19:00 KST

2K 393 114
                                        


19:00 KST

"24 jam yang mengubah segalanya"

.

.

.


"Menikmati waktu bersama anak muda?"

"Aku bisa gila!" rutuk Jimin, mata lelaki menatap sosok penculik yang berada sekitar tiga meter dari hadapan mereka.Tangan lelaki itu bergerak memegang jemari Jiyeon, "Satu..." bisik Jimin dan hal itu langsung dimengerti Jiyeon, karena gadis itu mulai menegakkan tubuhnya, "Dua..." tangan lelaki itu meraba sesuatu di dekatnya, "Tiga!" Jimin melempar sebuah batu dan sukses mengenai kepala orang itu sebelum akhirnya menarik Jiyeon berlari dari sana.

"AAAKKHHH... SIALAN! HEY, KEJAR MEREKA!" rutuk lelaki itu memegang dahinya yang berdarah. Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya merasa pusing sebelum akhirnya ikut berlari mengejar.

Jimin mengeratkan pegangannya pada jemari Jiyeon walaupun tangannya sungguh terasa perih tapi ia mencoba menahannya, Jiyeon sendiri cukup kesusahan mengikuti langkah Jimin, terlebih jalanan yang mereka tapaki bukan jalan lurus melainkan penuh semak dan bebatuan, parahnya lagi keadaan yang gelap membuat penglihatannya menjadi minim. Mereka hanya berlari entah kemana, berusaha menjauh dari kedua orang itu dan berharap ada yang bisa menolong mereka saat ini. Siapapun yang penting mereka selamat.

Rasa lelah semakin mendera keduanya, kecepatan lari mereka semakin menurun dan tiba-tiba saja Jiyeon tersandung batu membuat langkah Jimin terhenti.

"Jiyeon!"

Jiyeon dengan segera berdiri dan mereka kembali berlari dengan penculik yang masih berada di belakang mereka. Jiyeon menahan sakit di kakinya yang sepertinya mengalami keseleo, gadis itu menggigit bibirnya merasakan sakit.

Jimin sedikit melirik Jiyeon yang berlari dengan langkah yang sedikit aneh, "Kakimu baik-baik saja?"

Jiyeon mengangguk bohong, ia tak mau menyusahkan Jimin lagi. Sudah cukup lelaki itu berkorban banyak untuknya.

"Ada jalan raya di sana!" ucap Jimin, keadaan yang gelap masih membiarkan lelaki untuk melihat ke depan dan saat itu mereka berharap akan menemukan orang yang akan menolong mereka.

Tenaga mereka sudah terkuras banyak dan mereka mulai tidak sanggup berlari lagi, kedua langkah itu kini perlahan ke luar dari hutan itu, namun tiba-tiba saja silau cahaya menghantam dan sebuah mobil terhenti di hadapan mereka. Jimin menghentikan langkah begitu pula Jiyeon, hingga saat seseorang keluar dari pintu kemudi mobil Jimin refleks melingkarkan tangan Jiyeon di perutnya semakin mengeratkan tubuh gadis itu padanya. Ia mengenal lelaki itu sebagai teman dari kedua orang yang mengejarnya tadi.

Lelaki yang keluar tadi perlahan membuka pintu penumpang di belakang dan menampilkan sosok wanita dewasa yang cantik dan glamour.

"Lee Dahae?" ucap Jiyeon terkejut.

"Kau mengenalnya?" bisik Jimin.

"Dia calon istri ayahku!"

Jimin mendesah kesal, "Pantas saja kau membencinya."

"Wah, lihatlah calon anak tiriku ini. Penampilanmu sudah seperti gelandangan, siapa yang menyangka kalau kau adalah anak bungsu perusahaan real estate terkemuka di korea selatan?"

Jiyeon menggeram menatap wanita licik di depannya, "Tega-teganya kau melakukan ini! Apa maksudmu melakukannya?"

Wanita itu tertawa pelan, "Ini akibatnya kau selalu menentang pernikahanku dengan ayahmu. Kau benar-benar membuatku kesal! Jadi daripada kau selalu menghalangiku, lebih baik aku singkirkan kau, bukan?"

Jiyeon mengepalkan tangannya erat tanpa menyadari hal itu membuat Jimin meringis karena lukanya yang belum sembuh.

"Tapi..." wanita itu kini menatap intens Jimin, "Apa aku sedang beruntung saat ini? Seorang Jimin BTS sekarang ada di hadapanku."

"Akulah yang merasa sial."

Dahae berdesis kesal mendengar jawaban lelaki itu, "Tak apa, aku suka lelaki yang seperti ini. Terlihat lebih menawan!"

Dahae memainkan alisnya seakan memberi kode dan dengan segera ketiga anak buahnya mulai memisahkan Jimin dan Jiyeon. Jiyeon memeluk erat Jimin dari belakang, sedangkan Jimin terus saja menahan tangan gadis itu agar tak terlepas darinya. Dahae kemudian bersandar pada mobilnya memandang kejadian yang cukup menarik itu, hingga lebih dari dua menit berselang akhirnya kedua insan itu terpisah juga.

Dua lelaki memegang erat Jimin yang masih berusaha memberontak dan satu lainnya merangkul erat Jiyeon yang mulai kehabisan tenaga.

"YAK LEPASKAN AKU!" Jimin mencoba melepaskan diri namun nihil ia sudah tak sanggup lagi.

Jiyeon meneteskan airmatanya ketakutan, ia tak tahu harus melakukan apa di saat yang darurat seperti ini.

Dahae tampak mendekati Jimin lalu tersenyum kepada lelaki itu, tangannya membelai pipi lelaki itu membuat Jimin menatapnya nyalang, "Jauhkan tangan kotormu dariku!"

"Bagaimana kalau kita bermain sebentar? Aku akan melepaskanmu jika kau bersedia, aku ini sangat hebat."

Jimin menggeram kesal, "Lebih baik aku mati!"

Wanita itu terkekeh pelan, "Ini pertama kalinya seorang lelaki menolakku. Kau semakin menarik di mataku. Bagaimana jika aku membuatmu bertekuk lutut di hadapanku?"

"Aku tak tertarik dengan wanita murahan sepertimu. Di mataku kau tak lebih dari sebuah kotoran, bahkan lebih busuk dibanding itu. Aku tak suka melihat kotoran apalagi menyentuhnya, itu menjijikkan."

Dahae menarik napas kesal, tangannya yang lentik kini mencengkram rahang tajam Jimin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dengan paksa namun Jimin lebih cepat untuk menolehkan kepalanya ke samping membuat bibir wanita ular itu hanya mendarat di pipinya.

"YAK LEPASKAN JIMIN!"

Dahae menjauhkan wajahnya dan berbalik menatap Jiyeon yang kini memandangnya penuh amarah.

"Kau ingin membunuhku 'kan? Bunuh saja aku! Tapi jangan pernah menyentuh lelaki itu!"

Dahae kembali terkekeh, "Aku memang akan membunuhmu, bersabarlah! Tapi aku sedikit tertarik dengan lelaki ini, jadi biarkan aku bermain dengannya. Jangan membuat calon ibumu ini kesal!"

Dahae kembali menoleh menatap Jimin dan menyunggingkan senyum yang membuat Jimin ingin muntah saat itu juga. Tangan wanita itu kembali membelai pipi Jimin.

"JANGAN MENYENTUHNYA BRENGSEK!"

"Benar-benar gadis yang mengesalkan," Dahae membalikkan tubuhnya berjalan mendekati Jiyeon dan tiba-tiba saja ia menampar gadis itu dengan sangat keras.

"YAK!" Jimin berteriak tak terima, namun wanita itu malah menarik rambut Jiyeon dengan keras dan menghempaskannya ke tanah, "HENTIKAN, SIALAN!"

Dahae mulai mencekik Jiyeon membuat gadis itu kesulitan bernapas. Jimin kembali memberontak membuat kedua lelaki yang mengapitkan mulai kerepotan. Kedua lelaki itu tampak geram dengan tingkah Jimin hingga untuk kedua kalinya mereka memukuli lelaki itu. Tubuh Jimin terbaring di tanah dengan kedua tangan yang berusaha melindungi kepalanya, matanya menatap Jiyeon yang juga tersungkur di tanah dianiaya oleh wanita ular itu.

"HENTIKAN!" aktivitas penganiayaan itu terhenti, Jiyeon terbatuk memegang lehernya yang kesakitan lalu menghirup napas sedalam-dalamnya.

Suara gaduh terdengar, nampaknya kembali terjadi perkelahian. Jimin tak tahu siapa yang menolong mereka saat ini, ia akan mengatakan terima kasihnya lain kali... kalaupun sempat. Yang jelas lelaki itu sudah tak sanggup lagi, ia sangat kesakitan dengan darah yang mengalir dan lebam di sekujur tubuhnya. Penglihatannya mulai mengabur dan perlahan untuk kedua kalinya ia kehilangan kesadaran.

To Be Continue

24 Hours ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang