PART 2 ADA DI CHAPTER SEBELUMNYA KALO CHAPTER INI ADA DI HALAMAN BARU KALIAN!
Hi, guys! Gue balik lagi setelah sekian lama. Maaf ya, untuk yang puluhan kalinya harap maklumi gue.... gk ada ide yang muncul sama sekali. Belum lagi komentar kalian di imagine yang sebelumnya juga jatuh abis, jadinya rada agak gak semangat ini gue. Tapi karena gue gak mau ini imagine terbengkalai terlalu lama, jadi gue usahain buat update. Tadinya sih pengen abis lebaran aja, cuma kan masih lama, lima hari lagi. Belum lagi kan biasanya gue kalo dua hari setelah lebaran tuh masih kerasa lebarannya, biasalah, anggota keluarga gue tuh ramenya nauzubillahminzalik ye.....
So, Happy reading~
****
"Ya sudah jika itu adalah jalan satu-satunya. Aku akan baik-baik saja tanpamu."
"Akupun berharap demikian."
****
Satu tahun kemudian....
Aku membenarkan kacamata yang kukenakan dengan sebelah tangan. Sebelah tanganku lagi kugunakan untuk mengaitkan satu-persatu kancing ke salah satu coat yang sedang kukerjakan. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun semangatku untuk mengerjakan coat pria ini belum juga pudar.
Ruangan yang remang-remang menandakan bahwa hanya aku saja wanita tergila yang masih saja betah di butik ini. Aku mendapatkan deadline untuk mengerjakan coat ini hanya dalam waktu seminggu. Bayangkan, betapa gilanya orang yang memesan coat semendadak ini. Belum lagi style yang di custome oleh mereka merupakan style yang lumayan susah untuk dikerjakan hanya dalam waktu seminggu.
Sebulan saja belum tentu aku mampu menyelesaikannya.
Akhirnya, dengan sangat terpaksa aku selalu pulang ke apartemen pukul tiga pagi setiap hari selama seminggu ini. Belum lagi beberapa kali aku harus terpaksa menginap hanya karena mengejar deadline. Ah.... Ingin rasanya aku memukul kepala si pemesan coat ini.
"Untung saja mereka berani membayarku dengan sangat mahal." Gumamku menggerutu.
Mereka mengatakan bahwa coat ini diperuntukkan untuk seseorang. Seseorang yang katanya sangat terkenal. Memangnya siapa seseorang itu? Anak presiden kah? Jika iya, seharusnya dia membayar designer professional saja sekalian daripada membayarku yang hanya seorang designer yang bahkan baru sarjana setahun lalu.
Entahlah, hidup di dunia ini memang sedikit serba salah. Tapi tidak apa, setidaknya setelah ini tabungan ATM ku akan mendapat asupan jutaan won untuk satu coat ini.
Kring kring
Ponselku berdering ketika aku sedang asyik menjahit salah satu kancing di coat ini. Tertera nama 'Shin Jae' dilayarnya yang langsung saja kugeser menuju pilihan berwarna hijau.
"Halo?"
"Hai, (Yn). Haha! Sudah kutebak, kau pasti belum tidur, bukan?"
Aku tersenyum sedikit, "Ya, kau bisa mendengarnya dari suaraku. Ada apa menelepon malam-malam seperti ini? Bukankah kau ada ulangan akhir semester? Ya, belajarlah dengan benar!"
Aku mendengar gerutuannya diseberang sana akibat ceramahanku.
"Ya! Aku sudah melewati masa-masa itu kau tahu! Kini saatnya aku bersantai-santai sebentar. Tenang saja, aku akan kembali ke Seoul lagi jika kuliahku di Busan telah selesai."
"Ya ya terserah. Aku tanya tadi, ada apa meneleponku malam-malam begini?" Tanyaku.
"Hmm.... Begini...."