Luka.

59 3 3
                                    

Sudah seminggu ini Gray gak main ke rumah gue. Yang dulunya sering banget ngajak gue main sekarang sudah gak lagi.

Gue gak ngerti apa yang buat Gray menjauh dari gue, apa gue punya salah?entahlah.

Gue manatap langit-langit kamar gue sembari berpikir apa yang terjadi sama Gray belakangan ini.

Seperti ada yang hilang saat Gray berubah.

Di kelas Gray irit banget bicara sama gue seperti kemarin "gue pulang bareng Cherry la" apa Gray suka sama Cherry? Karna belakangan ini mereka terlihat sering sama-sama.

Seperti ada luka yang tidak berdarah tapi sakit.

Gue kangen lo Gray.

Gue menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh gue.
***
06:15

Pagi ini gue bangun sangat cepat, mungkin karna gue banyak pikiran. Ah tidak tidak mungkin karna gue mikirin Gray.

Dengan sigap gue mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

Tidak butuh waktu lama gue pun turun dan di bawah sudah terlihat mama yang menyiapkan sarapan.

"Morning sayang" sapa mama sambil tersenyum.

"Too ma" kata ku singkat lalu duduk menyamai posisi gue sama mama.

"Kenapa hari gak bersemangat sih? Oh mama tau lagi patah hati yah?" ejek mama.

"Ma ih apaan sih, Nilla gak patah hati pacar aja gak punya" cibir gue lalu makan nasi goreng.

Mama hanya tertawa.
***
Gue berlajan gontai di sepanjang koridor, entah kenapa semenjak Gray berubah gue gak semangat ke sekolah.

Saat masuk kelas.
Gray sudah datang lebih dulu, Gray duduk manis di bangkunya dan sibuk dengan hpnya.

Setelah simpan tas gue ke bangku Gray.

"Woi serius banget sih, apaan tuh?" tanya gue dan duduk di samping Gray.

Gray menoleh "oh ini, gue lagi liat-liat buket bunga" jawabnya lalu kembali memperhatikan hpnya.

Gue mengangguk "buat siapa?" tanya gue penasaran.

"Cherry" jawabnya singkat.

Deg

Seperti seribu pisau yang menusuk ke hati gue saat Gray menjawab.

"Oh"

"Eh lo bantu gue yah, lo kan cewek tuh kira-kira bunga yang bagus yang mana yak?" tanya nya sambil nyikut gue. Dan gue hanya melongok sambil mengangguk.

Gray memberikan hpnya ke gue. "Lo liat bagusan yang mana"

Gue menatap beberapa gambar bunga yang ada di hp Gray.

"Semuanya bagus" kata ku lalu mengembalikan hpnya. "Tapi yang paling bagus mawar putih yang tadi" sambung ku.

"Oh okok makasih yak, eh gue keluar bentar yah" katanya lalu keluar kelas.

Gue hanya mengangguk pelan.
***
Di kantin.

Sekarang gue sama Cherry lagi minum jus sambil cerita-cerita tentang pelajaran yang tadi.

"Oh iya La, gue mau tanya sama lo dong" kata Cherry.

"Tanya apa?"

"Gray itu orangnya kayak gimana sih?"

"Dia baik" jawab ku singkat.

"Oh" jeda "kalau gue sama dia, hmm kira-kira dia juga suka gak sama gue?"

Pertanyaan ini yang membuat gue tersedak minuman sendiri, selain itu menohok banget di hati.

Gue natap Cherry yang lagi senyum-senyum. "Kalau suka kenapa tanya ke gue, tanya langsung sama orangnya" jawabku lalu pergi.

"Di kira gue paranormal yang bisa liat semua isi hati orang lain, kalau suka ngomong langsung sama orangnya jangan ke gue. Dasar bocah" batinku.
***
"Gray..gray.. Ihh woi curut" teriak gue sambil ngejar-ngejar Gray.

Gray akhirnya berbalik.
Sementara gue mengatur napas terlebih dahulu.

"Hufftt ehh kalau di panggil itu balik napa? Capek tau" keluh ku.

"Yah gue gak denger, lo kenapa?" tanyanya.

"Gue bareng lo yah, soalnya mobil gue masuk bengkel" gue memasang muka memohon.

Tiba-tiba dari belakang gue ada Cherry yang berjalan dan berhenti di samping Gray.

"Gue sudah janji mau antar Cherry, maaf yah" jawab Gray.

Tiba-tiba Reza lewat.

"Za.. Reza woi" teriak Gray. Dan Reza menghampiri kami.
"Nah lo di antar Reza yah" sambungnya.

"Ihh ngeselin banget sih" batinku.

"Za lo antar nih bocah yak, dah" kata Gray sebelum akhirnya pergi sama Cherry.

"Kenapa masih diam disini, gak mau pulang? Suara Reza membuyarkan tatapan gue yang sedari tadi menatap punggung Gray.

"Yaudah ayo" jawabku sambil berjalan malas ke parkiran.
****
Yang sabar yah Vanilla nanti suruh babang Jongsuk antar lo balik dah😄

Makasih dan Maaf😘

Vanilla Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang