22:00 KST
"24 jam yang mengubah segalanya"
.
.
.
Beberapa pasang sepatu berjalan tergesa-gesa melewati koridor bangunan putih yang sedikit sepi, maklum saja sekarang sudah jam sepuluh malam dan banyak pasien yang sudah menikmati masa istirahatnya. Mereka akhirnya terhenti di depan ruang operasi yang, tempat di mana Jimin berada. Mereka langsung membungkuk hormat saat melihat CEO agensy mereka sudah terduduk di kursi koridor sana, setelah itu beberapa di antara mereka tampak menatap gadis yang berada di sebelah lelaki itu. Mereka mengenalinya dari berita yang beredar. Kim Jiyeon, gadis dengan penampilan yang cukup berantakan, rambut sedikit teracak dan mata yang sembab.
"PD-nim, bagaimana keadaan Jimin? Apa yang terjadi hingga dia harus dioperasi?" tanya Namjoon.
"Dia mengalami pendarahan di sekitar usus jadi perlu melakukan operasi untuk menjahit luka diususnya dan menghentikan pendarahannya. Bukan operasi besar, kalian tak perlu khawatir!"
Keenam lelaki tadi menghela napas, Namjoon mengambil tempat duduk di kursi koridor, Seokjin masih berdiri di tempatnya menatap ruang operasi lamat, Empat lainnya memilih menyandarkan diri pada dinding.
Lampu ruang operasi dimatikan, Jiyeon sontak berlari mendekati ruang operasi itu yang lainnya juga mulai mendekat. Selang semenit setelahnya seorang lelaki berpakaian biru keluar dari sana.
"Bagaimana keadaan Jimin, dokter?" tanya Jiyeon panik dan itu membuat enam member lainnya menatap Jiyeon bingung. Jujur saja, mereka masih belum mengerti dengan situasi ini.
"Dia baik-baik saja, ini cuma operasi kecil dan tak ada masalah sejauh ini. Kalian bisa menemuinya secara bergantian setelah dipindahkan ke ruang rawat. Pengaruh obat biusnya akan hilang sebentar lagi, tapi kemungkinan ia akan terbangun pagi nanti."
"Terima kasih dokter!"
"Oh iya, saya sarankan untuknya mengurangi aktivitas pasien selama dua sampai tiga bulan ke depan. Tulang betis kanannya mengalami retak dan melakukan gerakan besar sebelum sembuh akan sangat berisiko."
Semua terdiam mendengar hal itu, "Kenapa Jimin harus mengalami hal ini di saat jadwal yang sibuk seperti sekarang?"
Suara isakan terdengar, semua berbalik menatap lelaki termuda di grup itu menunduk sembari menangis. Ini hal berat bagi grup, terlebih bagi lelaki yang terbaring tak sadarkan diri itu. Seokjin mendekat lalu mengelus punggung Jungkook, bayi besarnya menjadi cengeng kembali karena Jimin, ia sepertinya harus memarahi Jimin karena sudah membuat mereka khawatir –marah dalam artian lain tentu saja-.
Beberapa menit kemudian, lelaki itu keluar dari sana dengan mata tertutup dan selang di hidungnya. Mata mereka berkaca-kaca melihat keadaan lelaki itu, semuanya terasa menyedihkan karena bagaimana pun Jimin adalah teman, bahkan menjadi saudara mereka yang amat berharga. Dan sekarang lelaki dengan eyesmile itu terbaring lemah tak berdaya.
.
.
.
"Bighit Entertainment dan Grup Hipon Melayangkan Gugatan pada Seorang Berinisial LDH. Apa Sebenarnya Yang Terjadi?"
Seperti biasanya, media melakukan kerja yang sangat cepat dalam mencari berita dan hanya dalam hitungan menit setelah gugatan yang dilayangkan kedua perusahaan itu semua media telah menjadikannya headline. Kasus skandal Jimin-Jiyeon hari ini membuat mereka bertanya-tanya tentang gugatan itu. Apa maksudnya? Belum ada kejelasan yang pasti mengenai hal itu, mereka baru mengetahui bahwa kedua perusahaan itu tengah bekerja sama untuk menuntut seseorang bernama LDH tersebut. Siapa itu LDH?
Tak hanya reporter yang sedang bekerja keras, nampaknya netizen yang sebagian juga merupakan fans BTS dilingkup rasa penasaran. Apa sebenarnya yang terjadi saat ini? Mengapa tak ada konfirmasi jelas dari kedua perusahaan itu? Semuanya masih samar-samar.
.
.
.
Para member menjenguk lelaki itu bergantian, memastikan keadaan lelaki itu atau setidaknya membisikkan semangat walau Jimin mungkin tak mendengarnya. Dan kini giliran pemimpin grup itu yang melihatnya, hatinya terasa pedih melihat adiknya yang sangat ia sayangi hanya terdiam dalam tidurnya seperti ini. Ingin rasanya ia memukul orang yang sudah melakukannya. Namun, perusahaan sudah memastikan bahwa pelaku kejadian ini akan mendapatkan ganjarannya. Ia benar-benar mengkhawatirkan Jimin, bukan hanya sekedar keadaan fisiknya saja, bagaimana keadaan mental lelaki itu setelahnya? Ia tahu bahwa Jimin mungkin akan terguncang, ia bisa melihat bahwa gadis yang bersama Jimin seharian ini terlihat shock berat. Dan itu sedikit gambaran menurutnya, terlebih media dan kekhawatiran fans yang ikut-ikut menambah beban pikiran mereka.
Namjoon menghela napas pelan sembari mengelus rambut lelaki itu, "Kau sudah melalui hari yang berat!" ia tak tahu harus bagaimana lagi, hingga lelaki bersurai ungu itu mulai berjalan keluar.
Dan saat ia hendak keluar dari ruangan itu suara lenguhan menghentikannya. Namjoon berbalik menatap Jimin, ia kembali mendekati lelaki yang perlahan mencoba membuka kedua matanya.
"Jimin-ah?" panggil Namjoon.
Lelaki itu perlahan menoleh, ia memandang Namjoon lalu kemudian tersenyum tipis, "Hyung?"
"Kau merasa sakit? Tidak enak badan? Akan ku panggilkan dokter!" Jimin tak membalas ucapan lelaki itu.
Pemimpin grup itu keluar dengan tergesa-gesa dari ruangan, "Jimin sudah sadar. Panggil dokter!"
Dan Jiyeon hanya menghela napas lega mendengarnya. Setidaknya lelaki itu sudah membuka matanya.
To Be Continue
A/N : Satu chapter menuju ending, FF ini berakhir di pukul 23.00 KST. Why? Aku mulai ceritanya dari pukul 00.00 KST 'kan? Jadi saat berakhir di chapter 23.00 KST maka tepat 24 jam.

KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ✅
Fanfic[ROMANCE ADVENTURE FANFICTION] Park Jimin, seorang idol dari grup papan atas BTS tanpa sengaja bertemu dengan Kim Jiyeon, antifans dari grup yang ia naungi. Dua sosok yang tentunya saling bertolak belakang. Satu sosok dibenci dan satu sosok membenci...