19. Plan (II)

2K 381 79
                                    

Sang hening terkejut dengan tangisanku

Ia mencoba menghibur

Namun bukankah hening hanya menyisakan hening saja?

Tanpa suara yang mampu menenangkan

.

.

.

Kami berjalan beriringan dalam satu tujuan yang sama, namun masing-masing dari kami pernah bertanya pada diri sendiri, 'Apakah yang kami lakukan adalah hal yang seharusnya?'

__The White Lotus Chapter 19 "Plan"__

WUSH

Satu anak panah berhasil menembus titik yang telah ditandai pada pohon yang berada cukup jauh dari hadapan lelaki itu.

"Aku heran mengapa panah hyung tak pernah meleset, selalu tepat sasaran," komentar Namjoon menatap Seokjin intens.

"Mungkin karena sudah kebiasaan, dari dulu aku lebih suka memanah. Tak berbelit-belit langsung ke pusat yang mematikan. Hanya memastikan musuhmu tenang dan saat anak panah ini sudah terlepas maka tinggal menunggu takdir."

Namjoon mengangguk mengerti, "Aku harap kau menggunakannya dengan baik malam ini, hyung! Karena hanya kau sendirian yang menggunakan panah."

Seokjin mengangguk mengerti, ia kembali menarik busur lalu perlahan melepasnya dan sekali lagi berhasil mengarah tepat pada sasaran.

Matanya memicing menatap ke sana, "Namjoon-ah!"

Namjoon yang tampak membersihkan pedangnya menoleh, ia sedikit mendongak karena posisinya yang duduk sedangkan Seokjin sedari tadi telah berdiri.

"Kenapa hyung?"

Seokjin menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, "Apa kau pernah merasa menyesal karena telah kutolong waktu itu dan menempatkanmu pada keadaan seperti ini?"

Namjoon tersenyum getir, "Mungkin pernah, aku tak ingat kapan."

"Benarkah?" Seokjin menoleh menatap Namjoon, "Kenapa kau menyesal?"

"Mungkin karena aku merasa apa yang kulakukan salah, tapi aku mulai berpikir berapa banyak lagi orang yang menderita karena orang itu? Berapa banyak lagi nyawa yang akan melayang? Jika kita tak memulai semua ini, berapa banyak lagi? Beberapa tahun yang lalu Yoongi hyung pernah berucap padaku, saat kebenaran diungkap walau dengan cara yang salah, dewa akan memurnikanmu. Aku tak tahu apa itu benar, tapi aku rasa aku mempercayainya. Kita bertemu karena hyung dan itu bukan kebetulan semata, kita memang ditakdirkan untuk melakukan ini."

Seokjin terdiam memikirkannya, ia cukup lega dengan jawaban Namjoon.

"Hyung!"

"Hm?"

"Apa yang kau lakukan jika salah satu di antara kita tak bisa bertahan?"

Seokjin tersenyum miris, ia sudah tahu hal itu akan terjadi cepat atau lambat, "Hanya tetap berjuang hingga akhir."

"Bahkan jika orang itu adalah adikmu sendiri?"

"Ya," Seokjin kembali menatap ke depan, "Jika itu adikku, aku akan berjuang sampai akhir, sampai mereka hancur. Dan saat semuanya berakhir, aku juga akan mengakhiri hidupku."

.

.

.

Jimin menyusuri jalan ibukota yang dipenuhi oleh berbagai macam kalangan, di sisi-sisi jalan terdapat pedagang yang menjajakan barang-barangnya, dari makanan sampai barang-barang bernilai mewah. Lelaki itu terus berjalan hingga dirinya terhenti pada sebuah kios dagang yang kini menjajahkan buah-buahan.

The White Lotus ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang