Atap ruangan berwarna putih adalah yang pertama kali kulihat. Untaian doa juga ku dengar membuatku menoleh ke arah suara tersebut.
Ternyata kak Vero yang berdoa. Di dalam doanya ia meminta kepada Tuhan agar aku kembali. "Aku kembali kak." Batinku.
Kubuka mulutku untuk memanggilnya dan kini ia menoleh ke arahku. Dia tersenyum, namun seakan-akan dia tidak percaya jika aku kembali. Aku juga menangkap raut kebahagiaan di wajahnya ketika melihatku.
Dia mendekat ke arahku, aku tersenyum padanya. Entah mengapa rasa rinduku padanya menghapus amarahku.
Rasanya amarahku, kebencianku semua seakan-akan hilang setelah mendengar untaian doa yang keluar dari mulutnya.
"Sya, kamu sudah sadar? Aku tidak mimpikan? Maafkan aku, jangan tinggalin aku lagi, aku sangat merindukanmu." Ucapnya sambil menggenggam tanganku.
"Kak..." Ucapku lirih namun ia memotong ucapanku lebih dulu.
"Ada apa sayang? Apa ada yang sakit? Dimana? Aku panggilkan dokter ya." Ucapnya.
"Kak aku tidak apa-apa. Tolong berhenti berbicara, pusing aku mendengarnya." Ucapku.
"Baiklah. Tunggu disini aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." Ucapnya lalu mengecup keningku setelah itu ia keluar dari ruang inapku.
Beberapa detik kemudian dokter bersama salah satu perawat datang. Dokter tersebut kemudian memeriksaku dan juga sedikit bertanya padaku.
Dokterpun pergi setelah selesai memeriksaku. Kak Vero memasuki ruang inapku dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.
"Terima kasih telah kembali sayang." Ucapnya seraya membelai rambutku.
"Rey dimana?" Tanyaku.
"Rey? Ya Tuhan aku melupakannya, dia pasti menungguku untuk berangkat sekolah. Sebentar aku akan mengabari ayah agar sopir ayah yang mengantar Rey." Ucapnya.
"Kak jangan memberitahu Rey jika aku sadar nanti dia tidak mau sekolah kalau dia tau aku sudah sadar."
"Iya sayang." Ucapnya kemudian mengabari ayah setelah itu ia kembali duduk di kursi yang berada di sebelah ranjangku.
"Kak kau berewokan?" Tanyaku.
"Aku tidak sempat mencukurnya sayang. Mandi saja aku sempat-sempatkan."
"Ya ampun kak. Tapi kau tidak melupakan sholat kan?"
"Tentu saja tidak. Setiap hari aku selalu meminta kepada Tuhan agar kau kembali." Ucapnya.
"Terima kasih telah menungguku." Ucapku.
Kak Vero menggeleng lalu berkata "Tidak, aku yang seharusnya berterima kasih, terima kasih telah kembali. Aku sangat takut jika kau meninggalkanku."
"Aku tidak akan meninggalkan kakak meskipun aku tau kakak tidak mencintaiku." Ucapku.
Dia meletakkan jari telunjuknya didepan bibirku kemudian bertanya "Siapa yang mengatakan aku tidak mencintaimu?"
Aku terdiam, aku tidak tau harus menjawab bagaimana. Selama ini aku saja yang berfikiran jika perlakuan kak Vero seperti mengatakan tidak mencintaiku.
"Jangan pernah mengatakan aku tidak mencintaimu karena itu menyakitkan Sya. Dengarkan aku, aku sangat mencintaimu bahkan tidak pernah sedetikpun aku tidak mencintaimu. Tolong jangan ragukan cintaku. Maafkan aku jika kemarin-kemarin aku membuatmu kecewa dan sakit hati. Jika kamu marah karena melihatku berpelukan dengan Neva waktu itu, aku bisa jelaskan semua Sya." Ucapnya lagi.
Aku lagi-lagi hanya bisa terdiam. Bibir ini sulit sekali untuk berucap. Hatiku tiba-tiba sakit ketika kak Vero membahas kejadian itu.
"Sya, Neva adalah sepupuku. Dia memang seperti itu jika denganku. Waktu itu dia ada masalah dengan suaminya. Dia terbiasa menceritakan masalahnya padaku. Aku memeluknya karena dia menangis. Aku hanya bermaksud untuk menenangkannya, jadi jangan marah Sya. Aku juga minta maaf telah cemburu buta dan menuduhmu berselingkuh." Ucapnya.
"Aku memaafkan kakak karena aku tau jika kakak salah paham dan cemburu. Tapi hatiku sakit kak, hatiku sakit ketika kakak tidak mengakui anak yang ada diperutku." Ucapku sambil mengusap lembut perutku.
Kak Vero tidak menjawab. Dia menggenggam erat tanganku. Aku merasakan punggung telapak tanganku basah, kak Vero menangis, apa dia menyesal? Baru kali ini aku melihatnya menangis.
"Maafkan aku, maafkan aku Sya. Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga anak kita. Tuhan mengambilnya lagi Sya. Ini salahku, salahku karena tidak menganggapnya. Maafkan aku, kau boleh membenciku Sya. Aku memang jahat. Aku bukan papa yang baik." Ucapnya.
"Apa maksudmu kak? Kandunganku baik-baik sajakan?" Tanyaku bingung.
"Dokter harus mengangkat anak kita dari rahimmu agar dapat menyelamatkanmu Sya." Jawabnya.
"Kenapa kakak menyetujuinya. Lebih baik aku ikut pergi bersamanya kak."
"Ini sudah takdir Sya. Cukup dia yang pergi tidak untuk kamu. Ikhlaskan anak kita." Ucapnya seraya bangkit dari kursi kemudian dia memelukku.
Aku menangis dipelukan kak Vero. Jadi anak laki-laki itu adalah bayi yang ada didalam rahimku. Kenapa kau mengambilnya Tuhan?
Kak Vero melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata yang menetes dipipiku. "Maafkan aku, dari awal memang aku yang salah. Aku dingin denganmu, meninggalkanmu ketika kamu masih terlelap tidur. Jika kamu tau waktu itu aku sedang ada masalah di bandara. Aku tau jika aku salah telah melampiaskan masalahku di bandara dengan dingin dan semena-mena padamu." Ucapnya, dia kembali duduk di kursi.
Kak Vero kembali berbicara "Pada saat aku ingin meminta maaf dan menceritakan masalahku kekamu, aku melihat kamu bersama laki-laki lain. Hatiku sakit Sya, apalagi ketika melihatmu tertawa bahagia bersamanya. Hal itu membuatku merasa tidak bisa membahagiakanmu. Bahkan aku juga tidak bisa mengontrol amarahku hingga membuatku tidak mengakui anakku. Kejam, iya ku akui aku memang sangat kejam hingga aku kembali menyesalinya. Pada saat itu Rey menelfonku, dia berkata akan datang kebandara dan aku berencana meminta maaf padamu saat itu. Tapi Tuhan tidak sejalan dengan rencanaku, kamu melihatku berpelukan dengan Neva dan itu membuatmu salah paham. Aku mencarimu ketika kau pergi meninggalkan Rey dan ketika aku telah menemukanmu kamu malah berlari meninggalkanku hingga saat kamu berlari menyebrangi jalan raya ada mobil yang menabrakmu. Jika aku boleh meminta kepada Tuhan, lebih baik aku Sya yang tergeletak lemah dijalan bukan kamu." Jelasnya.
Sedari tadi aku hanya bisa menangis. Aku merasa egois disini. Aku telah berfikir yang tidak-tidak terhadapnya bahkan tanpa mendengar penjelasan darinya.
"Maafkan aku telah membuat malaikat kecil kita pergi. Mungkin dia menghukumku karena aku tidak menganggapnya. Aku sangat menyesal Sya. Setiap hari aku menunggumu bangun, tidak pernah aku berhenti meminta kepada Tuhan agar kamu kembali. Kumohon jangan lagi menyiksaku seperti ini. Tetaplah disampingku karena aku tidak bisa hidup tanpamu. Kamu adalah separuh jiwaku jika kamu pergi maka aku akan kehilangan separuh jiwaku dan itu menyakitkan Sya. Jadi maafkan aku dan tetaplah disampingku." Sesalnya.
"Kak harusnya aku yang meminta maaf, aku egois, aku telah berfikir yang tidak-tidak terhadap kakak tanpa mendengar penjelasan kakak. Aku juga telah salah karena aku mengiyakan tawaran Brian untuk pulang bersama tanpa meminta izin lebih dulu pada kakak. Aku yang salah disini kak." Ucapku.
Kak Vero menggeleng "Bukan, ini bukan salahmu. Sebaiknya kita tidak saling merasa bersalah ataupun saling menyalahkan. Ini semua sudah takdir Tuhan. Takdir yang harus kita terima tanpa harus menyalahkan diri kita karena aku yakin Tuhan pasti akan memberi kita takdir yang sangat indah nanti." Ucapnya kemudian mencium pipiku.
########################################################
Terima kasih untuk covernya hildapark , maaf baru update tugas sekolah lagi banyak jadi dimaklumi ya.
Selamat membaca, ditunggu vommentnya.Thanks_
vvachv99
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Airplane [Complete/Revisi]
RomanceApa kau benar-benar mencintaiku? Atau kau hanya mengabulkan permintaan anakmu yang menginginkan aku menjadi ibunya? Pikirkan itu sebelum kau menikahiku. Kuharap kau tak hanya menuruti permintaan anakmu tapi juga benar-benar mencintaiku. #6-kehidupan...