Jin & Reader #Daddy Material#

6.7K 635 4
                                    

"(Yn), aku dengar suamimu mendapatkan cuti. Tenang sajalah, aku yakin dia bisa melakukannya sendiri." Teman-temanku tidak berhenti untuk terus menyemangatiku yang tengah berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

"Tapi masalahnya Jin tidak pernah mengurus Eun Bi sendirian seperti ini, aku takut dia tidak akan bisa." Kesepuluh jariku terus saja mengetik di keyboard guna melawan waktu yang terus berlalu.

Setelah mensave dokumen tersebut, aku langsung mematikan komputerku dan dengan cepat meraih tas kerjaku. Aku benar-benar khawatir dengan keadaan mereka berdua. Jin tiba-tiba saja pulang dan menjemput Kim Eun Bi di rumah Eomma dan membawa anak perempuannya pulang ke apartemen kami. Masalahnya adalah Eun Bi merupakan bayi berusia delapan bulan yang sedang dalam masa tumbuh gigi. Bayi itu pasti sedang rewel sekarang.

Aku pergi meninggalkan kantor dan mengendarai mobilku menembus kemacetan kota Seoul disore hari ini. Tidak lama kemudian, aku tiba di gedung apartemen kami. Saking buru-burunya, aku bahkan sampai mengabaikan seorang resepsionist yang sangat akrab denganku. Tak apalah, aku harap dia bisa mengerti keadaanku saat ini.

Waktu terasa begitu panjang ketika aku berada di dalam lift, rasanya aku sangat tidak sabaran. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana susahnya Jin saat ini. Aku yakin Eun Bi sedang menjerit saat ini. Entahlah, tapi jantungku rasanya berdetak sangat cepat.

Benar dugaanku. Suara jeritan tangis Eun Bi mulai terdengar ketika aku sedang mencoba untuk membuka pintu apartemen kami. Namun ketika aku masuk, aku tidak mendengar lagi suaranya. Ruangan ini nampak sepi dan berantakan dengan mainan Eun Bi dimana-mana.

Hidungku mencium bau masakan yang berasal dari dapur, kurasa. Aku berjalan menuju dapur dan tidak menemui siapapun disana kecuali masakan yang hampir gosong. Aku mematikan kompornya dan memindahkan masakan itu keatas piring. Aku masih mencoba untuk berpikir positif. Aku menaiki tangga menuju kamar kami dengan penuh waspada.

Cklek

Aku terdiam.

Eun Bi dengan isakan kecilnya sekarang berada di gendongan Jin oppa. Aku pernah melihat Jin menggendong Eun Bi, tapi tanpa celemek pink seperti ini. Dia terlihat berantakan dengan wajah memerah. Dia menggendong Eun Bi penuh cinta sambil terus berusaha membuat Eun Bi diam. Kepala kecil Eun Bi bersandar di bahu Jin yang lebar. Ah.... Dia benar-benar terlihat seperti seorang Ayah sekarang.

"(Yn), kau sudah pulang? Aku kira kau akan pulang sekitar satu jam lagi." Ucapan Jin oppa berhasil mengagetkanku.

Aku tersenyum kepadanya dan mencoba menggambil Eun Bi darinya namun Jin oppa tidak membiarkan aku mengambil anak kami. Aku langsung merubah ekspresiku menjadi cemberut dan berkata, "Biarkan aku menggendongnya. Dia akan terus menangis. Aku yakin dia sudah menangis sejak tadi."

"Iya, aku rasa giginya akan segera tumbuh karena dia terus mengeluarkan air liurnya." Jawab Jin oppa sambil terus menimang Eun Bi dipelukannya.

"Biarkan aku mengambilnya. Kau hampir membuat masakanmu gosong, tahu!" Decakku padanya.

Bisa kulihat Jin oppa menganga dengan mata melotot, "Astaga! Bagaimana aku bisa lupa! Lalu, aku harus bagaimana?" Tiba-tiba saja Jin oppa langsung memberikan Eun Bi yang sudah setengah sadar kepadaku. Dan berlari menuju dapur.

Aku yang sambil menimang Eun Bi hanya bisa tertawa. Terkadang dia sangat keibuan dan terkadang ia terlihat seperti seorang Ayah yang penuh pesona.

****

"Apa tubuhmu sangat pegal? Mau kupijatkan?" Aku menghampiri Jin oppa yang sedang duduk di sofa dengan cangkir berisi coklat panas ditangannya. Kulihat Jin oppa menggeleng dan meneruskan tontonannya.

"Mengapa kau tidak memberitahuku jika kau ada waktu. Kau malah jadi susah sendiri, kan." Aku memeluk lengan Jin oppa dengan sayang.

Jin oppa membalas pelukanku dan tersenyum lembut, "Tadinya aku ingin memberikan kalian surprise, sayangnya Eomma mengatakan bahwa kau juga sangat sibuk akhir-akhir ini." Katanya.

Aku menghela napas dan meraih remote tv yang berada dimeja, mengganti chanel tv.

"Chagi-ya, aku punya tebakan untukmu." Jin oppa menggeser tubuhnya agar lebih dekat denganku.

"Katakan." Jawabku mulai tertarik dengan pembicaraannya.

Inilah karakter seorang Jin oppa. Ia terkadang membuat lolucon yang tidak semua orang dapat mengerti apa yang ia katakana. Tapi menurutku malah itu yang menjadi letak kelucuannya. Aku mungkin awalnya merasa bosan dan mencoba untuk menjauh, namun semakin lama aku menjauh malah semakin aku merindukannya.

"Bagaimana suara anjing yang terjepit di antara dinding?"

"Wall-wall?" Jawabku yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

"Bagaimana bisa kau tahu?!" Jin oppa menaikkan oktav suaranya dengan kesal. Walaupun keadaan ruang tv ini remang-remang, aku masih bisa melihat wajahnya yang mulai memerah. Diam-diam aku menahan tawa.

"Bukankah itu candaanmu dua minggu yang lalu? Kau lupa?" Tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Ah, menyebalkan! Setidaknya cobalah untuk pura-pura kau tidak mengetahui jawabannya!" Rengek Jin oppa.

Aku melepaskan tawaku seraya membujuknya yang merasa sangat kesal karena gagal membuat tebakan. Tapi setidaknya dia mendapatkan tawaku, kan? Meskipun tawaku ini akibat dari wajah cemberutnya bukan dari candaan dan tebakan garingnya itu.

****

HoHoHo akhirnya selesai sudah! Tinggal bikin series baru lagi deh!

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YAAA

A.R.M.Y

Instagram : rizmaseptiawahyu

Facebook : Rizmaswn

BTS & YOU {ONE SHOT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang