"Lo yakin kertas yang ada di mobil orang itu puisi lo?" tanya Kayla sambil menyeruput milkshake pesanannya.
"Iya Kay, gue yakin banget! Seratus persen!" ujarnya dengan mata membelalak. Rupanya, percakapan diantara keduanya membuat mereka berdua larut dan tak menyadari bahwa hari semakin malam. Sedari tadi, Kayla hanya bisa terdiam menatap sahabatnya yang tak henti-hentinya menyerocos hingga menembus langit ke tujuh.
"Udah puas ngomongnya?"
"Ih, kok lo gitu sih Kay."
"Habis, lo dari tadi gak ngasih gue kesempatan buat ngomong. Lo justru nyerocos terus, nggak ada titiknya!" ucapnya dengan menyeru.
"Hehe, maaf. Habis, gue kesel banget. Masa surat gue bisa nyasar segitu jauhnya." Dan selang lima detik kemudian, seorang waitress datang menghampiri mereka bedua.
"Ehm, Mbak maaf, ini sudah malam, kedainya mau saya tutup. Sudah jam dua belas malam."
"What!?" dan serentak mereka berdua berteriak mengarah waitress tersebut.
*****
"Tor, lo lagi dimana?" suara parau Julio terdengar hingga seluruh kamar Tora.
"Gue lagi di kamar, lo masuk aja." Dan tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarnya dan datanglah Julio dengan jaket kebesaran Geng Devil's. Ia memberi pelukan hangat persahabatan yang sudah menjadi tradisi bagi seluruh anggota geng.
"Tumben, lo jam segini kemari. Ada apaan?"
"Tor, ini gawat Tor, gawat!"
"Gawat apanya?" Tora yang sedang santai memainkan laptopnya langsung memusatkan perhatiannya pada Julio.
"Gawat Tor, Fahmi diculik!"
"Diculik?" ucapnya tegas. "Maksud lo apaan sih?"
"Jadi, waktu dia tadi mau belok ke arah gang rumah lo, tiba-tiba aja dia disekap sama anggota geng motor."
"Geng motor?" tanya nya memastikan.
"Kata orang yang tinggal di sekitar situ sih gitu."
"Kok gue gak denger berita apa-apa?" Ia semakin kaget dan bingung bukan kepalang serta tak dapat berpikir jernih.
"Mendingan sekarang, lo pamit sama kakak lo, dan kita meluncur ke markas sekarang juga."
"Oke, gue siap-siap sekarang juga." Dan tak lama kemudian, ia pun keluar kamar dan menghampiri kamar kakaknya yang berhadapan dengan letak kamarnya. Dan dalam sekejap, motor ninjanya melesat dan menembus kabut malam. Raut wajah gelisahnya terpancar dari kecepatannya mengendarai motornya. Sesekali, Julio memperingatkannya untuk tak mengebut agar kejadian tak diinginkan tak menimpa mereka.
*****
"Ini semua gara-gara lo Ren," ucap Kayla isyarat menyindir sahabatnya itu. "Kalau bukan karena itu waitress, mungkin kita bakal tidur di mall tadi."
"Ih, kok malah nyalahin gue sih?" Irene yang memang sedari tadi sedang badmood semakin tak dapat mengontrol emosinya.
"Emang ini semua gara-gara lo, Ren. Lo nggak takut apa Bunda lo entar marahin lo?" dan seketika, Irene teringat bahwa ia belum pamit ketika akan pergi bersama Kayla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Teen Fiction"Saat kau merasa tersakiti oleh seseorang, menangislah, tak apa. Karena mungkin, itu salah satu caramu untuk menghadapi seseorang yang pernah menggores luka di hatimu. Setelah kau merasa lelah, menangislah, tak apa. Mungkin, itu salah satu cara jitu...