21 - Don't Forget Me, Byun

312 30 2
                                    

Hari ini Chanyeol tidak berangkat kerja. Sejak pagi tadi ia hanya duduk di sudut kamar mandinya. Matanya sembab dan pucat. Sesekali ia membuka kloset dan memuntahkan isi perutnya di sana. Sudah sebelas kali ia muntah. Dan sudah ratusan kali ia harus menahan sakitnya. Ia memukul-mukulkan kepalanya di tembok kamar mandi hingga seseorang datang ke apartemennya.

"Chanyeora geumanhae." Suho berusaha menenangkan Chanyeol.

"Apa hyung!!! Manhi apa," Chanyeol kembali meremas kepalanya. Ia meringis kesakitan.

"Ayo minum obatmu dulu untuk mengurangi sakitnya."

"Shiro!!! Obat itu tidak membantu sama sekali, Hyung. Aku... Aku mau mati saja."

Suho memeluk Chanyeol erat. Tangisnya makin menjadi.

"Kenapa ini terjadi padaku, Hyung. Kenapa???!!!"

"Menangislah Chan... Menangislah... Agar rasa sakitmu bisa berkurang. Setelah tenang, ayo kita ke tempat Luhan. Dia pasti bisa membantumu."

Suho segera membawa Chanyeol ke rumah sakit Luhan. Chanyeol meninggalkan HP nya di kamarnya. Seseorang terus mengiriminya pesan, namun ia tak membacanya.

*-*

Luhan melihat hasil rontgen kepala Chanyeol di komputernya. Ia menggigit kuku jarinya sambil sesekali memegangi kepalanya. Ia berkali-kali menarik nafas panjang. Suho yang melihat pemandangan itu menjadi khawatir. Sementara Chanyeol sedang berada di ruang perawatan.

"Kau mau aku memberitahunya yang sebenarnya?," Luhan bertanya serius pada Suho.

"Apa itu sangat buruk?"

"Ya... Ini di luar perkiraanku. Lebih baik Kau segera beritahu keluarganya. Aku akan memberitahu sendiri pada Chan." Luhan berjalan menuju ke kamar Chanyeol meninggalkan Suho.

"Tok... Tok... Tok..."

Luhan mengetuk pintu kamar Chanyeol. Ia masuk dan menemukan Chanyeol sedang memandang ke luar jendela.

"Langitnya sangat cerah, Lu. Indah sekali."

"Uhm," Luhan mengiyakan.

"Tapi... Bisakah aku tetap melihat langit yang indah itu? Berapa kali lagi aku bisa melihatnya?"

Luhan menelan ludahnya. Menahan keluar air matanya.

"Chanyeora... Ini... Ini sudah makin parah. Kita harus segera mengoperasinya. Jika tidak... Pembuluh darah otakmu bisa pecah kapan saja. Itu akan sangat berbahaya dan juga... Pendarahannya makin melebar."
"Bukankah mengoperasiku sama saja menyuruhku mati lebih cepat?" Chanyeol kini menatap Luhan.

"Tapi.. Itu juga..  Satu-satunya cara untuk membuatmu hidup lebih lama Chan... Mianhae harus mengatakan ini."

Chanyeol berlutut pada Luhan.
"Chana...," Luhan berusaha membangunkannya.

"I beg you, Lu. Selamatkan aku. Geu yeoja... Aku masih ingin melihatnya lebih lama. Aku ingin menebus dosa-dosaku padanya sebelum aku mati... Juga sebelum dia menikahi pria lain. Jaebal Lu... Jaebal..."

Dan hanya keheningan tersisa di ruangan itu juga tangis Chanyeol yang makin menjadi.

*-*

Baekhyun berangkat lebih awal hari ini. Ada hal yang harus ia persiapkan. Ia juga ingin segera melihat Chanyeol yang beberapa hari ini tidak berangkat kerja. Pagi tadi Chanyeol sudah mengiriminya pesan.

"Jangan khawatir. Hari ini aku berangkat. See you, My Princess"

Sebuah pesan singkat yang membuat pipi Baekhyun memerah.

Benar saja, beberapa saat setelah Baekhyun tiba di kantor, Chanyeol pun datang.

"Pagi, chagi..."

"Jangan bicara begitu... Ini kantor."

"Kenapa? Kau takut dipecat? Oh iya... Aku punya sesuatu untukmu." Chanyeol mendekati Baekhyun. Ia membuka sebuah kotak kecil. Isinya sebuah kalung yang sangat indah.

"Ini kalung dariku. Selamanya kau tak boleh melepasnya, Baek. Bahkan jika kau menikah dengan selain aku, kau harus tetap memakainya." Chanyeol memasangkannya ke leher Baekhyun. Baekhyun tak menolak.

"Ini pasti mahal sekali. Tidak bolehkah aku menjualnya?," goda Baekhyun.

"Tidak. Jika suatu hari nanti kau jatuh miskin, jangan pernah berani menjual ini. Datanglah ke kantor sosial, mereka akan membantumu. Dan juga... Mulai hari ini, kau adalah milikku." Chanyeol memeluk Baekhyun. Erat... Semakin erat...

"Chana... Lepas... Nanti ada yang lihat."

"Diam, Baek. Dengarkan aku. Mulai detik ini... Jangan pernah melupakanku. Jangan menghindariku, jangan berpaling dariku. Ketika kau bersamaku, kau adalah milikku. Lupakan Oh Sehun saat kau bersamaku. Jangan pura-pura tidak mengenalku, Baek. Itu sangat menyakitkan... Jangan mengabaikanku. Jangan membohongiku. Di sisa waktu ini, biarkan aku menebus kesalahanku padamu, Baek."

Baekhyun merasakan bahunya basah. Chanyeol menangis lagi.

"Maafkan kesalahanku di masa lalu. Ayo hidup bahagia meski hanya sebentar saja. Setelah kau bahagia dengannya, aku akan pergi Baek. Aku akan memastikan bahwa dia membuatmu bahagia... Tapi aku mohon... Nareul itjimarayeo jaebal... Yeongwonhi..."

"Chanyeora...," Baekhyun tak bisa lagi menahannya.

"Bogoshipo... Aku merindukanmu hingga rasanya hampir gila. Saranghamnida, Yeora... My Romeo."

*-*

"From now on, I'll call you Juliet and I'll be your Romeo. Promise me, Byuna."

                          - PCY 2004 -

--------------------------------------

•ㅅ•

@babychan61

Voment... ❤찬백


Your Name (Semi HIATUS)Where stories live. Discover now