Gray?

73 2 0
                                    

Author Pov.

Rasa penasaran Vanilla tentang bunga itu belum hilang dari kemarin.

Vanilla memutuskan untuk mencari tau sendiri dimana keberadaan Gray.

Vanilla benar-benar merindukan Gray. Meskipun dulu Gray sempat menjauhi Vanilla tapi , Vanilla gak mau jadi orang yang egois.

Vanilla menyusuri kota Jakarta.

Tempat yang pertama Vanilla datangi adalah rumah Gray.

Vanilla turun dari mobil dan masuk ke halaman rumah Gray.

Vanilla menekan bell rumah yang ada di samping pintu sambil mengatakan "permisi, assalamualaikum.."

Kata itu berulang kali Vanilla katakan. Tapi, hasilnya? Tidak ada orang yang menjawab.

Vanilla tidak mau menyerah, Vanilla terus saja menekan bell.

Sudah hampir setengah jam Vanilla berada di luar tidak ada orang yang membuka pintu.

"Gray lo kemana sih?" batin Vanilla.

"Terkadang menyerah juga butuh keberanian"

Saat Vanilla melangkahkan kakinya keluar.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di belakang mobil Vanilla.

Vanilla menatap mobil itu penuh harap agar orang yang ada di dalam mobil itu adalah Gray.

Ternyata harapan Vanilla putus, setelah melihat sosok perempuan yang turun dari mobil itu.

Vanilla membulatkan matanya, perempuan itu tidak asing untuk Vanilla.

Perempuan itu adalah Cherry. Perempuan yang memiliki lesung pipi dan itu yang menjadi tanda yang Vanilla liat.

"Cherry?" spontan Vanilla memanggilnya, karna Vanilla yakin dia tidak akan salah orang.

Cherry yang merasa namanya di panggil akhirnya menoleh ke sumber suara.

Vanilla menghampiri Cherry. "Iya lo Cherry kan?pacarnya Gray?"

Awalnya Cherry bingung namun, akhirnya sadar kalau perempuan yang menuduhnya ini adalah Vanilla sahabat Gray.

"Lo Vanilla?" tanyanya.

Vanilla dengan cepat mengangguk.

"Lo pasti tau Gray ada dimana? Cherry gue mohon kasih tau gue Gray ada dimana" kata Vanilla memelas. Mata Vanilla sekarang sudah berkaca-kaca.

Bukannya memberikan respon yang baik , Cherry malah merespon dengan ketus.

"Itu bukan urusan lo Gray ada dimana" jawabnya.

Kini Vanilla meneteskan air matanya. "Ry ini itu urusan gue! Gue berhak tau Gray ada dimana karna Gray itu sahabat gue!" Vanilla meninggikan suaranya.

"Sudah deh La mending lo balik sana, sampai kapan pun juga gue gak akan kasih tau lo dimana Gray berada"

"Awalnya gue kira lo emang pantas buat di cintai oleh Gray karna lo itu cewek yang baik. Tapi, setelah ngeliat lo seperti ini gue jadi kasian sama Gray" jeda " kenapa Gray bisa cinta sama orang jahat kayak lo!" bentak Vanilla.

Tapi Cherry gak membalas perkataan Vanilla, Cherry hanya mengatakan "lo akan tau sendiri kenapa gue kayak gini La" lalu masuk ke rumah Gray.

Vanilla yakin di dalam rumah itu ada Gray dan mamanya karna Cherry bisa seenak jidat masuk ke dalam.

Vanilla tidak tau letak kesalahannya ada dimana.

Segitu bencinya kah Gray dengan Vanilla? Entahlah.
***
Vanilla terus menangis di dalam kamarnya.

Vanilla berpikir setelah berada di London selama 5 tahun semuanya akan membaik, ternyata semuanya makin buruk.

Gray yang menghilang bagai di telan bumi.

Cherry yang tau dimana keberadaan Gray tapi tidak mau mengatakannya pada Vanilla.

Bunga mawar yang sudah saat lama di atas nakas milik Vanilla.

Semua itu menjadi tanda tanya yang besar di kepala Vanilla.

"Nilla?" panggil Karin dari bawah.

Vanilla yang menyadari itu langsung menghapus air matanya lalu turun menemui Karin.

"Kenapa ma?" tanya Vanilla saat turun.

"Kamu makan gih, dari tadi siang kamu belum makan"

Vanilla hanya mengangguk lalu duduk di meja makan.

Bahkan selera makan Vanilla sudah tidak ada lagi. Tapi, mamanya sudah membuat banyak makanan, kalau tidak di makan jadinya akan sia-sia.

Vanilla tengah menikmati makanannya. Tiba-tiba... Tok..tok..tok

"Nilla sayang kamu buka pintunya" teriak Karin yang ada di kamar kecil.

Tanpa ba-bi-bu Vanilla berdiri dan membuka pintu.

Saat Vanilla menarik kenop pintu.

Terlihat sosok laki-laki dengan mata kecoklatan dan berpakaian yang rapi tersenyum ramah kepada Vanilla.

Sosok yang Vanilla rindukan selama ini.

Sosok yang membuat Vanilla hampir gila karenanya.

Senyum yang selalu membuat hati Vanilla menghangat.

Mata yang selalu menatap Vanilla dengan tulus.

Tapi, hatinya bukan untuk Vanilla.

Kini ada di depan mata Vanilla.

Vanilla kembali meneteskan air matanya sambil tersenyum yang tidak bisa di artikan.

"Gray?" lirih Vanilla.
****
Wah..wahh.. Gray datang ke rumah Vanilla😂

Author: kemana aja lu bang?

Gray: eh lo yang buat ceritanya, masa iya lo tanya ke gue.

Author: wih sensi banget lu curut😤

Makasih dan Maaf😘

Vanilla Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang