Bab 7

242 9 2
                                    

Langkah kaki Ozy seketika terhenti saat melihat sekelabat bayangan Bulan menuju kearah belakang sekolah. Ia menuju kearah itu dan menatap Bulan yang tengah berjalan sempoyong menaiki tangga sekolah untuk menuju rooftop.

Tempat ini belum berubah, masih terlihat menyeramkan dan tak terawat.

Ozy mematung dan tak mampu menggerakkan kakinya saat melihat Bulan menangis dan sesekali meraung. Ia kenal gadis itu. Bulan bukanlah orang yang lemah, yang bisa dengan gampangnya mengeluarkan air matanya.

Dalam hati, ia menggerutu karena tak tahu apa yang harus ia perbuat untuk menenangkan gadis yang telah dikenalnya sejak kecil itu.

"Ibu, aku rindu!" Ozy tetap bergeming dari tempatnya. Bulan memang gadis yang malang. Ibunya telah meninggal satu tahun yang lalu akibat kecelakaan.

Saat itu ibu Bulan sedang mengandung. Bulan dan sekeluarga berniat untuk pergi refreshing ke puncak. Namun, takdir baik tidak menyertai mereka. Mobil mereka dihantam dengan kuat oleh truk. Bulan dan ayahnya masih selamat karena mereka duduk di bangku depan. Sedangkan ibunya yang duduk di bangku belakang kehilangan nyawanya dan nyawa calon bayinya.

Ozy tahu cerita itu karena kedua orang tuanya bersahabat dengan orang tua Bulan. Dan rumah mereka berdua hanya berjarak 2 rumah.

Kaki Ozy tergerak berjalan mundur. Entah apa yang ada dipikiran pria itu. Ia merasa kalau Bulan hanya ingin sendiri.

Ia berlari menuruni tangga rooftop. Di bawah sana terlihat beberapa siswa yang memandang penuh tanda tanya kepadanya. Merasa di perhatikan ia baru sadar kalau sedari tadi ia berlari dan berekspresi khawatir.

"Jangan ada yang naik ke atas! Kalau ada yang naik, berarti lo berurusan dengan gue," jelas Ozy dan mulai berperilaku dingin lagi.

Orang yang melintas hanya mengangguk-angguk mengerti. Ia takut berhadapan dengan Ozy. Bukan karena Ozy yang memiliki sekolah ini. Melainkan, ia merupakan salah satu siswa yang disegani. Orang yang berurusan dengannya adalah orang yang cari mati.

Ozy kembali berjalan normal. Ia ingin keruang musik. Pasti disaat jam istirahat seperti ini ketiga temannya itu, sedang menjamah kantin sekolah. Dan menyantap semua hal yang menurut mereka menarik.

"Katanya Bulan anak kelas IPA itu, pacaran dengan Rafto!" Ozy memelankan langkahnya saat mendengar bisikan siswi yang duduk dipinggir koridor sambil bergosip.

"Beneran? Bukannya Bulan itu pacaran dengan Ozy?" bantah salah satu gadis yang ada di situ.

Dada Ozy serasa sesak saat namanya di sebut dan diakui sebagai pacar Bulan. Namun, bukan cuma hal itu ada hal lain. Yaitu, Rafto juga digosipkan hal yang sama.

"Tapi tadi Bulan dan Rafto jalan sambil gandengan. Tapi, abis itu Bulan pergi nggak tahu kemana!" jelas siswi yang tadi membuka pembicaraan. Ozy menajamkan telinganya ia sungguh penasaran. Bahkan gadis-gadis itu tak menyadari kehadiran Ozy di dekat mereka.

"Ah, masa sih?! Tadi aku liat Ozy keluar kelas sambil narik Bulan ke ujung koridor. Terus kalau nggak salah dengar Bulan marah-marah gitu. Mungkin, emang beneran mereka pacaran, dan ada masalah. Terus Bulan deketin Rafto deh!" seru gadis yang menggunakan kacamata.

"Ih! Bulan keganjengan. Masa iya, dia langsung gaet dua cowok! Terus cowok itu sahabatan lagi,"

"Begitulah, kalau cabe-cabean. Kagak ada yang bener didiri mereka. Gue kasihan liat Rafto dan Ozy yang dimainin," leguh salah satu dari mereka.

Merasa informasi yang dibutuhkan sudah cukup, Ozy mempercepat langkahnya agar tak salah satu dari gadis itu mengetahui bahwa tadi ia sempat menguping pembicaraan mereka.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang