang tua itu mengapa tak tampak ?"

Memandang kearah cermin pusaka di tengah telaga, Gin Liong juga menyatakan keheranannya: "Sejak kami datang, orang tua itu tak pernah kelihatan."

"Lalu siapa yang membunuh korban2 itu ?" seru Hong-tian-soh seraya memandang sosok2 mayat yang berserakan di tanah,

Gin Liong kerutkan alis, Tiba2 ia teringat akan kematian Ma Toa Kong.

Pedang Tanduk Naga - Sin LiongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang