12. Tabung Tembakau Emas

2K 36 0
                                    

Dengan kerahkan seluruh tenaga mereka serempak menghantam. Angin pukulan mereka menimbulkan desus prahara dan deru yang dahsyat, berhamburan melanda Gin Liong.

Melihat serangan kedua bekas suhengnya itu, Mo Lan Hwa terkejut dan tanpa disadari ia menjerit kaget.

Gin Liong memang baru pertama kali itu keluar dari gunung, walaupun ia sudah mendapat pengalaman dari latihan berkelahi, tetapi ia tak tahu akan keadaan dunia persilatan yang penuh bahaya.

Cepat ia hentikan tawanya lalu gerakkan kedua tangannya menyongsong serangan lawan.

Tetapi sebelum tenaga pukulannya berkembang, pukulan dahsyat dari kedua iblis itu sudah melandanya. Bum . . .! angin menderu dahsyat, salju bertebaran keempat penjuru.

Gin Liong terhuyung-huyung sampai tiga langkah kebelakang. Tiba2 Ceng Mo loncat menerjang hamburan salju dan dengan menggembor sekuatnya, ia menghantam lagi Gin Liong yang belum berdiri tegak.

Bum .. .!

Terdengar letupan keras dan kedua orang itupun tercerai, terhuyung-huyung. Melihat itu Jin Mo pun tak mau memberi kesempatan ia enjot tubuhnya kemuka dan lontarkan sebuah hantaman kepada Gin Liong.

Dengan menggeram marah, Gin Liong cepat loncat mundur sampai tiga tombak jauhnya.

Mo Lan Hwa melengking kaget. Cepat ia memutar pedang untuk menusuk tengkuk Jin Mo.

Pada saat Jin Mo terkejut karena sosok bayangan kuning (Gin Liong) yang berada dihadapannya itu menghilang, tiba2 dari belakang ia merasa disambar oleh setiap angin yang dingin. Cepat ia memekik dan tundukkan kepala lalu berjongkok ke tanah.

Sret . . . . mantel hitam dari Jin Mo telah tertusuk robek oleh ujung pedang Mo Lan Hwa.

Jin Mo terkejut. Dengan gunakan jurus Keledai-malas-bergelundungan, dia terus berguling-guling ke tanah sampai dua tombak jauhnya. Kemudian cepat ia melenting bangun lagi, wajahnya pucat lesi, keringat dingin bercucuran.

Ceng Mo yang beradu pukulan dengan Gin Liong dan terhuyung-huyung pun segera berdiri tegak. Kedua iblis saling bertukar pandang lalu serempak mencabut pedang dan terus menyerang Mo Lan Hwa.

"Bunuh dulu budak perempuan ini, baru budak laki itu!" seru mereka.

Jin Mo gunakan jurus Pok-hun-kiau-jit atau Menyiak-awan-melihat-matahari. pedangnya berhamburan mencurah ke arah leher si nona.

Sedang Ceng Mo memainkan jurus Hek-ie-jong-liong atau Naga-hitam-mendekam-ditanah, Ujung pedangnya melilit-lilit, menusuk kaki Mo Lan Hwa.

Mo Lan Hwa melengking seraya ayunkan pedangnya kekanan kiri, membentuk sebuah lingkaran sinar untuk menyambut serangan kedua lawan.

"Berhenti!" tiba2 dari arah tiga tombak jauhnya terdengar suara bentakan menggeledek.

Jin Mo terperanjat dan buru2 hentikan serangannya seraya menyurut mundur beberapa langkah.

Kedua iblis itu serempak berputar tubuh ke belakang lalu memandang kemuka. Mereka terkesiap ketika melihat wajah Gin Liong memancar hawa pembunuhan dan tengah melangkah menghampiri. Tangan pemuda itu mencekal sebatang pedang bersinar merah berkilau, Mirip dengan senjata pusaka dari Ban Hong Liong-li dahulu.

Ternyata yang berseru menyuruh kedua iblis itu berhenti, bukan lain adalah Mo Lan Hwa sendiri. Melihat pedang Gin Liong, walaupun tak tahu asal usul pedang itu tetapi ia percaya tentu sebuah pusaka yang hebat.

"Kawanan tikus buduk, menyerang secara gelap bukan laku seorang gagah . . . ." sambil melangkah maju, Gin Liong memaki.

Kedua iblis itu berobah wajahnya, Tubuh mereka gemetar keras, cepat mereka menukas dengan menghambur tawa kemarahan. Tawa yang disaluri dengan tenaga dalam hebat sehingga Mo Lan Hwa sampai mendekap telinganya.

Pedang Tanduk Naga - Sin LiongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang