BAB 10 [ TAK TERDUGA - 2 ]

810 47 0
                                        

Di saat hampa harimu dan saat hampa hatimu. Ku kan ada, ku di sana, menemanimu selalu .

Suasana riuh para siswa memenuhi aula sekolah yang sesak. Kebahagiaan menyelimuti sebagian siswa, tak terkecuali bagi murid XII IPA-3, yang mendapatkan juara atas lomba perpustakaan kelas. Jaja selaku ketua kelas merasa seperti orang yang paling banyak berkontribusi untuk lomba ini.

"Kalian tau, tanpa ada gue, kelas kita nggak bakal menang!" Ucap Jaja sambil berdiri membanggakan dirinya. Namun, pandangan sinis dari Kayla seakan mendukung beberapa murid yang justru menganggap Jaja berlebihan.

"Apaan sih lo Ja. Jelas-jelas kita bisa kayak gini karena si Irene. Irene yang udah bela-belain telat demi kelas kita."

"Nah, Fia bener tuh!"

"Iya, lo mah cuman bantu nempel kupu-kupu doang. Lo justru cabut ke kantin. Gue aja nyapu kelas sampe tangan gue kesemutan. Ketua kelas macam apa lo."

"Yaelah, santai dong guys. Gue kan cuma bercanda. Eh, by the way, Irene mana? Nggak masuk ya?"

"Iya nih, gue juga nggak tau. Semalem, dia nggak ngabarin gue," Kayla memberi kepastian kepada kawan-kawannya itu.

"Sayang banget dia kagak masuk hari ini, pasti dia seneng banget tuh."

"Iya Ren, lo pasti nyesel nggak masuk. Gue kangen sama lo," dan untuk yang pertama kalinya di hari ini, Kayla kangen sahabatnya itu.

Acara pemberian hadiah diawali oleh sambutan dari Pak Roland selaku kepala sekolah, sekaligus penyelenggara lomba ini. Beliau beterima kasih kepada semua murid di aula itu, atas kelancaran perlombaan ini. Tak ada kasus kelas nyolong buku, tak ada kasus kelas yang aneh-aneh lainnya. Dan puncaknya, pemberian hadiah yang akan diwakili oleh Bu Azizah.

"Dan berikutnya, juara 1 diraih oleh XII IPA-3!" Beberapa murid terlihat berdiri, melihat siapa yang akan mewakili kelas IPA-3 untuk maju mengambil hadiah. Terlebih juga dengan Tora.

"Tumben dia kagak keliatan, biasanya suara cemprengnya kedengeran," Tora bingung saat Jaja naik panggung untuk mengambil hadiah, ia tak melihat seorang Irene yang biasanya saat momen seperti ini, dia akan berteriak sekencang-kencangnya. Itulah ciri khas Irene yang tersembunyi.

"Eh Tor, lo kenapa?" Fahmi membuyarkan fokusnya yang tengah mencari keberadaan Irene diantara kumpulan murid IPA-3.

"Oh, nggak ada apa-apa"

"Gue tanya apa, eh jawabannya ngelantur."

Dan setelah 2 jam berlalu, akhirnya acara pun selesai dan beberapa murid justru kecewa karena ternyata, kegiatan jam belajar mengajar masih tetap ada.

"Yaelah, kenapa kagak jamkos aja sih? Males banget gue pelajaran sejarah. Cabut yuk Tor," Fahmi yang tengah mengajak Tora bicara ternyata hanya jadi kacang kulit rasa balado. Pedes karena kagak dianggep ada.

"Eh, lo lagi apa sih? Tadi gue ajak ngomong kagak nyambung, eh sekarang gue malah dikacangin. Yaudah, gue tinggal aja."

Fahmi meninggalkannya seorang diri. Tora yang memang tengah mencari keberadaan Irene semakin resah karenanya. Seharian ini, belum sekalipun ia melihat keberadaan Irene, yang biasanya selalu ada bersama Kayla, kini Kayla bersama dengan yang bukan Irene.

"Kayla!" Tora memanggil Kayla yang tengah sibuk memunguti sampah yang berserakan di bawah kursi tempat ia duduk. Kayla heran sebab yang memanggilnya Tora, cowok bad boy yang paling ditakuti di sekolah.

"Eh, Irene mana?"

"Apa?" tanya Kayla pura-pura tak mendengar.

"Irene mana? Dia bolos ya?" ucap Tora dengan kerasnya.

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang