Epilog

3.5K 477 225
                                        


EPILOG

"24 jam yang mengubah segalanya"

.

.

.

Lelaki itu menatap hamparan lautan manusia di hadapannya, napasnya masih terengah-engah setelah melakukan perform beberapa lagunya bersama dengan grupnya, ia memegang mic dan para member tampak menunggunya untuk segera berbicara.

"Annyeong Haseyo! Lama tidak bertemu yah!" dan setelahnya suara teriakan menggema ke seluruh bagian arena itu. Jimin menarik napas dalam, "ARMY-AH AKU MERINDUKAN KALIAN!"

Teriakan 25.000 ARMY benar-benar memekakkan telinga namun hal itu malah membuat para member semakin bersemangat. Bagaimana pun, ARMY adalah darah, keringat dan airmata mereka. ARMY adalah sayap mereka. ARMY adalah cinta yang tak akan pernah berakhir. ARMY adalah kupu-kupu mereka. ARMY adalah segalanya bagi mereka. Jadi ARMY akan selalu menjadi prioritas dalam hidup mereka.

"Pertama, aku minta maaf karena telah membuat kalian khawatir! Aku harus vakum dari konser tour dan baru bisa muncul di anniversary BTS ke empat ini. Tapi... saat ini aku baik-baik saja, jadi kalian tak perlu khawatir lagi. Semua permasalahan yang menimpaku sudah selesai dengan baik. Nyatanya, aku kembali bersama kalian! Bernyanyi di panggung bersama para member. Kalian juga jangan sakit! Mari nikmati musim panas ini dengan baik. Kita ukir moment terbaik dalam hidup kita bersama-sama."

Jimin menghentikan ucapannya, "Aku juga berterima kasih pada para member yang selalu setia menyemangatiku dan tentu saja aku berterima kasih pada ARMY yang tak pernah lupa mendoakanku. Saat aku sendirian, aku selalu merindukan dan mendoakan kalian!"

"Apa lagi yah?" Jimin menolehkan pandangannya pada para member.

"Yang jelas jangan sakit lagi!" Yoongi berucap.

"NE, HYUNGNIM!"

Jimin kembali menatap ARMY yang berada di depannya, "ARMY-AH SARANGHAE!"

.

.

.

Party Anniversary berakhir mereka semua tampak tersenyum bahagia, bagaimana tidak... setelah empat bulan mereka akhirnya perform lengkap bertujuh. Jimin kembali untuk mereka dan para fans.

"Kalian sudah bekerja keras!" ucap beberapa staff dan dibalas sama oleh member. Begitupula Jimin yang membungkuk beberapa kali menghormati para staff mereka.

"Jiyeon Noona?" suara Jungkook membuat Jimin menoleh ke depan dan mendapati gadis bergaun pink di hadapannya membawa sebuket bunga. Gadis itu berjalan ke hadapan Jimin dan menyodorkannya dengan senyum lebar.

"Selamat datang kembali ke panggung! Penampilanmu sangat keren!"

Jimin menerimanya lalu menatap Jiyeon dengan alis terangkat sebelah, "Kau menonton kami?"

Jiyeon mengangguk semangat.

"Bukankah kau bukan fans?" ucapan Jimin membuat Jiyeon sontak berdecak.

"Kakimu sembuh tapi mulutmu yang sekarang rusak? Kau masih dendam padaku?" Jimin hanya menggeleng-geleng dan berlalu pergi.

Jiyeon menghentakkan kakinya kesal membuat para member dan staff tertawa kecil melihat mereka. Gadis itu meniup poninya lalu berbalik mengikuti Jimin.

"Yak, PARK JIMIN! Kenapa tidak menjawab telponku kemarin?"

"Aku sibuk persiapan untuk ini."

"Setidaknya balas saja SMS ku walaupun cuma beberapa kata!"

Jimin berhenti melangkah lalu menoleh menatap Jiyeon, "Memangnya kau siapa? Ibuku bukan, kakakku bukan, adikku bukan, pacar juga bukan, fans apalagi," ujarnya lalu kembali melangkah pergi.

"Ada dengan lelaki itu?" Jiyeon kembali meniup poninya, "JIMIN-AH! KAU INI ANEH, KAU TAHU?"

Jimin melangkah memasuki ruangan dan Jiyeon masih mengikutinya.

"Ya, Park Jimin... ka-" Jiyeon menghentikan ucapannya saat Jimin berbalik dan satu hal yang mulai ia sadar, ia masuk ke ruangan yang tak ada siapa pun selain mereka.

Jimin meletakkan bunga dari Jiyeon di sebuah meja sebelum akhirnya mendekat lalu menatap Jiyeon lamat, "Tutup matamu!"

Jiyeon mengerjap beberapa kali, "Apa?"

"Tutup matamu!"

"Kau tidak berbuat macam-macam 'kan?" tuduh Jiyeon membuat Jimin menghela napas.

"Tutup saja!"

Jiyeon akhirnya mengikuti ucapan Jimin. Lelaki itu tersenyum simpul, tangannya bergerak merogoh saku celananya.

"Buka matamu!"

Dan tepat saat Jiyeon membuka matanya sebuah kalung muncul secara tiba-tiba di hadapannya, "Kalungku!" pekiknya.

Jiyeon menengadahkan tangannya dan kalung itu meluncur mulus di sana.

"Kau menemukannya?"

Jimin mengangguk, "Kalung itu masih tersangkut sebulan setelah jatuh, aku tidak tahu kenapa bisa. Kalungnya sedikit rusak jadi aku memperbaikinya dan aku mengambilnya seminggu lalu dari tempat perbaikan. Maaf baru memberikan ini padamu."

"Gomawo!"

"Sini aku pasangkan!" Jiyeon memberikan kalung itu.

Jimin perlahan melepas mendekat sembari melepas kaitan kalung, ia lalu memasangkannya pada Jiyeon memberi jarak yang amat dekat dengan mereka. Mereka bertatapan dalam jarak yang amat dekat

"Kau memang teman terbaikku!"

Jimin hanya tersenyum simpul menanggapi, "Jiyeon-ah! Walaupun sekarang kita hanya berteman, kau sudah berjanji untuk menungguku 'kan?"

Gadis itu memasang wajah berpikir, "Siapa yang tahu yah? Umur 32 tahun itu terlalu lama untuk menikah. Bisa saja aku jatuh cinta pada lelaki lain!"

Jimin berdecak kesal, memandang gadis itu tajam, "Awas saja kalau kau berani melakukannya!"

Jiyeon berdecih pelan, "Memangnya kau siapa? Ibuku bukan, kakakku bukan, adikku bukan, pacar juga bukan, idolaku apalagi. Bukankah kau sendiri yang menolak membenarkan skandal itu?"

"Ini semuanya demi ARMY, mana mungkin aku menyakiti mereka. Tapi tak masalah, setidaknya ayahmu berpihak padaku dan tak membiarkan lelaki lain merebutmu dariku."

"Ah... jinjja menyebalkan. Dasar tak berperasaan!" Jiyeon menghentakkan kakinya lalu berbalik pergi dari sana.

"Gadis itu benar-benar. YAK KIM JIYEON, KAU MAU KEMANA?"

.

.

.

Cinta itu tak perlu dipaksakan untuk terikat sebagai 'kekasih'

Karena jika mereka adalah cinta sejatimu maka ikatan itu sebenarnya sudah ada namun hanya menunggu waktu untuk saling menyimpulkan diri.


"Kalian tidak akan pernah tahu apa yang terjadi bahkan untuk sedetik waktu di masa depan, jadi bersiaplah untuk bersedih dan berbahagia!"

.

.

.

FIN

24 Hours ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang