21. Mabuk Laut

1.8K 33 0
                                    

Setitikpun Hek-bu-siong tak mengira wanita itu memiliki permainan pedang yang sedemikian cepat dan aneh. Dengan memekik aneh ia segera menyurut mundur sampai setombak.

Sam-soh tidak mau mengejar melainkan memandang Hek-bu-siong seraya mendampratnya:

"Tadi di gunung sebelah muka sudah kuampuni jiwamu, sekarang engkau masih berani unjuk tingkah lagi."

Kemudian wanita itu beralih memandang pada Rajawali-gundul dan berseru:

"Ah, tak kira Pat-koay dari gunung Thiat-san yang begitu termasyhur ternyata hanya kawanan manusia yang tak berguna !"

Lo-koay Rajawali-gundul pucat wajahnya, Karena menahan kemarahan gerahamnya sampai bergemerutukan. sedangkan ji-koay si Naga-mata-satu menengadahkan muka, tertawa geram:

"Perempuan hina yang bermulut lancang, aku hendak menguji sampai dimanakah kepandaianmu itu!"

Habis berkata ia terus putar golok bianto dan menyerang maju.

"Ji-te, kembalilah!" cepat Rajawali-gundul mencegah. ia tahu bahwa kekuatan pihak lawan lebih unggul.

Naga-mata-satu hentikan langkah, Dengan mendengus geram ia memandang kearah Gin Liong dan kawan-kawannya.

Toa-soh atau taci ipar yang paling besar, tertawa hambar, serunya: "Lo-koay, mengapa engkau begitu marah, Kalau tidak karena beberapa saudaramu bermata keranjang merampas wanita, sekali pun engkau mengirim undangan, belum tentu kami akan datang ke gunung Thiat-san ini, apalagi bermaksud hendak merebut markasmu."

Lo-koay atau Pat-koay nomor satu, deliki mata: "Siapa yang kami rampas? Apa buktinya? Dimanakah orang itu?"

"Mau bukti? ikutlah aku!" teriak Gin Li-ong yang tak kuasa lagi menahan kemarahannya ia terus mendahului lari kemuka, Tio Li Kun dan kawan segera mengikutinya.

Melihat itu terpaksa Lo-koay dan kawan-kawannya pun segera menyusul.

Saat itu api makin besar sehingga langit seolah berobah merah warnanya. Anak buah gunung Thiat-san menjerit-jerit hiruk pikuk namun tak berdaya untuk menolong hancurnya lima deret bangunan gedung besar dari bahaya api.

Setelah keluar dari markas, Gin Liong lari menuju ke tenggara dan dalam beberapa kejab tiba dibawah puncak gunung, ia segera mendaki ke atas puncak.

Lo-koay berlima berusaha untuk mendahului mencapai puncak, Mereka hendak menggerakkan alat2 rahasia untuk mencelakai kawanan anak muda itu, Tetapi ternyata kalah cepat. Gin Liong dan kawan2 sudah tiba lebih dulu di puncak yang merupakan hutan pohon siong dan hutan bambu, Hutan2 itu pun telah dimakan api. Gin Liong, Tio Li Kun dan Mo Lan Hwa menerjang ke hutan itu, Pada sebuah batu besar, mereka menemukan lima orang baju hitam terkapar malang melintang di tanah.

Gin Liong terkejut, Diam2 ia menduga tempat itu pun telah didatangi oleh tokoh sakti yang belum diketahui itu. Ketika menghampiri ternyata kelima orang itu bukan mati melainkan tidur mendengkur keras.

Memandang kemuka Gin Liong melihat didalam hutan siong seperti memancar sepercik api penerangan ia segera mengajak kedua nona untuk menuju ke tempat itu.

Sebuah rumah batu berbentuk persegi panjang lampunya terang benderang, pintu terbuka tetapi dalam rumah itu tampak sunyi. Pada ujung sebelah kiri dari rumah itu, terdapat dua orang baju hitam lagi yang terkapar tidur di tanah.

Gin Liong melangkah masuk. ia terkesiap heran karena dalam rumah itu hanya terdapat sebuah meja dan sebuah tempat tidur, lampu masih menyala terang di atas meja. Sedang tempat tidur tampak acak-apckan. Seorang perempuan muda tampak tidur dilantai muka ranjang itu. Gin Liong makin gelisah karena tak dapat menemukan Ki Yok Lan.

Pedang Tanduk Naga - Sin LiongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang