03:00 KST
"24 jam yang mengubah segalanya"
.
.
Dahi Jimin mengernyit namun tetap fokus melajukan mobilnya dengan sangat cepat mengikuti mobil yang tak jauh di depannya. Ia dengan jelas melihat gadis yang masih tak ia ketahui namanya tadi diseret dengan paksa ke dalam mobil, Jimin memang sangat kesal dengan gadis itu bahkan amat sangat teramat kesal mendengar lontaran kebencian yang sungguh membuatnya naik darah. Tapi tetap saja, Jimin tak akan pernah diam saja membiarkan seseorang terlebih wanita berada dalam bahaya.
Otaknya mulai berotasi memikirkan banyak hal, akhir-akhir ini kejahatan terhadap wanita semakin merajalela. Dimulai dari perampokan, pemerkosaan bahkan penjualan organ dalam, Jimin menggelengkan kepalanya menepiskan kemungkinan itu. Ia berharap gadis yang tak dikenalnya itu tak terluka.
Mobil yang dikendarai Jimin terus saja melaju, berusaha untuk mendahului mobil di hadapannya. Namun sampai saat ini masih sia-sia, ia tak bisa mendahuluinya dan satu hal lagi yang sekarang dirutuki oleh seorang Park Jimin. Ia yang tidak membawa ponsel, awalnya ia sengaja tak membawa ponsel karena tak ingin diganggu tapi siapa yang menyangka bahwa kejadian seperti ini terjadi. Mulai sekarang, Jimin berjanji di dalam hatinya bahwa saat keadaan apapun ia harus membawa ponselnya.
"Kemana mereka akan membawa gadis itu?" gerutu Jimin saat ia mulai tak tahu jalan apa yang sedang ia lewati saat ini. Ia hanya tahu bahwa mobil ini perlahan telah keluar dari kota Seoul.
.
.
.
Gadis itu memberontak dalam apitan dua lelaki yang sama sekali tak ia kenali, tangannya diikat tali dan mulutnya dilakban. Ia sungguh kesulitan bergerak dan semuanya terasa sia-sia, perlahan gerakannya melemah dan ia pun mulai pasrah.
"Seharusnya kau harus setenang itu sedari tadi nona!"
Matanya melirik sinis lelaki di samping kirinya, ia sungguh mendengar suara lelaki itu. Sebenarnya siapa mereka? Apa yang mereka inginkan? Apa dia diculik agar mereka mendapat uang dari ayahnya yang kaya raya? Atau mungkin mereka adalah agen penjualan wanita.
Jiyeon bergidik ngeri dengan kemungkinan terakhir tadi, ia tak berharap itu terjadi padanya. Ia masih suci dan belum tersentuh, ia bahkan selalu menolak jika kekasihnya dulu menciumnya, ia tidak siap jika orang-orang ini menjualnya.
"Ayah, aku takut. Ibu...."
Mata gadis itu mulai memanas dan perlahan airmatanya terjatuh, ia tak tahu harus melakukan apa. Ia hanya gadis lemah yang tak bisa melawan, satu-satunya senjata yang ia miliki adalah mulutnya yang selalu melontarkan ucapan menyakiti hati. Tapi, itu sama sekali tak berguna saat ini.
"Siapa pun tolong aku!"
Ia berharap keajaiban terjadi padanya, seseorang menyelamatkannya dan membawanya kabur dari sini.
Sudah cukup lama ia merasa berada di mobil ini, matanya menatap ke depan memandang jalanan yang mereka lalui. Tak ada rumah ataupun bangunan di sekitar, sebenarnya kemana mereka membawanya. Apakah ia akan dibunuh? Tapi untuk apa? Otaknya sudah mulai tak waras memikirkan banyak hal mengerikan dalam otaknya yang mungkin saja bisa terjadi padanya sewaktu-waktu.
"Sepertinya mobil di belakang mengikuti kita sedari tadi!"
Jiyeon membelalakkan matanya mendengar ucapan lelaki di sebelah kananya, bisakah ia berharap orang yang mengendarai mobil di belakang itu akan menyelamatkannya?
"Aku juga sudah menyadari itu tadi, dia benar-benar mengikuti kita dari awal," ujar lelaki yang memegang kemudi.
"Dari awal?"
"Sepertinya kekasihmu begitu khawatir nona!"
"Kekasih? Mereka bicara apa?"
"Aku melihat kalian tadi bertengkar. Dalam hubungan memang seperti itu cukup biasa, lelaki itu terlihat marah padamu tapi tetap saja ia pasti khawatir jika kekasihnya diculik seperti ini."
Jiyeon mengerjapkan matanya mendengar ucapan lelaki itu, ia tak mengerti, "Bertengkar? Marah? Kekasih? Sia- JIMIN?"
"Kekasihmu seorang idol yah? Aku sering melihatnya! Bagaimana jika kita bermain-main dengan kekasihmu?"
Jiyeon menggeleng-gelengkan kepalanya, ia memang berharap lelaki itu menolongnya tapi jelas saja Jimin tak ada hubungannya dengan ini. Bagaimana jika tiga lelaki ini menyakitinya? Lalu membunuhnya?
Lelaki yang berbicara itu menghentikan mobil mereka dan perlahan keluar dari sana diikuti lelaki di samping kanannya, sedangkan lelaki di samping kirinya terus saja menjaganya agar tak kemana-mana.
.
.
.
Jimin menyipitkan matanya melihat mobil di hadapannya terhenti, tangannya meraba sesuatu di dashboard mobil lalu mengambil sebuah benda yang ia tahu selalu dibawa pemilik mobil ini. Ia memegang benda itu lalu sedikit menyembunyikannya karena jaket yang ia kenakan memiliki tangan yang cukup panjang.
Ia menarik napas dalam lalu perlahan membuka pintu mobil.
To Be Continue
A/N : Thanks yang udah nyempetin baca cerita aneh ini. 24 Hours udah masuk rank 45 dalam kategori Adventure! Yeay!
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ✅
Fanfiction[ROMANCE ADVENTURE FANFICTION] Park Jimin, seorang idol dari grup papan atas BTS tanpa sengaja bertemu dengan Kim Jiyeon, antifans dari grup yang ia naungi. Dua sosok yang tentunya saling bertolak belakang. Satu sosok dibenci dan satu sosok membenci...