Karena takdir belum puas untuk bermain
Dan para manusia masih terjebak dalam permainannya
Lalu mereka hanya berputar pada satu poros
.
.
.
Setitik rindu itu menguar lebar menjadi sebuah penantian yang panjang. Lalu hati yang menjauh itu mulai mendekat karena sang rindu yang menjalar menggapai mereka. Dua insan ini tak bersalah jika mereka saling mencinta, namun kesalahan mereka yaitu berjalan dalam dua jalan yang terhalang dinding pembatas. Ada takdir yang bermain dan mereka terjebak masuk ke dalamnya, mereka beranggapan berjalan ke depan namun ternyata jalan mereka hanya berputar dalam satu poros. Ke depan lalu kembali ke belakang.
Seperti saat ini, mereka kembali lagi seperti pertama kali mereka bertemu. Masih dengan angin yang berhembus dan sang bulan purnama yang menyaksikannya. Mata mereka saling memandang, menyiratkan perasaan yang tak berubah sedikit pun. Masih sama dan penuh akan rasa.
"Kau Jung Yein 'kan?"
Gadis itu tersadar dalam keterdiamannya, ia mengerjapkannya matanya beberapa kali lalu dengan segera ia menepis pedang pengeran dengan pedangnya. Tidak begitu kuat, namun mampu membuat pangeran menjatuhkan pedangnya, atau memang lelaki itu berniat melakukannya.
"Jung Yein?"
Yein memundurkan tubuhnya lalu tanpa disangka ia mengacungkan pedang pada pangeran.
"Kau benar Jung Yein. Aku tak akan pernah lupa dengan wajahmu. Wajahmu masih sama seperti sembilan tahun yang lalu. Masih cantik dan mempesona."
Yein tak berucap apapun dan tetap mengacungkan pedang pada lelaki yang menampilkan guratan yang menyentuh relungnya, namun gadis itu ingin memegang egonya. Ia masih berjalan mundur dan pangeran yang terus mendekat.
"Kau ingin membunuhku? Kalau begitu bunuh saja! Aku rela jika mati di tanganmu!"
Dan tanpa diduga, Jungkook memegang pedang itu dan mengarahkannya ke jantungnya.
"Lepaskan tanganmu!" Yein meninggikan suaranya.
"Bahkan suaramu tidak banyak berubah!"
Tangan lelaki itu mengeluarkan darah dan ujung pedang itu hampir mengenai tubuhnya.
"Aku mohon lepaskan tanganmu. Kau terluka, pangeran!" mata gadis itu mulai berkaca-kaca, ia tak sanggup melihat wajah menyedihkan lelaki yang ia cintai itu.
"Terima kasih karena masih hidup!"
Yein melepaskan pegangannya pada pedang itu dan segera berbalik hendak pergi, namun pangeran lebih cepat. Lelaki itu menyentakkan pedang Yein ke tanah dan dengan segera menahan gadis itu sebelum pergi.
Setetes air mata keluar dari mata pelupuk Yein, ia menunduk menatap tangan pangeran yang melingkar di perutnya. Dagu lelaki itu menyandar di bahunya.
"Jangan pergi lagi, aku mohon!" suara yang begitu lirih dan sukses membuat Yein kini terisak. Ia kembali menjadi gadis cengeng hanya karena sosok seorang pangeran. Setelah sekian lama, perasaan ini kembali tertumpahkan dan berhasil meremas hatinya penuh rasa sakit.
Pangeran menutup matanya, menghirup aroma yang ia rindukan. Gadis yang ia cintai, gadis yang ia fikir tak mampu ia lihat lagi ternyata masih hidup. Ia tak salah, ia yakin bahwa gadis ini memang gadisnya.
Yein goyah akan keinginannya untuk tak ingin bertemu lagi pada lelaki itu, Yein goyah akan dirinya yang tak ingin kembali memeluk lelaki itu, Yein goyah akan hatinya yang mencoba melupakan lelaki itu. Gadis itu berbalik tanpa melepas pelukan pangeran dan membuatnya mampu memandang pangeran dari jarak yang amat dekat. Sangat dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lotus ✅
Random[HISTORICAL FANFICTION] Saat kami berpikir bahwa cinta itu luar biasa indah, ternyata cinta itulah yang membuat kami terperosok begitu dalam ke lubang derita. "Aku adalah musuh Anda, seseorang yang menghunuskan pedang pada Anda." "Saat pedang itu b...