BAB 14 [ TERKUAK ]

640 36 4
                                    

Malaikat baik, ku titipkan dia untukmu. Tolong jaga dia di bangun dan tidurnya. Jangan sampai dia terluka dan bersedih, karena bahagiaku ketika dia bisa tersenyum.

Tora masih terpaku menatap tubuh itu. Tubuh seseorang yang tak asing lagi baginya, mengingat ia pernah mengukir memori tentangnya di pikiran Tora. "Kenapa dia bisa kayak gini?" ucap Tora lirih. 

Dan Kayla tak dapat berhenti menangis, "Re, bangun. Jangan tinggalin gue."

Dan Tora langsung menjauh dari lokasi itu agar ia dapat berpikir jernih. Ia harus memilih antara dua orang yang harus diselamatkannya terlebih dahulu. Dan sesaat, ponselnya berdering dan membuat pikirannya buyar seketika. Dan jemari menekan tombol dan membuat si penelepon terhubung, "Apaan?"

Suara itu masih sama dengan suara orang yang ditemuinya beberapa jam yang lalu, Dika. "Tor, anak Macan Putih nyariin lo, dan semoga lo nggak kaget kalo ternyata mereka juga anak sekolah kita." 

Tora mengernyitkan dahi, mencoba kembali fokus dengan sumber suara. "Anak sekolah?" Ia tak habis pikir bahwa ada geng yang tengah berjalan diam-diam di sekolah tanpa sepengetahuannya. Dan lebih membuatnya kaget ialah selama ini ia memantau Geng Devil's dari jauh.

***

Angin malam masih membuat tubuh itu kaku, seperti pikiran Kayla yang beku seketika karena tak dapat memikirkan hal apapun untuk dapat menyelamatkan nyawa sahabatnya. Ia masih meratapi raga itu dan masih memeluknya dalam dekapan.

"Kenapa bukan gue aja yang ngalamin ini!" Kayla terus menghukum dirinya sendiri, membuatnya semakin yakin bahwa ini semua salahnya. Semua kejadian ini karena akibatnya.

Tora pun kembali dengan memberi kabar yang membuatnya lega. "Gue udah telpon Julio buat ambil mobil gue di rumah. Bentar lagi juga dia pasti dateng," ucap Tora dengan mengusap punggung Kayla untuk menenangkannya. Wajahnya begitu terlihat sangat cemas, meski ia harus menghadapi beberapa masalah yang menimpanya. 

Selang beberapa menit kemudian datanglah sebuah mobil dengan seseorang kepercayaannya untuk membawa mobil pribadinya. Tora pun membantu menggendong Irene sampai mobil dan meminta Kayla untuk menyerahkan kunci motornya padanya. 

Julio yang mengenal betul seperti apa sohibnya itu begitu prihatin, "Gue tau lo benci sama dia dulu. Tapi sekarang, gue bisa tau kalau lo benar-benar khawatir sama dia. Gue bakal anter dia sampai rumah sakit dan bakal gue pastiin Irene masih hidup." 

Tora hanya dapat menghela napas panjang sembari mengacak-acak rambutnya. "Lo nggak perlu khawatir, gue bakal selalu ada dalam setiap situasi. Percaya sama gue." Dan dengan dikomandoi oleh Julio, mobil yang membawa Irene langsung menuju rumah sakit terdekat.

Entah apa yang ada di pikiran Tora sekarang. Hatinya terus mendoakan keselamatan Irene dan keselamatan sahabatnya. Namun entah kenapa, hatinya lebih mengkhawatirkan Irene. "Ya Allah, semoga dia masih hidup dan masih bisa gue lihat setiap hari."

***

"Jadi, mana bos lo?"

"Sabar kali bro, entar juga dateng," balas Dika mencoba untuk menenangkan suasana yang lebih tenang kini. Dan akhirnya, Tora yang ditunggu-tunggu datang dengan suara gas motornya yang membuat suasana semakin tegang.

Ia pun dari motor dan memberi sepatah kata yang langsung on point. "Jadi, siapa yang nyari gue?" dengan gagahnya Tora maju dan membuat sekelompok geng motor Macan Putih langsung melangkah mundur.

"Siapa yang nyari gue?" yang kedua kalinya, ucapannya tak digubris.

Dan hingga peringatan yang ketiga kalinya, semuanya tersentak karena Tora mulai berteriak karena amarahnya sudah tak dapat ia kendalikan. "SIAPA YANG NYARI GUE!"

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang