07.00 KST

2K 409 84
                                        

07:00 KST

"24 jam yang mengubah segalanya"

.

.

.

Wanita tua tadi datang dengan membawa dua gelas teh yang terlihat masih mengepul, Jimin dan Jiyeon menunduk berterima kasih atas jamuan yang diberikan wanita tua ini.

"Kalian terlihat masih muda tapi sudah menikah. Sangat jarang ada yang melakukan hal itu di jaman seperti ini kecuali dalam keadaan... hamil."

Jimin yang sedang menikmati tehnya tersedak karena ucapan wanita tadi, Jiyeon yang berada di dekatnya menepuk-nepuk punggung lelaki itu lembut.

Setelahnya, gadis itu pun kembali menoleh, mengibaskan tangannya ke depan sembari tertawa dibuat-buat, "Tentu saja kami menikah bukan karena itu, kami menikah karena sudah menjalin hubungan yang lama. Lagipula suamiku sudah mapan dan bisa memberi nafkah pada keluarga kecil kami nantinya."

"Rasanya aku ingin muntah mendengarnya,"rutuk Jimin dalam hati.

"Aduh, aku bahkan lupa menanyakan nama kalian. Saya Nam Youngja"

Jiyeon tersenyum lembut, "Nama saya Kim Jiyeon dan suami saya Park Jimin."

"Oh, jadi namanya Kim Jiyeon?"

Jimin berdehem pelan, "Tadi Anda mengatakan Anda tinggal bersama suami. Tapi, suami Anda di mana? Saya tidak melihatnya sedari tadi."

Youngja tersenyum, "Dia sedang mencari sesuatu untuk di makan. Mungkin dia akan membawa ikan dari sungai atau mungkin rusa hutan."

Jimin menganggukkan kepalanya mengerti, ia kembali menyesap tehnya dalam dan hanya mengikuti skenario yang dibuat gadis ini.

"Sudah berapa lama kalian menikah?" tanya wanita itu kembali.

"Baru sebulan," jawab Jiyeon. Jimin hanya tersenyum simpul tak berniat untuk mengatakan banyak hal.

Wanita itu mengangguk, "Jadi sebenarnya kalian ingin ke mana sebelumnya?"

"Kami berencana untuk ke Gwangju, tapi sepertinya suamiku lupa jalan dan akhirnya kami tersesat di sini. Bensin mobil kami habis dan seperti inilah," bohongnya.

"Jadi dimana mobil kalian?"

"Kami meninggalkannya di jalan, tak ada yang bisa kami hubungi saat ini karena ponsel kami ternyata ketinggalan. Jadi kami berencana pulang dan mengambil mobilnya nanti."

"Baiklah kalau begitu nikmati minuman kalian, saya akan menyiapkan kamar untuk kalian istirahat!" wanita tua itu tersenyum lalu berjalan ke sebuah ruangan yang tak jauh dari mereka.

Jimin menghela napas gusar, ia melirik gadis itu tajam, "Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa padamu. Aku sangat kesal!" ujarnya dengan nada rendah.

"Pikirkan itu nanti saja! Aku juga sama kesalnya."

"Lebih kesal siapa? Kau membuatku berada dalam situasi yang menyebalkan ini!"

Jiyeon mendengus pelan, "Kalau begitu lebih baik kau tidak usah menolongku!"

"Dan membiarkanmu tersakiti? Kau fikir aku tega membiarkannya? Aku sangat tidak suka seorang wanita tersakiti," tatapan tajam Jimin membuat Jiyeon mencelos. Ia merasa sedikit takut melihat tatapan tajam lelaki itu.

24 Hours ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang