'SD' 32

1.2K 97 5
                                    

"permisi mbak ini pesanan nya" pegy hanya mengangguk sedangkan aya dan nanda masih mencerna kata demi kata yang baru saja terlontar dari mulut pegy

"bukan aku yang penuh dengan teka-teki, tetapi perasaan kalian lah yang membuat kalian masuk ke dalam labirin" ucap pegy lagi

"darimana lo tau, kami sedang menyelesaikan satu masalah, dari mana lo tau kalau billa dilarang, dari mana lo tau kalau kami tidak bisa tenang saat ini, dan darimana lo tau kalau tempat ini tempat pertama kali kami dijadikan detektif ah iya darimana juga lo tau kalau waktu kami dijadikan detektif minuman ini yang kami pesan bahkan kami belum berkata mau pesan apa kami" keluarlah semua pertanyaan yang ada ada dibenak nanda

"kalian tenang dan kalian bisa menjawab apa yang kalian pertanyakan"

"apa susahnya jawab pertanyaan kami peg, apa bener lo pelaku mhhhmmpph" nanda segera membekap mulut aya, jika tidak maka semua pengunjung kafe ini tau siapa mereka sesungguhnya hnya karena emosi aya, dan matanya menatap dalam mata pegy setelah itu dia tersenyum dan membuka bekapannya pada aya

"oke lo cenayang dan lo sangat mengidolakan kami, itulah jawaban dari semua yang gue pertanyakan" jawab nanda sambil tersenyum

Dan aya sepertinya juga sudah mulai menenangkan diri

"aku suka sifat idola aku udah balik lagi dan soal cenayang itu Cuma keturunan dari ayahku"

"jadi lo tau siapa itu pg3?" Tanya aya

Pegy mengangkat bahunya

" saat aku ke TKP aku gak nemuin orangnya, jadi aku gak bisa membantu kalian soal itu, tapi aku menemukan ini di tkp mungkin berguna, ini aku temuin di genangan darah, dan sudah aku cuci" ucap pegi memberikan cincin kepada aya dan nanda

"astaga kenapa dicuci peg, kalau dicuci sidik jarinya sulit ditebak dan lagi kenapa gak pake tissue sidik jari lo yang lenih dominan disini" ucap aya

"aku gatau lah kan aku bukan kalian yang detektif"

"tapi terimakasih, dan hmm ini sudah mau jam 3 kami harus pergi"

,,

" ya jadi gitu kak ceritanya, dia bukan pelakunya dia bahkan mengidolakan kita"

"ah iya tadi adik aku minta bantuan mengerjakan pr kak, mereka menyingkat golongan 3 dan periode 3 menjadi p3g3, entah kenapa aku langsung berpikir apa mungkin pg3 itu al?" ucap aya

"Al? apa mungkin?"

"nah ini dia barang bukti yang bisa memecahkan siapa itu pg3?" ucap steven sambil membawa sepasang sepatu

"ini sepatu polisi axton waktu jadi korban?" Tanya rial

"iyalah, untuk apa gue bawa kalau ini sepatu kondangannya" ucap steven

"kenapa gak langsung di cek di laboratorium?" Tanya aya

"untuk apa gue punya pacar pinter kalau gak digunain?" ucap rial

"wah lo udah jadian yaaa sama aya?" ucap rieki

"dih kapan lo nembak gue al?" Tanya aya

"kode al, minta ditembak tuh" goda nanda

"haha kamu juga mau aku tembak?" goda steven

"kalau mau nembak nanda coba izin dulu nih sama satpamnya" kini kak gentha lah yang menggoda steven

"hehe ada kak azka ya jadi malu"

"jijik si stev, sok malu lo"

"udah-udah sekarang coba kalian cek dulu siapa tau ada yang tau nihtanpa laboratorium kalau bener2 gak ketemu ya kita cek dilaboratorium"

Nanda mulai mengambil tissue dan menggulungkan tangannya dengan tissue, dan aya mulai mengamati cincin itu dengan kak azka dan rial dan rieki

"stev gak ada niat bantu gue gitu" sindir nanda dengan mata yang masih menatap tissuenya, setelah itu steven mendekat ke nanda

Nanda mulai menyentuhkan tangannya yang dibalut tissue itu ke tapak sepatu itu setelah itu sia sentuhkan satu tangannya lagi ke tissue yang sudah ada bekas tapak sepatu itu. Steven? Hanya mengikuti apa yang nanda perhatikan

Sesekali nanda mencium aroma itu, dan mulai memejamkan matanya

"ah, aku sangat kenal dengan dna ini, mungkin aku pernah menyentuh orang ini" ucap nanda tiba-tiba

"aku juga merasa pernah berkontak mata dengannya baru-baru ini" ucap steven

"tunggu, matanya abu-abu?" sambung steven

"dan cincin ini, coba kamu liat dan ingat-ingat ukurannya nan" ucap aya 

to be continue?

vote, coment

#thanks

biglove

-PGA

silent detectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang