(Chapter 17)

2K 180 3
                                    


****

Jihyun masih memikirkan keadaan Jaera, meskipun ia marah tapi ia bukan yang begitu mudah melupakan kenangan mereka bertiga. Jujur dalam hatinya ia masih sedikit kawatir dengan keadaan Jaera.

"Kau melamun?" tanya Sohyun.

"Ah aniyo." Ucap Jihyun.

"Kau memikirkan apa?" lagi lagi Sohyun bertanya.

"Aku tidak memikirkan apapun, aku hanya lapar." Bohong Jihyun.

"Apa kau memikirkan Jaera?" kini Yura yang bertanya dan Jihyun hanya diam tak mampu bicara.

"Aku tau, tapi tolong lupakan dia, lupakan jika Jaera pernah bersama kita, lupakan jika kita pernah saling ada dalam suka maupun duka, lupakan jika Jaera pernah bermain dan tertawa bersama kita dan tolong lupakan jika Jaera adalah sahabat kita, anggap kita tak pernah saling kenal." Cerocor Yura, jujur sebenarnya ia ingin sekali menangis tapi ia menahannya. Dalam hatinya sangat perih mengingat semuanya.

Bahkan hatinya pun terluka dengan kata kata nya sendiri.

****

Jaera ingin memasuki kelas, namun langkahnya terhenti karena ucapan Yura.

"Apa kau memikirkan Jaera?" tanya Yura, Jaera tersenyum mendengar itu. Ternyata sahabatnya itu masih mau memikirkannya.

"Aku tau, tapi tolong lupakan dia, lupakan jika Jaera pernah bersama kita, lupakan jika kita pernah saling ada dalam suka maupun duka, lupakan jika Jaera pernah bermain dan tertawa bersama kita dan tolong lupakan jika Jaera adalah sahabat kita, anggap kita tak pernah saling kenal." Ucapan Yura membuat senyuman yang mengembang itu menjadi hilang dan sedih.

Jaera membeku ditempat, hatinya terasa sesak saat mendengar ucapan Yura. Hatinya terluka akan ucapan itu dan ia tak percaya jika sahabatnya benar benar akan pergi dari hidupnya.

Namun dalam hati kecilnya Jaera merasa senang, dengan begitu ia tak akan merasa bersalah karena akan meninggalkan mereka. Melainkan kini ia yang ditinggalkan lebih dulu.

Jaera pov

Aku berlari sejauh mungkin untuk menjauh dari area itu, hati ini benar benar terluka.

'Maaf jika aku tak pantas untuk kalian.' batinku, aku terus berlari sembari terus menangis.

Hanya air mata, teriakan dan senyuman bodoh ini yang kupunyai.

Kaki ku berhenti berlari di sebuah tempat yang nyaman buatku. Taman belakang sekolah ini mampu membuatku tenang.

Kurebahkan tubuhku di rerumputan hijau itu, kupejamkan mataku mencoba mengingat masa masa bersama Jihyun dan Yura yang membuatku tahu arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya.

Aku membutuhkan sebuah sandaran, namun apa daya aku hanya sendiri disini.

****

Author pov

"Dimana Jaera?" gumam Yong Bin bingung.

"Kemana Jaera?" tanya Jimin, Yong Bin langsung menoleh lalu mengangkat bahunya.

"Pasalnya sedari tadi setelah istirahat ia belum juga kembali sampai sekarang." Ucap Hoseok.

"Pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya." Ucap Yong Bin mulai kawatir.

"Aku harus mencarinya." Ucap Yong Bin sembari pergi meninggalkan kelas.

"Aku ikut." Ucap Hoseok dan jimin bersamaan lalu menyusul Yong Bin.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang