Author pov.
Cowok yang gak sengaja nguping pembicaraan vanilla dan Raka.
Masuk menghampiri Vanilla yang kini terduduk dengan melipat kedua tangannya yang di topang oleh kedua tangannya.
Tubuh vanilla terus gemetar akibat menangis tidak bersuara.
"Hmm" cowok itu berdehem
Vanilla tidak meresponnya
"Hikss..hiksss" isak tangis Vanilla.Cowok itu bingung menatap bunga serta kue yang berserak di samping Vanilla.
"Lo baik-baik aja kan?" tanya cowok itu sedikit mengkhawatirkan Vanilla.
Akhirnya Vanilla mengangkat kepalanya dan menatap cowok yang sedang berdiri di depannya.
Cowok itu gak asing buat Vanilla, sebelumnya Vanilla udah pernah liat dia. Tapi Vanilla lupa dia siapa.
"Lo si-siapa?" tanya Vanilla terbata-bata
Bukannya menjawab malah ikutan duduk.
"Jadi lo pacarnya Raka?"
Vanilla mengerutkan keningnya
"Lebih tepatnya mantan""Ahya mantan, sorry"
"Lo tau Raka?" tanya Vanilla
Cowok itu mengangguk
"Dia teman ekskul gue"Vanilla mengangguk paham.
"Yaudahlah lupain aja toh emang pacarnya lebih cantik, eh maksud gue selingkuhan sih" kata cowok itu enteng.
"Maksudlo?"
"Lo terlalu bodoh"
"Dihh enak aja gue itu pintar jangan asal ngomong lo"
"Emang lo gak tau Raka udah punya cewek 5 bulan yang lalu, dan lo gak tau itu, kalau bodoh apa dong namanya?"
Vanilla tidak mau terlalu percaya omongan orang aneh ini, dan langsung berdiri.
"Tau ahh" ketus Vanilla.
"Yee lo gak percaya sama gue?"
"Gaklah, lo itu orang asing yang tiba-tiba datang gak tau dari planet mana"
"Lo gak liat apa gue pakai seragam sama kayak lo itu artinya gue juga sekolah disini"
Vanilla terdiam.
"Nih" kata cowok itu memberikan sapu tangannya.
"Lap dulu tuh air mata lo, lo mau kembali ke kelas kan? Nanti teman lo kira lo abis di aniaya lagi sama Raka" cibir cowok itu.Vanilla hanya memutar bola matanya. Dan menerimanya dengan senang hati.
Vanilla melap sisa air matanya lalu pergi meninggalkan cowok itu.
"Woi nama gue Fahri Graynad, lo bisa ajak gue curhat kelas gue disebelah kelas lo kok" teriak cowok itu.
Vanilla pura-pura gak denger. Dia terus berjalan.
"Untung lo cantik" cibir cowok itu membuat Vanilla tersenyum simpul.
Walaupun hatinya sangat-sangat sakit tapi mau gimana lagi Vanilla tidak bisa mengembalikan semuanya.
Vanilla tau ini yang terbaik untuk hubungan mereka.
Vanilla tidak mau terlalu berlarut-larut hanya karna seorang cowok.
Menurut Vanilla patah hati adalah suatu pendewasaan hidup, maka dari itu Vanilla akan terus berjalan ke depan tanpa harus melihat ke belakang.
Sisi baik dari luka adalah kita bisa menikmati proses sembuhnya. Dan kita harus belajar memahami ketika kita di sakiti lagi kita akan mengerti apa yang akan kita lakukan selanjutnya.
Saat kembali di kelas.
Terlihat putri yang serius bergutat dengan catatan sejarahnya.
Vanilla pun duduk dengan menghela napas pelan agar tidak mengganggu putri yang serius."Eh dah balik, gimana tuh anivnya pasti lo bahagia banget selamat deh la" kata-kata putri menusuk banget.
Vanilla menundukkan kepalanya.
"La kue lo gak lo bagi ke gue?" putri terkekeh.
"Guenya hancur put, tadi jatoh" vanilla angkat bicara.
"Lonya sih bawa gak ati-ati jadi Raka tau?"
"Kue itu jatuh karna Raka kok"
"Maksud lo?" putri gak ngerti karna semakin kesini perkataan Vanilla semakin ambigu saja.
Vanilla menghela napas "gue putus put"
Putri mematung gak bisa ngomong apa-apa dia. Soalnya raut wajah Vanilla tadi pagi itu amat sangat bahagia dan bersemangat.
"Hahh lo candanya keterlaluan deh" putri berusaha mencairkan suasana.
"Seandainya itu benar candaan put, gue ikhlas" kata Vanilla pasrah.
Putri mengelus punggung Vanilla lembut seakan tau betul rasa yang dialami Vanilla.
Sekalipun putri udah lama gak pacaran tapi dia mengerti posisi Vanilla."Lo yang sabar ya"
Vanilla mengangguk paham, kali ini Vanilla lebih terlihat tegar di banding di rooftop tadi. Karna Vanilla yakin semua akan baik-baik saja.
***
Vanilla mah orangnya seterong😁Authornya masih belajar nulis, ini hanya nekad aja buat di publis sekali-kali buat belajar😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla Abu-abu
Fanfiction"Dulu aku pernah minta sama Tuhan untuk kirimin aku orang yang bisa buat aku tersenyum lagi dan orang itu datang. Tapi, aku lupa minta sama Tuhan buat miliki orang itu. Orang itu hanya datang lalu pergi lagi."