[5]. Nothing matches

11.5K 346 0
                                    

"Baiklah kita juga belum sarapan,"
aku mengangguk ria mendengar ucapan kakakku itu, ia menggenggam tanganku sampai di dekat mobil, lalu membukakan pintu untukku. Kemudian ia masuk lewat sisi lain,

                                ****

Disini lah aku bersama justin sedang menikmati makanan yang kami pesan, justin semakin tampan memakai topi berwarna abu-abu itu, ia sempurna. Sudah berapa kali kubilang ia sempurna?

Kami sesekali bercanda dan tertawa,
Aku berpikir, apakah justin punya pacar? bagaimana jika ia mempunyai wanita lain, dan wanita itu membawa justin pergi. Bagaimana jika justin tak sayang padaku lagi? aku bergidik ngeri membayangkannya,

Setelah selesai makan, justin berdiri kemudian disusul olehku. Ia merangkul pinggulku, lalu membayar semua makanan dan minuman yang kami pesan.

Aku melihat pelayan wanita itu mengedipkan matanya pada justin, tetapi lelaki yang disampingku ini hanya diam dan tak membalas kedipan wanita itu, aku tertawa dalam hati. Wanita tadi langsung pergi menghentak-hentakan sepatu heelsnya. Lucu sekali, bukan? ia pasti kesal karna justin tak kunjung membalasnya.

Setelah berada didalam mobil keheningan menyelimuti kami berdua, tangan kananku di genggam oleh justin sementara tangan kanannya sibuk memegang stir kendali mobil. Dengan berani aku berbicara kepada justin, "Justin?"

"Hnn?" ia tetap fokus pada jalanannya, bagus. Aku jadi tak gugup berbicara padanya, "Kau mempunyai wanita lain?"ucapku dengan hati-hati, aku takut ia marah dan akan menabrak apa yang ada dijalanan.

Ia memakirkan mobilnya ditepi jalan lalu melepas sabuk pengamannya dan menatapku dalam. Mengapa dia?

Kedua tangannya memegang tanganku dan menggenggamnya, "Tidak ada wanita lain sayang, hanya kau dan mom, Aku tidak mencintai siapa-siapa selain kalian berdua.Kalian berdua wanita berharga dihidupku, mana mungkin aku berkhianat padamukan? Aku menyayangi dan mencintaimu. Mengerti?" ucapnya, mataku berkaca-kaca. Ia membawaku kedalam pelukannya, aku memeluknya erat dan tak sedikitpun ingin kulepaskan.

"Aku takut kehilangan kakak sepertimu,"ucapku sambil menangis didadanya, ia menaruh dagunya dikepalaku. "Tidak akan sayang,"

Justin melepas pelukannya dan meregup bahuku, menatapku lembut. Ibu jarinya menghapus kedua air mataku lalu mencium pipiku lama. Aku tertegun dan menatapnya, mataku tak bisa lepas darinya. Mata indah itu menjanjikan kedamaian dan kenyamanan. Matanya selalu teduh

"Aku tidak akan pernah pergi sayang"Ucap justin .
Ia memegang daguku menghadapnya tepat menghadapnya dan aku bisa melihat jelas mata emasnya, semakin jelas dan semakin besar sampai di mataku hanya mata justin saja.

justin melumat bibirku pelan dan penuh kasih sayang juga, aku membalas ciuman justin.

'tidak ingin kehilanganmu walau kau hanya sebuah kakak angkatku , kau begitu berharga justin.' Batinku.

Aku melepas bibirku dari bibir justin, dan menatap kearah depan mobil. Seorang polisi tampak memperhatikan kami, ia sadar jika aku melihatnya. Polisi itu tersenyum, "Silahkan lanjutkan nona,"Ucap polisi itu. Aku malu, dan menatap justin yang matanya masih lekat menatapku. Kemudian ku melihat polisi itu pergi, Syukurlah.

                              ****

Aku berada di sebuah Mall, ditempat khusus baju wanita. Justin duduk dikursi yang tersedia, sedangkan aku memilah-milah baju.

"Apa ini cocok untukku?"tanyaku  pada justin . Dan ia hanya menggeleng

Sedari tadi ia hanya menggeleng setiap kali aku bertanya padanya. Tidak adakah baju yang muat untukku dari tadi? Aku rasa semua baju yang kucoba cocok ditubuhku, tetapi justin bilang tidak.

"Yang ini?"tanyaku yang terakhir kalinya, jika masih tidak ada yang cocok. Aku akan lebih memilih pulang saja, "Itu cocok, Mana semua baju yang kau coba tadi?"

Baru satu yang cocok?Astaga. Aku menunjukkan baju yang telah kucoba tadi, "Semua ini akan kita bayar,"

Apa? tidak salah dengar kah telingaku?Tadi ia bilang tidak ada yang cocok denganku. Lalu mengapa ia membelikan semua itu? Ia memang tak bisa ditebak,

"Aku beli baju yang dipegangnya dan yang tadi dicobanya semua" ucap justin pada resepsionis meja kasir itu,

Aku melotot pada justin dan ia hanya memasang cengiran tak bersalahnya, setelah membayar semua bajuku ia kembali merangkul pinggulku dan membawa semua baju yang ia belikan, "Kau bilang tidak ada yang cocok padaku lalu mengapa kau belikan?"tanyaku.

"Hnn, semua baju yang kau coba pas ditubuhmu jika aku bilang iya pasti kau tak ingin yang lain lagi kan?"

Aku mendengus, setidaknya aku masih punya kesabaran untuk menghadapi kakakku yang tampan ini.

                               ****

-Justin Bieber's POV-

"hallo?" Aku mengangkat handphoneku yang berbunyi sedari tadi,

"Hallo, ini justin bieber?"

"Ya. ini aku, kau siapa?"

Orang itu tertawa disebrang telfon sana, "Aku shawn mendes, kau tak ingat?"

"Oh shawn, aku tentu mengingatmu, ada apa?"ujarku,

"Kau sedang berada di paris kan? Kebetulan, rumahku berada diparis."

"darimana kau tau jika aku sedang berada diparis?"tanyaku,

"Aku melihatmu bersama gadis beberapa hari yang lalu dibandara, aku ingin menemuimu tetapi tidak sempat. Nanti malam aku ada acara ulang tahunku, kau harus datang. Aku akan memberimu alamat lewat SMS"

"Hmm, ya baiklah. Sampai jumpa"

Aku mematikan telfon shawn dan menemui maddi yang tengah duduk didepan meja rias. Aku melingkarkan tanganku di pinggulnya, dan menaruh daguku di bahunya. Mengecupi lehernya dan bahunya. Ia memejamkan matanya seakan menikmati sentuhanku,

"Malam ini bersiaplah, kita akan berpesta dirumah Shawn."ucapku kemudian menggigit lehernya,

"Ngh...jam berapa?"Ia mendesah ketika aku menggigit kecil lehernya, "Jam tujuh malam,"ucapku.

"Baiklah, justin ngh... aku ingin mandi, Tak lama sudah jam tujuh"Aku masih menggigit lehernya kemudian berhenti,

"Baiklah sayang"Aku melepas tanganku yang melingkar diperutnya dan membiarkannya pergi mandi

Vommenttt yaa 📌

Read my story both

' My idol is a mind reader ' vote juga ya💕

BROTHER AND SISTER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang