Waktu menunjukkan pukul tujuh malam ketika Jin Oppa meneleponku. Tidak biasanya, karena aku yakin jadwal mereka benar-benar padat akhir-akhir ini. Dan biasanya mereka tidak akan menghubungiku karena mereka pasti sudah kecapean.
Tapi ini beda,
Jin Oppa mengatakan bahwa ada yang salah dengan Suga Oppa hari ini. Pria berkulit putihku itu hari ini terlihat sedang bermasalah. Seharian ini dia tidak tersenyum dan berbicara seadanya. Awalnya aku tidak menghiraukan perkataan Jin oppa karena kekasihku memang bukan orang yang murah senyum.
Namun perasaanku semakin tidak enak ketika Suga oppa tidak mengangkat maupun membalas pesanku. Jadi, aku putuskan untuk ke dorm mereka. Setibanya aku di dorm, tidak ada siapa-siapa. Entahlah, kemana perginya pria-pria berisik itu, dan ketika aku ingin melangkah pulang, aku mendengar suara shower dari arah kamar yang ditempati Suga oppa dan Jin oppa.
"Apa dia sedang ada di dalam?" Tanyaku sendiri.
Aku mengedikkan kedua bahuku kemudian berjalan masuk dan duduk di pinggir kasur Suga oppa. Aku yakin si ketus itu sedang mandi, maka aku putuskan untuk menunggu.
Tidak berapa lama kemudian, kulihat pria berambut hitam itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih menggantung di bahunya.
Dia berjalan menuju lemari yang mengambil kaus kebesaran miliknya. Dia benar-benar tidak menganggapku ada. Ya, seperti itulah Min Yoon Gi yang ku kenal.
"Kemana semua orang?" Tanyaku.
Dia tidak menjawab.
Aku mendengus kesal. Mengapa aku mau saja ketika dia memintaku untuk menjadi kekasihnya waktu itu? Dia bahkan lebih dingin kepadaku daripada ke semua orang. Tapi entah mengapa aku tidak bisa membencinya. Ada saja hal yang aku suka darinya, dan aku tidak tahu apa hal itu.
"Ya!"
"Siapa yang menyuruhmu kesini?"
Aku tercengang. Sungguh. Aku tidak menyangka dia akan sedingin itu kepadaku. Kekasihnya. Coba saja suasana tidak seseram ini, pasti aku sudah memukul kepalanya sedari tadi.
"Jin oppa. Dia mengatakan mood mu sangat buruk hari ini. Waeyo?" Suga oppa melirikku sebentar lalu berjalan keluar kamar dengan aku yang mengekor di belakangnya.
Dia berhenti di depan kulkas dan mengambil sebotol air dingin dan meneguknya. Aku masih memperhatikannya. Aku bodoh sekali. Aku tidak pernah bisa menebak apa yang ada dipikirannya. Walaupun hubungan ini sudah berjalan lumayan lama, Suga oppa masih saja terlihat abu-abu di mataku.
"Katakan ada apa sebenarnya? Tolong jangan paksa aku untuk membaca pikiranmu, karena aku tidak bisa melakukannya. Kau tahu, aku dari tadi resah melihatmu yang-
Aku tidak melanjutkan perkataanku ketika kulihat Suga oppa meraih tangan kananku. Dia memandang cincin emas yang melingkar di jari tengahku. Itu adalah hadiah pemberiannya disaat hari jadi kami yang ke satu. Aku pernah menghilangkannya dulu, dan ternyata cincin itu berada di dalam saku jaket Jimin dan membuat Suga oppa sangat marah karena dia mengira kami mempunyai hubungan di belakangnya, padahal tidak seperti itu.
Jimin yang terlalu jahil. Pria berambut silver keunguan itu sengaja mengambil cincinku untuk memancing kemarahan Suga oppa, dan akhirnya Jimin tidak berani melakukannya lagi.
"Katakan seberapa buruknya aku di matamu." Suga oppa berkata dengan suara seraknya. Aku menunduk. Jujur saja, aku paling tidak bisa diajak serius dengan Suga oppa. Dan lihatlah, aku sangat gugup saat ini.
"Kau tahu, tidak pernah ada satu wanitapun yang tahan denganku, dengan semua gangguan fansku karena mereka berpacaran dengan seorang idol. Mereka tidak tahan karena sikapku yang sangat tidak peduli dengan mereka, sikapku yang seakan melupakan mereka. Dulu, saat aku memintamu untuk menjadi kekasihku, aku juga berjanji pada diriku sendiri agar aku tidak bersikap seperti itu lagi. Tapi ternyata aku melakukannya, lagi...."
"Tapi aku semakin menyesal ketika melihat kau masih saja tersenyum setelah dikatai wanita murahan oleh fansku. Kau masih saja menghampiriku ketika aku bahkan tidak mau menatapmu. Kenapa kau membuatku semakin terlihat buruk di matamu?"
Aku menatap matanya yang kemerahan. Dia tidak mengeluarkan air mata, namun aku tahu bagaimana perasaannya sekarang. Dia menyadari sikap dinginnya selama ini padaku. Aku mengusap lengannya lembut.
"Bukan seperti itu, kau tidak buruk dimataku. Mungkin kau seperti itu karena memang karaktermu yang seperti itu, aku memakluminya kok." Ucapku berusaha menenangkannya.
Suga oppa menarik tanganku dan mengajakku menuju balkon dan duduk di sofa di dekat balkon. Udara dingin langsung menyerbu tanganku yang tidak terbalut apapun. Tapi dengan perhatiannya Suga oppa menyelimutiku dengan selimut tebalnya. Aku tersenyum kearahnya dan dia membalasnya.
"Aku mengerti, bahwa kau bukanlah pria yang banyak berbicara karena kau akan langsung melakukannya. Aku mungkin awalnya sangat kesal karena aku tidak pernah menghadapi pria sepertimu, tapi setelah aku menjalaninya, aku malah semakin jatuh cinta. Ketika kau hanya tersenyum kepadaku diantara jutaan orang yang melihatmu, namun kau hanya menatapku. Kau bisa menemukanku." Kataku dalam. Aku menatap kearah depan yang menyuguhkan pemandangan indah kota Seoul yang sangat padat malam ini.
"Kau tahu, aku sangat marah ketika kau lebih dekat dengan orang lain dibanding aku. Namun aku hanya diam saja karena aku tidak tahu cara untuk mengungkapkannya, maafkan aku yang terlalu bodoh. Happy two years universary, chagiya.."
Aku menganga ketika melihat Suga oppa melepaskan cincin emas itu dari jariku kemudian menukarnya dengan cincin perak bermata ruby yang sangat cantik. Aku tidak menyangka bahwa Suga oppa bisa bersikap sangat manis seperti malam ini. Senyumnya terkembang sangat manis, kemudian meraihku untuk mendekat lalu memelukku.
"Moodku sangat buruk karena tidak bisa merayakan hari jadi kita. Aku sangat sibuk." Ucap Suga oppa seraya memelukku lembut.
"Tidak apa. Sudah aku bilang, aku ini adalah gadis yang pengertian. Tapi, jika kau terlalu manis seperti ini, aku bisa menangis."
"Aku harap itu adalah tangisan bahagia. Aku sangat berharap bisa menukar lagi cincin itu dengan cincin pernikahan kita. Nanti."
Mungkin Suga oppa tidak bisa menghilangkan sifat buruknya yang terlalu dingin dan cuek. Tapi aku, juga harus lebih menguatkan diriku untuk menghadapinya. Aku jatuh cinta lagi. Setiap melihat wajahnya, senyumnya, tingkah manis tiba-tibanya, aku selalu saja jatuh cinta.
Karena kurasa aku jatuh cinta pada cinta yang baik, maka Tuhan menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya.
*****
Hari ini gue sengaja upload banyak, bcs I have many chance rn :)
Instagram : rizmaseptiawahyu
Facebook : Rizmaswn