SD'4'

2.8K 218 4
                                    

*ps: mulmed kak gentha*

"ck, bill tadi kan nanda bilang kita bakal jadi silent detective, jangan sampe mereka taulah, ayolah bill, gak mungkin kan kita Cuma berdua jadi detectivenya" ucap aya

"tau tuh udah tau kalau kita ngelakuin apa-apa jarang mikir kedepannya, nanti kalau kami kesalahan gimana, kalau kami ceroboh gimana, kalau kami yang terbunuh..."

"oke fine gue ikut kalian" ucap billa pasrah karena bagaimanapun dia tidak akan membiarkan teman-temannya celaka karena niat baik mereka.

---

Bell pulang sekolah berbunyi semua murid dengan segera merapihkan semua barang-barang mereka dan bergegas pulang, begitupun dengan 3 orang ini.

"jadi kita langsung ke kafe ini?" Tanya nanda

"gak nan kita keliling paris dulu" jawab billa malas

"ya langsung kesana lah lo mau bikin polgan lo nunggu lama?" jawab aya sambil merapihkan rambutnya

"ah iya ayoo kita bertemu polgan gadanta" semangat nanda

"hah polgan gadanta? Gak jelas maksud lo?" jawab billa

"bukan, kan namanya gadanta" ucap nanda polos

"GENTHA pea" ucap bila dan aya kesal

"alah beda dikit doang, udah lah ayo, eh gue udah cantik kan?"

"ganjen lo"

--

"mana ya polgannya?" ucap nanda sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe itu

"belum dateng kali nan, biasalah sibuk pasti, mending kita pesen dulu yok haus nih gue" ucap aya

Mereka pun memilih tempat yang jauh dari para tamu kafe ini, mereka memilih tempat yang paling pojok, dengan alasan supaya lebih nyaman dan damai.

"hmm milkshake coklat, oreo, sama vanilla nya ya mbak" pesan aya

"5 menit ya mbak"

Tring

Pintu kafe terbuka dan menampakkan manusia berbadan tegap, atletis, tampan, rahang yang membentuk kokoh, dan alis yang menambah kesan sangar mengedarkan pandangan ke penjuru kafe dan berhenti di meja bernomor 17, setelah itu berjalan menghampiri meja tersebut

"hmm maaf saya telat, tadi saya ada sedikit urusan, kalian sudah lama?" ucapnya dengan senyum diakhir kalimatnya

"ahh belum kok pak,, mm kak,, mm om,, aduhh"

Nanda merutuki mulutnya yang dengan mulusnya berkata 'om' didepan kepala polisi

"haha sepertinya kalian masih bingung memanggil saya apa, panggil aja saya kak, dan tidak usah canggung anggap saja saya kakak tingkat kalian"

"i..iya kak" jawab ketiganya

"permisi mbak, mas ini pesanannya,"

"terimakasih ya mbak, mm kak gentha gak pesen minum?" tawar aya

"oke coffe late nya ya mbak terimakasih"

"baik mas"

"hmm jadi maksud saya kesini mau berterimakasih ke kalian..."

"huh 3 kali kakak udah bilang terimakasih, padahal kami Cuma nemuin sample darah dan tongkat bisbol saja" ucap billa

"oh oke, sebenarnya tongkat bisbol yang hanya ada bekas darahnya itu adalah senjata pembunuhnya, dia menggunakan itu untuk membuat bu dina tidak sadarkan diri dengan memukulkan tongkat itu ke kepala belakang bu dina karena tongkat tersebut ada darahnya, dia ingin menghilangkan jejak dengan mengelapnya dengan tangannya sendiri dilihat disitu masih ada sidik jari pembunuh, dan pembunuh mengelap darah itu di celananya setelah itu kabur lewat pintu belakang gudang dilihat dari sample darah yang kalian ambil dari knop pintu yang ternyata ada darah korban, sidik jari pelaku, dan benang halus kain celananya, maka dari itu seemua yang kalian berikan ke saya itu sangat sangat bermanfaat" jelas gentha panjang lebar dan billa, nanda, dan aya hanya menyimak dan diam-diam mengagumi perbuatan mereka yang ternyata sangat mambantu penyelidikan ini.

"ah hanya kebetulan kak, kalau darah kemarin saya ambil dengan tissue supaya sidik jari saya gak bercampur di sample itu" ucap nanda

"iya kak, dan tongkat bisbol itu kami hanya menebak-nebak saja" lanjut billa

"tapi jika itu sangat membantu ya syukurlah" sambung aya

Komjend. Pol gentha menyesap caffe latenya yang sudah sekitar 3 menit yang lalu datang, dan mereka bertiga kagum melihat tampannya 'kak' gentha saat tengah meneguk coffe nya.

to be continue? 

vote, coment 

#thanks 

biglove 

-PGA

silent detectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang