21:00 KST
"24 jam yang mengubah segalanya"
.
.
.
"Ya, terima kasih atas infonya PD-nim! Kami akan ke sana sekaligus saya ingin mendiskusikan tentang kejadian ini! Sampai ketemu PD-nim!"
Ryuwon menutup panggilannya, Jiyeon menoleh menatap ayahnya, "Ayah menelpon siapa?"
"Bang Sihyuk, CEO Bighit Enterainment."
"Ne?" Jiyeon terlihat terkejut mendengar pernyataan ayahnya. Sejak kapan ayahnya punya hubungan dengan CEO perusahaan musik?
"Kau pasti belum tahu apa yang terjadi saat kalian menghilang 'bukan?"
Jiyeon mengerutkan dahinya, Ryuwon mengerti kebingungan anaknya hingga ia menyodorkan ponsel berwarna rose gold yang memang milik Jiyeon.
"Kau akan mengetahuinya di headline berita hari ini."
Jiyeon mengambil ponselnya lalu mulai memainkan jemarinya pada benda pipih itu dan saat ia mengaktifkan data selulernya, ia dikejutkan dengan notif yang membludak di ponselnya, "Mwoya?"
Gadis itu berhenti memainkan ponselnya membiarkan notifnya yang bersahut-sahutan itu perlahan mereda, ia segera membuka sebuah aplikasi yang menjadi pusat notifikasi yang melonjak itu.
Jiyeon terkejut ketika akun instagram miliknya tiba-tiba saja mendapat banyak followers, love dan komentar. Ia membuka satu foto yang ia posting dua hari yang lalu dan membaca komentar di sana, banyak makian namun tak sedikit ada yang memujinya. Jiyeon menghela napas panjang, ia mulai mengerti bahwa dirinya sudah terjerat dalam skandal bersama dengan lelaki itu.
.
.
.
Tak begitu lama Jiyeon dan ayahnya tiba di rumah sakit yang telah dikatakan oleh Bang Sihyuk, gadis itu masih memakai baju yang sebelumnya namun kini dirinya ditutupi oleh jaket hitam dan hoodie yang menutup setengah wajahnya. Ia berjalan tergesa-gesa menuju bagian administrasi rumah sakit.
"Permisi. Saya mencari pasien bernama Park Jimin!"
Wanita itu berdehem pelan lalu tersenyum canggung, "Maaf, tapi kami mendapat perintah untuk tak memberikan siapapun akses untuk bertemu dengannya. Sekali lagi terima kasih."
"Tapi kami sudah mendapat izin dari Bang PD-nim!" Jiyeon mulai berbicara dan membuat pegawai rumah sakit itu menatapnya dari atas sampai ke bawah, tatapannya sedikit meremehkan.
"Kenapa Anda menatap anak saya seperti itu nona?"
Wanita itu hanya menunduk terintimidasi dengan Kim Ryuwon. Jiyeon ikut menunduk menggigit bibirnya, gadis itu kembali menahan airmatanya.
"Sajangnim!" suara itu membuat ketiga sosok tadi mendongak. Bang Sihyuk berdiri tak jauh dari mereka.
"Anda sudah datang PD-nim!"
"Kebetulan saya memang sudah dekat dengan Gwangju. Saat staff saya mengatakan mereka menemukan petunjuk keberadaan Jimin, saya langsung meluncur ke sini," Bang Sihyuk menatap gadis itu, "Ada sesuatu hal penting yang ingin saya tanyakan pada Anda, Kim Jiyeon-ssi."
.
.
.
Beberapa sosok di sana –Jiyeon, PD-nim, Ryuwon, bawahan Ryuwon dan staff bighit– tampak berada di koridor depan ruangan operasi. Tatapan Jiyeon terus saja tertuju pada lampu operasi yang masih menyala, kepalanya setengah bersandar di dinding.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Kim Jiyeon-ssi?"
Jiyeon menoleh ke depan menatap lelaki itu, ia mengambil napas panjang menghilangkan sedikit sesak yang ia rasakan, "Saat itu aku kabur dari rumah. Aku marah dengan ayahku yang akan menikah lagi," mendengar itu Ryuwon sedikit berdehem canggung.
Jiyeon menatap ayahnya sengit, hanya sekilas sebelum kembali menatap lelaki itu, "Saat berada di jembatan, kalungku jatuh tanpa sengaja. Aku mencoba untuk mengambil kalungku yang tersangkut di besi jembatan, tapi tiba-tiba saja ada orang yang menarikku turun. Itu Jimin dan dia mengira aku mencoba bunuh diri, aku sempat marah hingga membuatnya kesal. Dia meninggalkanku tapi hanya berselang beberapa detik, ada mobil yang berhenti di depanku dan orang di dalam mobil itu menyeretku masuk. Awalnya aku tak tahu Jimin mengikuti mobil itu dan dia sempat menyelamatkanku, membawa kabur dari sana."
Jiyeon menghentikan ucapannya mengambil napas panjang.
"Tapi sialnya mobi yang kami kendarai kehabisan bensin, kami memutuskan untuk meninggalkan mobil itu dan mencari bantuan. Kami mendapat pertolongan dari sepasang suami istri di dalam area hutan, kami sempat beristirahat dan makan di sana. Mereka mengatakan biasanya akan ada mobil menuju Seoul saat siang hari, jadi sekitar jam satu kami menunggu mobil itu. Tapi, penculik itu yang datang. Mereka menyeretku masuk dan memukuli Jimin...."
Jiyeon kembali menangis, air matanya kembali turun dan dengan cepat ia menghapusnya.
"Aku pingsan di mobil dan saat aku terbangun, kami sudah berada dalam ruangan dan Jimin mencoba memotong tali yang membelitnya dengan pecahan kaca. Telapaknya terluka parah dan dia tak memedulikannya untuk menolongku, kami sempat kabur kembali hingga akhirnya mereka menemukan kami lagi. Untung saja saat itu ada yang menolong kami. Tapi Jimin..." Jiyeon menutup wajahnya dengan tangan terisak.
Bang Sihyuk menghela napas dalam. Ia benar-benar tak menyangka kedua anak ini sangat menderita seharian ini.
"Kami akan mengambil jalur hukum untuk kasus ini, aku harap PD-nim juga mengambil langkah yang sama. Mereka tidak akan bisa lepas jika dugaan terhadap mereka sangat kuat dan hukuman mereka akan berat."
Lelaki itu menoleh menatap staffnya, "Hubungi kuasa hukum kita! Kita akan ambil jalur hukum, aku tak akan membiarkan orang yang itu selamat setelah mencelakai seseorang yang sudah ku anggap anakku sendiri."
"Bagaimana dengan skandal yang beredar, PD-nim?" tanya staff itu.
"Bagaimana kalau kita membenarkannya, PD-nim?" Ryuwon berucap membuat Jiyeon menatapnya terkejut.
"Ayah! Kami tak pacaran! Ayah sudah mendengar ceritaku tadi 'kan? Kami hanya tak sengaja bertemu saja!"
Ryuwon berdehem pelan, "Maafkan Ayah. Keadaan perusahaan semakin membaik setelah kabar kalian. Walaupun perusahaan Ayah memang tak ada kaitannya dengan agensy entertainment, tapi banyak investor yang menganggap ini sebagai hal yang baik untuk ajang promosi, terlebih Jimin adalah anggota grup yang sekarang populer."
"Bighit juga mengalami kenaikan saham. Perusahaan kalian cukup berpengaruh besar di korea selatan dan investor juga berpikir demikian, jika kalian berpacaran maka mereka berpikir bahwa kami akan melakukan kerjasama dengan Hipon grup."
"Tapi...."
"Lebih baik kita tunggu sampai Jimin sadar lalu mengambil tindakan apa terkait skandal ini. Kita perlu mendapat persetujuan dari kedua pihak bukan?" ujar Bang PD-nim.
Jiyeon menghela napas panjang lalu menutup matanya, ia bersandar pada dinding. Ia sudah cukup pening menghadapi situasi sebelumnya ditambah dengan hal ini. Jiyeon menolehkan kepalanya kembali menatap lampu ruang operasi yang masih menyala.
"Kau harus baik-baik saja!"
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ✅
Fanfiction[ROMANCE ADVENTURE FANFICTION] Park Jimin, seorang idol dari grup papan atas BTS tanpa sengaja bertemu dengan Kim Jiyeon, antifans dari grup yang ia naungi. Dua sosok yang tentunya saling bertolak belakang. Satu sosok dibenci dan satu sosok membenci...