As the world falls apart around us. All we can do is hold on, hold on.
Apa yang dirasakan seseorang setelah mengalami hal yang paling indah dalam hidupnya? Senang?
Mungkin Irene merasa bahwa kejadian kemarin hanyalah mimpi. Ya, mimpi yang dapat digenggam dan kasat mata. Mimpi ia bisa berada di samping Tora.
"Lo nggak diapa-apain kan sama Tora?" Ternyata, rasa bahagia ini justru berbanding terbalik dengan tanggapan Kayla terhadapnya.
"Eh, btw Ren, gue kagum sama lo. Ya, gue nggak nyangka, cowok semodel Tora ternyata bisa cair juga sama lo. Nggak sekaku yang gue pikir,"ucap Kayla sambil memandangi Irene dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Iya, gue juga nggak nyangka ternyata dia orangnya baik. Dia perhatian, malah bela-belain nganter ke rumah sakit, demi mastiin gue biar nggak kenapa-kenapa di jalan."
Melihat Irene yang tersipu membuat Kayla tertawa. Mereka berdua pun beranjak dari bangku dan meninggalkan bayangan mereka bersama hujan yang mulai turun bersama gerimisnya.
*****
Hujan. Kata orang, hujan itu rahmat.
Iya, rahmat.
Rahmat Tuhan yang paling berarti bagiku, yakni dapat mengenangmu bersama dengan kenangan saat kita pernah bersama.
^^
"Sejak kapan lo suka bikin puisi Tor?" celetuk Ivan, teman sekelas Tora yang tak sengaja melihat Tora tengah menulis sesuatu di atas buku.
"Oh, kaga, nemu kok ini gue," usahanya untuk memulai kegemaran baru sepertinya terlalu sulit untuk diterima lingkungannya.
"Tor, lo kenal nggak sama Irene, anak IPA 3? Waah, kalau lo kenal dia, dia itu jagonya bikin puisi beginian. Lo kenalan aja sama dia, siapa tau, lo cocok sama dia," ucapan Ivan membuat Tora berhenti menulis.
"Cocok apaan?"
"Ya, cocok aja, sama-sama suka bikin puisi. Yaudah Tor gue tinggal dulu, nonton anak-anak main bola."
Tora masih mencerna ucapan Ivan. Apakah Irene yang dimaksud adalah perempuan yang dibawanya berkeliling jalanan kemarin?
Hujan di luar membuat semua murid keluar dari kelas, entah itu bermain sepak bola bagi murid cowok, atau nggibah nggak jelas bagi murid cewek. Biasanya, Tora akan jadi orang nomor satu di sekolah kalau urusan sepak bola, apalagi main sepak bola waktu hujan-hujan begini. Jadi orang pertama yang akan dihukum oleh guru karena main sepak bola sambil hujan-hujanan di sekolah. Namun entah kenapa, Tora ingin berdiam diri di dalam kelas. Dilihatnya dari kejauhan, Fahmi teman sebangkunya itu tengah tertawa bersama yang lain saat salah satu murid terpeleset dan terjatuh. Bangkunya yang berada di tengah-tengah kelas membuatnya seolah menjadi satu-satunya murid paling jomblo di sekolah.
Fahmi yang sedari tadi tengah bermain kini mulai menyadari kurangnya kehadiran Tora di lapangan. Ia pun menghampiri Tora di dalam kelas, namun Tora agaknya masih sibuk dengan kegemaran barunya itu.
"Bro, ke lapangan dong. Urusan puisi bisa entaran, yang penting kita seneng-seneng dulu. Kapan lagi lo bisa main sepakbola sambil hujan-hujanan gini hah? Come on bro, hidup cuman sekali. Habis gini lo lulus, entar, lo pasti kangen main kayak beginian. Bareng sobat satu sekolah, apalagi sama gue." Namun Tora masih disana, menatap hujan yang seketika membuatnya bangun dari dunia imajinasinya. Tanpa ragu, ia bangkit dan menarik Fahmi untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Teen Fiction"Saat kau merasa tersakiti oleh seseorang, menangislah, tak apa. Karena mungkin, itu salah satu caramu untuk menghadapi seseorang yang pernah menggores luka di hatimu. Setelah kau merasa lelah, menangislah, tak apa. Mungkin, itu salah satu cara jitu...