02:00 KST
"24 jam yang mengubah segalanya"
.
.
"Apapun alasannya. Kau tahu kalau apa yang kau lakukan itu berbahaya? Kau bisa terjatuh, nona!" ujarnya dengan nada rendah sedikit ia lembutkan.
Namun gadis di hadapannya, mengibaskan tangannya tak peduli, "Aku tak peduli dengan ucapanmu!" ia lalu beranjak berdiri diikuti oleh Jimin, "Aku hanya ingin mengambil kalungku. Itu kalung pemberian ibuku yang sangat-sangat berharga, jadi minggir dari hadapanku saat ini juga!" ujarnya lalu mendorong tubuh Jimin.
Lelaki itu menghela napas gusar, belum sampai gadis itu pada pinggir jembatan ia menghentikannya dengan memegang pergelangan tangannya.
Jiyeon berdecak pelan kembali menatap lelaki bermasker itu jengah, "Apa lagi tuan? Aku tidak akan melakukan hal-hal bodoh seperti bunuh diri yang kau tuduhkan tadi. Aku masih sayang dengan nyawaku, aku sudah pernah merasakan hampir mati jadi aku tak pernah ingin merasakannya lagi. Jadi, tolong lepaskan tanganku, tuan!"
"Tetap saja berbahaya, kau bisa saja terjatuh! Kenapa kau ini sungguh keras kepala?" Jimin masih berucap lembut.
"Lalu kau ingin aku apa? Benda itu sangat berharga!" Jiyeon bersikeras.
Jimin mendesah pelan, "Lebih berharga mana dari nyawamu?"
"Sama berharganya dengan nyawaku! Lepaskan tanganku!"
Perlahan Jimin melepaskan pergelangan tangan gadis itu, namun ia ikut berjalan mendekati pembatas jembatan, "Biar aku yang mengambilkannya!"
Gadis itu memicingkan matanya menatap Jimin, "Baiklah!"
Jimin sedikit menaikkan lengan jaketnya, ia sedikit menaiki pembatas jalan lalu membungkukkan badan mengambil benda itu. Ia terlihat kesulitan menjangkaunya, "Aku saja yang jauh lebih tinggi darimu tak bisa mendapatkannya!"
"Kau itu tulus menolong atau tidak?" gerutunya.
Angin berhembus dan tiba-tiba saja topi yang digunakan Jimin terlepas dan terjatuh, ia kembali menegakkan posisinya merutuki diri, "Topiku!" pekiknya tak terima topinya terjatuh ke dalam sungai.
Gadis itu kembali memicingkan matanya lalu menatap Jimin tajam, "Aku sepertinya tahu siapa kau," ujarnya. Ia berjalan mendekati Jimin dan sontak lelaki itu berjalan mundur.
"Apa yang kau lakukan?"
Gadis itu semakin curiga, dengan gerakan cepat ia melepas masker yang menutupi wajah lelaki itu.
"JIMIN?"
Jimin menghela napas pelan lalu mengangguk membenarkan. Ia kembali memasang maskernya.
Gadis itu malah tertawa hambar membuat Jimin mengernyitkan dahinya, ia merasa respon gadis ini agak aneh dari kebanyakan gadis yang ia temui. Biasanya mereka akan berteriak histeris, tersenyum malu atau mungkin seperti gadis bingung karena bertemu dengan seorang idol. Tapi gadis ini malah tertawa aneh. Apa ada sesuatu yang lucu dalam dirinya.
"Kenapa aku harus bertemu denganmu?" gerutunya.
"Apa?" Jimin mengerjap-ngerjapkan matanya mendengar gerutuan gadis itu.
"Aku bertanya kenapa aku harus bertemu denganmu? Ah... ini benar-benar sial," gadis itu mendesis kesal.
Jimin hanya terdiam dan pertanyaan sebelumnya yang melintas di otaknya mulai terjawab. Sepertinya gadis ini adalah salah satu dari sekian banyak pembenci dirinya dan grupnya.
"Kau tahu aku sangat tidak menyukai dirimu dan grupmu!"
BINGO!
Jimin masih terdiam memperhatikan gadis itu, mungkin mencoba uji nyali melatih kesabarannya dengan salah satu anti fans.
"Kau selalu saja meniru gaya artis lain!"
"Aku tak merasa seperti itu, ini adalah diriku!"
Jiyeon melipat tangan di dada menatap Jimin menantang, "Kau tahu kalian itu hanya grup yang tidak berbakat, bahkan kau dan teman vokal linemu tidak bisa menyanyi dengan bagus. Suara kalian hanya standar dan sama sekali tak enak didengar. Kalian selalu meniru konsep grup lain dan hanya memodifikasinya sedikit, kalian fikir kalian kreatif? Bukan cuma konsep, kalian juga memplagiat lagu. Dari mendengarnya saja kalian memplagiat lagu barat dan logo album kalian yang sebelumnya juga teaser lighstick, kalian juga plagiat! Lalu kalian fikir dengan mengumumkan kalau kalau kalian melakukan donasi, semua orang akan bersimpati sama kalian? Dasar tukang media play!"
"Sudah selesai?" tanya Jimin jengah.
"Mwo?" Jiyeon membulatkan matanya kesal karena perkataannya hanya ditanggapi seperti itu.
"Kalau begitu aku pergi!" ujarnya berlalu dari tempat itu. Namun belum beberapa langkah, gadis itu malah menahannya.
"Kau ini mau kemana?"
Jimin hanya menaikkan alisnya heran, gadis ini sungguh luar biasa berani menumpahkan kebencian padanya. Ia tiba-tiba merasa menyesal keluar diam-diam hari ini, bukan mendapat ketenangan malah ia merasa dirinya semakin kesal.
"Kau harus mengambil kalungku!" desaknya.
"Lepaskan tanganmu!"
Gadis itu malah mengeratkan pegangannya, "Kau harus tanggung jawab dan mengambilnya."
Jimin menghela napas dan perlahan melepaskan pegangan gadis itu, ia bersedekap dan menatap gadis itu lamat.
"Ingin ku beritahu sesuatu untukmu?"
Jiyeon menaikkan alisnya.
"Satu, aku tak punya andil bertanggung jawab atas kalungmu, bukan aku yang menjatuhkannya tapi kau sendiri dan aku sudah berusaha membantumu mengambilkannya tapi tetap saja tak bisa. Kedua, untuk apa aku berlama-lama bersama dengan orang yang tidak menyukaiku, aku saat ini sedang menenangkan diri bukan ingin berdebat denganmu dan menambah beban pikiranku. Ketiga, terima kasih telah memperhatikan kami dengan baik, aku sangat terkesan kau mengetahui banyak hal tentang kami sampai sedetail itu. Dan terakhir, semoga Tuhan melindungimu. Aku pergi!"
Jiyeon menghela napas tak terpercaya mendengar itu semua, ia mencibir kesal ketiga lelaki itu perlahan memasuki mobilnya dan meninggalkannya.
"DASAR IDOL KURANG AJAR!"
Teriaknya kesal dan bersamaan dengan itu sebuah mobil asing berhenti di hadapannya. Tatapan Jiyeon beralih pada mobil itu, perlahan dua orang lelaki keluar dan tiba-tiba saja mencoba menyeret Jiyeon.
"YAK APA YANG KALIAN LAKUKAN?"
.
.
.
Jimin menghela napasnya, ia sungguh kesal dengan tuduhan tak berdasar gadis menyebalkan itu, "Dasar gadis bar bar," gerutunya lalu menatap kaca spion miliknya. Namun dengan segera ia mengerem mobilnya menatap kejadian aneh di belakang, baru saja ia hendak membuka pintu mobilnya. Mobil yang berada di belakangnya mulai melaju. Jimin menghentikan niatnya keluar, saat mobil itu melewati mobilnya, entah apa yang merasukinya ia mengikuti mobil itu tanpa memikirkan akibat apa yang menanti di depannya.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ✅
Fanfiction[ROMANCE ADVENTURE FANFICTION] Park Jimin, seorang idol dari grup papan atas BTS tanpa sengaja bertemu dengan Kim Jiyeon, antifans dari grup yang ia naungi. Dua sosok yang tentunya saling bertolak belakang. Satu sosok dibenci dan satu sosok membenci...