25. Side Story (IV)

1.7K 358 38
                                    


Hujan menghantam tanah berdebu

Hingga debu itu menyatu bersama tanah basah.

Dia bukan debu lagi

.

.

.

Setiap pertemuan akan ada perpisahan bukan? Dan saat perpisahan itu terjadi, aku mengingat pertemuan kita.

__The White Lotus Chapter 25 "Side Story (IV)"__

Mungkin sudah ke sekian kalinya lelaki berumur sebelas tahun itu menghela napas saat dirinya kembali mendapat perintah untuk membawa barang-barang berat ini ke toko kecil ibunya di pasar ibukota. Menjadi anak lelaki satu-satunya membuatnya harus melakukan hal ini, ayahnya bahkan tak peduli dan hanya menjadi orang yang mabuk-mabukan.

"Ini barangnya, ibu!" ucapnya saat tiba di toko yang menjajakan makanan itu.

"Eoh, simpan di situ!"

Jimin –nama lelaki itu- hanya mengangguk lalu melakukan tugas yang sudah sering ia lakukan. Mengambil bahan makanan yang disimpan ibunya di rumah kalau tiba-tiba saja makanan yang ia jual kehabisan stok bahan.

Lelaki itu menepuk-nepuk telapaknya setelah melakukan pekerjaannya yang cukup menguras tenaga, ia kemudian menegakkan tubuh dan berjalan menuju salah satu kursi yang tempatnya tak begitu jauh dari ibunya.

Toko ibunya cukup ramai dan dipenuhi oleh banyak orang, membuat wanita itu tak punya banyak waktu untuknya dan keluarga.

"Kenapa kau masih di sini, Jimin-ah? Adikmu menunggu di rumah 'kan?"

Ia mendongak menatap ibunya lalu tersenyum canggung, "Aku pulang."

Jimin segera turun dari kursi dan berjalan keluar, ia harus kembali ke rumah karena adik yang berumur setahun lebih muda darinya sudah menunggu. Beginilah nasibnya, menjadi anak yang harus mengurus adik karena ibunya yang bekerja dan ayahnya yang tak jelas.

Lelaki itu terus melangkah menuju rumahnya, namun langkahnya tiba-tiba terhenti melihat segerombolan orang memporandak-porandakkan rumahnya.

"KALIAN SIAPA?" teriak Jimin, ia bergegas mendekati adiknya yang sudah menangis ketakutan.

"DI MANA AYAHMU ANAK KECIL? DIA HARUS MEMBAYAR HUTANGNYA PADA MENTERI PARK!"

"Dia tak ada di sini, aku tak tahu di mana dia sekarang," jawabnya.

Orang yang berdiri paling depan itu mendengus, "Jangan berkilah dan melindungi ayahmu, cepat katakan di mana dia?"

"Aku benar-benar tak tahu tuan. Kalau ayahku yang berhutang kenapa kau harus menghancurkan rumah kami? Hutang ayahku tak ada hubungannya denganku! Pergilah dari sini!"

"Anak kecil ini benar-benar punya mulut kurang ajar. Kau itu anaknya tentu saja berhubungan! Suruh ibumu bayar hutang ayahmu! Kalau tidak kalian akan mendapat akibatnya!"

Jimin mendengus, "Aku membenci lelaki itu, jadi aku tak perlu melakukan apapun untuknya. Ibuku sudah bekerja keras dan orang itu hanya menghabiskannya. Kalau dia punya hutang, bunuh saja dia! Jangan pernah libatkan kami!"

Adik dari lelaki itu mengeratkan pegangannya pada bagian belakang baju kakaknya, ia sungguh takut.

"Anak kurang ajar! Kau akan tahu akibatnya nanti," orang-orang itu mulai pergi dari sana.

The White Lotus ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang