Tetapi Gin Liong tak mau memberi kelonggaran lagi.
Sret, sret, sret, ia maju dan menabas tiga arah, alis, lutut kaki dan menusuk perut. Gerakan yang dahsyat dari pedang Tanduk Naga itu diiring dengan deru angin yang keras.
Long Ya cinjin men-jerit2 seraya berlincahan menghindar kian kemari. Tetapi ia tampak sibuk sekali dan terdesak mundur.
Setelah dapat menguasai lawan, Gin Liong memperkembangkan permainan pedangnya makin gencar, Membabat, menusuk dan menabas. Gerak pedangnya tak ubah seperti arus sungai yang mengalir tiada putus2nya.
Long Ya cinjin hanya mengandalkan kelincahan untuk bertahan diri, kecongkakannya lenyap, tubuhnya mandi keringat.
Saat itu kaki Gin Liong kebetulan akan membentur mayat kepala pulau Cui-leng-to. Dia harus berkisar kesamping, pada saat ia melakukan gerak mengitar itu, pedangnya pun agak lambat.
Kesempatan itu tak di-sia2kan Long Ya cinjin, cepat ia lancarkan serangan. Sinar pedang hitam bertaburan mengarah dada dan perut Gin Liong.
Keduanya sangat hati2 sekali kepada pedangnya, Maka mereka tak mau membenturkan pedang dengan pedang lawan karena kuatir akan merusakkan pedang pusakanya. Oleh karena itu maka Gin Liong pun terpaksa harus mundur.
Walaupun dalam ilmu pedang, Li Kun telah mendapat gemblengan dari Bong-san loni tetapi ia belum pernah menyaksikan pertempuran pedang yang sedemikian dahsyatnya, Diam2 ia mengakui bahwa ia masih kalah dengan Long Ya cinjin.
Sementara Yok Lan yang mengikuti jalannya pertempuran itu, hatinya gelisah sekali sehingga tangannya berkeringat. ia sudah dapat mengetahui kelemahan dari ilmu pedang Long Ya cinjin jika dilawan dengan ilmu pedang ajaran Huan Ho sian-tiang, seharusnya tangan kanan Long Ya tadi sudah terpapas kutung, ia gelisah karena saat itu ia tak mempunyai pedang.
Tiba2 terdengar Gin Liong memekik keras dan pedang Tanduk Naga menghindar kesamping untuk sengaja membuka sebuah lubang kelemahan.
Sudah tentu Long Ya cinjin tak mau mensia-siakan kesempatan itu, bagaikan kilat menyambar, pedang Oh-bak-kiam segera menusuk perut pemuda itu.
Gin Liong menggembor keras dan tahu2 pedang Tanduk Naga sudah tiba dileher lawan, Gerak lingkaran pedang itu bukan olah2 cepatnya sehingga Long Ya cinjin menjerit kaget dan meluncur mundur.
"Cret . . . ." secarik jubah yang terbuat dari sutera biru terbabat rompal, serentak dengan jurus Sun-cui-hui-coh pula maka Gin Liong pun menusuk dada cinjin itu.
Kali ini Long Ya cinjin rasakan semangatnya benar2 seperti terbang. Dengan memekik keras ia tabaskan pedangnya, Dalam keadaan terdesak seperti saat itu, ia nekad hendak mengadu pedang.
Gin Liong tahu maksud orang, ia tertawa keras, mengendapkan pedang Tanduk Naga dan sekonyong-konyong terdengarlah jerit Long Ya cinjin yang nyaring dan ngeri.
Sinar hitam dari pedang Oh-bak-kiam pun lenyap, pedang itu terlempar ke udara karena tangan kanan Long Ya terbabat kutung.
Tetapi Gin Liong sudah terlanjur mengumbar kemarahan. Sekali pedang Tanduk Naga berputar lagi maka batang kepala Long Ya cinjin pun terlepas dari tubuhnya, dan darah merah yang menyembur keras.
Sambil mengawasi tubuh Long Ya cinjin yang masih berkelejotan, teringatlah Gin Liong akan kata2 orang tua kurus di gunung Hok-san tempo hari.
"Dalam keadaan terpaksa membunuh orang, mungkin engkau tak dapat menghindari lagi."
"Adik Lan," tiba2 Li Kun berseru gembira, "engkau yang ambil pedang di tegalan dan aku yang akan mengambil kerangkanya di tubuh imam jahat itu."
Yok Lan melesat ke tegal untuk menjemput pedang Oh-bak-kiam yang sudah menancap hampir masuk semua ke dalam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Tanduk Naga - Sin Liong
General FictionIa menulis dalam sebuah buku, kemudian berseru melayangkan pengumuman lagi: "Pertandingan selanjutnya antara kepala cabang di kota Tiang-siu, Busur Emas Peluru Perak Long Thocu, melawan ketua cabang dari Kong-ciu yang Tongkat Besi Tua Cia Thocu." Pa...