37-Egoku, Sabarnya

10.2K 441 6
                                    

Happy Reading,🤗


Seperti senja yang perlahan mulai hilang ketika hari mulai berganti malam. Aku perlahan-lahan menjauh dan tak acuh dengan Kak Vero tetapi tidak dengan Reyhan. Rasanya susah jika ingin mengabaikan Reyhan, terlebih lagi Rey tidak tau apa-apa.

Aku menjauh bukan karena aku tidak peduli ataupun tidak lagi mencintai Kak Vero. Aku menjauh dan tak acuh karena aku malu, aku malu tak bisa memberikan apa yang Kak Vero dan Reyhan harapkan.

Hari telah berganti hari, bulanpun sudah berganti bulan. Waktu terus berjalan tetapi semua tetap sama. Doa dan harapan masih enggan Allah kabulkan. Mungkin aku yang mudah menyerah dan putus asa, oleh sebab itu Allah mengujiku.

Allah benar-benar mengiju sabarku. Sudah hampir tiga bulan berlalu tetapi tetap masih sama. Allah seakan-akan memintaku agar aku ingat dan selalu berdoa padanya.

Setiap kali aku telat datang bulan aku selalu mengeceknya tetapi garis selalu muncul sendiri, dia tak mau muncul berdua. Bahkan aku sampai membeli banyak test pack untuk persediaan. Agar aku juga tidak hanya berfokus dengan satu test pack walaupun hasilnya sama saja.

Pada bulan pertama  aku sedikit senang karena aku telat datang bulan, akupun langsung membeli test pack tetapi hasilnya negatif.

Aku masih tak begitu kecewa awalnya namun pada bulan kedua aku lagi-lagi telat tetapi hasilpun juga lagi-lagi sama.

Hingga akhirnya pada bulan ketiga, aku sungguh putus asa. Lagi-lagi hasilnya sama. Sejak saat itu aku tak lagi ingin mengeceknya, aku lelah jika lagi dan lagi hasilnya sama.

Awalnya aku juga mencoba mengerti jika Kak Vero tak mempermasalahkan kapan aku hamil tetapi lama-lama, aku merasa bersalah.

Bahkan setiap ibu mertuaku telefon hal kedua yang ia tanyakan setelah kabar keluarga kita di Jakarta adalah tentang kapan isi yang tandanya ibu mertuaku juga mengharapkan cucu secepatnya. Tak hanya ibu mertuaku, ayah dan ibukupun sama.

Reyhan memang tak lagi bertanya perihal adik tapi aku tau dari wajahnya, dia sangat berharap.  Yang lebih membuatku merasa bersalah adalah wajah kecewa Kak Vero ketika ia pulang dan aku mengatakan belum ada hasil. Kak Vero memang mengatakan tidak apa-apa tapi aku tau jika ia kecewa.

Aku lelah, ini sudah lebih dari satu tahun setelah kecelakaan itu, setelah aku kehilangan calon buah hatiku.

Apa aku memang tidak akan bisa hamil lagi? Bukankah seingatku hanya bayiku yang diangkat tidak dengan rahimku tetapi kenapa aku belum hamil juga. Ataukah sebenarnya rahimku yang diangkat tetapi Kak Vero tidak memberitahuku.

Tetapi jika memang rahimku yang diangkat Kak Vero tidak mungkin dengan mudahnya mengelabuhi Reyhan dengan alasan adik saat itu. Lantas apa yang menjadi masalah? Jika aku hanya berdoa tanpa berusaha mencari tau, semua pasti akan tetap sama hingga kapanpun.

Untuk menghilangkan keraguan dan tanda tanya didalam benakku, aku memutuskan untuk pergi kedokter kandungan yang merawatku saat itu selesai kuliah nanti. Tetapi sebelumnya aku akan mengantar Reyhan kerumah orangtuaku lebih dulu.

Ibu juga sempat bertanya padaku, aku akan pergi kemana saat aku mengantar Reyhan. Tetapi aku tidak menjawab jika aku akan pergi kedokter melainkan aku menjawab jika aku ada janji dengan teman-teman, karena jika aki jujur ibu pasti akan khawatir.

Sesampai di rumah sakit entah mengapa kakiku seperti enggan untuk memasuki ruangan dokter.
Aku takut, bagaimana jika dokter mengatakan kenyataan yang menyakitkan? Apa yang harus kulakukan nantinya? Aku pasti membuat semua orang kecewa.
Bismillah,dengan mengucap bismillah aku langkahkan kakiku memasuki ruangan dokter.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang