BAB 2 : Kebetulan?

1.4K 60 4
                                    

So they say that time takes away the pain, 

but i'm still the same

*

*


Kekesalan itu pun berbuah dendam.

Siapa perempuan itu? Berani betul dia menatap matanya. Tak pernah ada satu pun perempuan di sekolah ini yang berani macam-macam dengannya.

Apa katanya tadi? Penanggung jawab? Bukankah tanggung jawab sekolah ini hanya ada padanya seorang? 

"Shit!"

Umpatan itu hampir terdengar hingga seisi lapangan. Dirinya yang melangkah disertai amarah membuat setiap murid terus menghindar, seakan memberi karpet merah padanya. Semenakutkan itu keberadaannya.

Sampailah ia di kantin, dimana di jam istirahat ini, biasanya anggota Geng Devil's berkumpul di tempat wajib mereka, pojokan kantin dekat kamar mandi pria.

Dika yang kegirangan menyantap semangkuk bakso menangkap sosok Tora. "Oi kemana aja lo?" 

Dika, sahabatnya  sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dan beruntungnya, mereka dipertemukan kembali di menengah atas.

"Eh, muka lo kenapa?"

Yang satu ini, Julian namanya. Laki-laki ketiga yang menjadi bagian dari Devils. Tatapan Julian adalah tatapan maut yang paling diidam-idamkan para perempuan.

"Kenapa sekarang lo kisut gitu? Perasaan tadi pagi lo girang-girang aja." 

Setelah mendapat pesanan jusnya, Tora segera menenggaknya dengan cepat hingga tak tersisa. "Masalah kecil."

"Habis darimana sih?"

"Perpustakaan," tegasnya sambil mengeluarkan kartu keanggotaan dari balik saku dengan kasar.

"Widih, tumben banget lo?" Untuk urusan sindir menyindir macam ini, Fahmilah jagonya. 

"Oh gue tahu. Lo ketemu mantan kan?" bisikan yang lebih mengarah pada rasa penasaran itu membuat semua orang menoleh.

Dika dengan santainya menyela, "jiah, emang lagi musim ya yang namanya mantan?" 

"Gaya lo mentang-mentang baru putus pas lagi sayang-sayangnya!" Celetukan itu sukses menarik gelak tawa siapapun.

"Gue kena gertak cewek." 

Mendadak, suasana menjadi hening. 

"Bacot banget pula."

Seketika, tak ada lagi yang berani untuk menimpali.

"Kalau bukan karena cewek, udah habis di tangan gue."

Ya, seorang Tora memang paling luluh bila harus terlibat dalam permasalahan dengan perempuan. Meski terkenal akan kebengisannya, tak sedikit pun Tora berani untuk menyakiti perempuan.

Bila ditanya soal perempuan, hati Tora tak akan pernah bisa terbuka untuk siapapun. Meski terbilang kaya akan popularitas dan antrian untuknya tak mungkin hilang, namun ia tetap berprinsip untuk tidak akan berhubungan dengan perempuan manapun. Sampai pada satu titik, dimana seluruh urusan pribadinya sudah terpecahkan.

Baginya, mudah untuk memiliki namun sulit untuk menghidupi.

"Gue cabut lah," ia pun bangkit dari sana yang kemudian disusul oleh Fahmi.

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang