Bab 35

421 9 0
                                    

Semenjak pulang dari rooftop sekolah tadi, Bulan tak hentinya tersenyum. Caitlyn yang mengetahui asal muasal senyum Bulan sesekali menggoda gadis itu.

"Nggak ada ucapan terima kasih ke aku? Kan aku yang nyeret Ozy,"

"Makasih,"

"Pelit amat dah kalimatnya," dengusnya. Bulan hanya tertawa pelan. "Oh iya Lan, tadi ada orang yang datang kesini cari kamu, namanya Sherin kalau nggak salah," ingat Caitlyn.

Bulan memutar bola matanya, ia belum mengabari Sherin satu kali pun. Aih, ia sudah merasa sangat berdosa sekarang.

"Assalamu Alaikum, Bulan," samar terdengar salam dari arah luar rumah.

"Waalaikum salam," balas Bulan. "Sherin, masuk nduk," kekehnya.

"Emang gue anak lo?" Sherin melangkah masuk diikuti oleh seorang pria yang dengan setia berada dibelakang Sherin.

"Dev, lo kok bisa bareng Sherin?" Dev? Ya, Devanno Algibran. Pria itu hanya tersenyum jahil saat Bulan menatapnya dengan penuh penjelasan.

"Gue pacarnya sahabat rempong lo ini," aku Dev. Sherin memukul perut Dev dan menendang kakinya dengan kuat. Dev sedikit meringis saat Sherin melakukan aksi sadisnya itu.

"Eh tapi, Lan lo kok kenal Dev?"

"Gimana nggak kenal orang dia sepupunya Ozy,"

"Oh, pantesan oroknya sama,"

"Siapa Lan?" Caitlyn menatap dua orang yang masih berdiri tak jauh dari ambang pintu itu.

"Kakaknya Bulan?!" pekik Sherin heboh. Bulan menatap Caitlyn yang masih diam. "Duh, sorry gue refleks teriaknya. Abisnya,"

"Masuk yuk," ajak Caitlyn yang diangguki Bulan dengan semangat.

"Bulan, abang alay WA nih, katanya lo disuruh kerumahnya,"

"Alay?" ulang Sherin.

"Ozy," angguk Bulan. "Eh tapi kok lo yang di-WA sih?"

"Gue tadi izin dulu mau kerumah calonnya, siapa tahu aja dia gorok gue, kan nggak lucu," canda Dev.

"Bilangin tuh ke abang lo. Dimana-mana nggak ada cowok yang nyuruh ceweknya dateng nyamperin, yang ada dia yang langsung dateng,"

"Ada gue," tegur seseorang. Bulan mendonggak dan melihat Ozy memakai kemeja biru navy. Dan rambut berantakan yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Kok lo kesini? Bukannya ada pasien?"

"Ciiee.. Peduli sama gue," goda Ozy. Ia duduk disamping Bulan dan mencolek-colek dagu gadis itu. "Lo berdua kalau mau ketemu Bulan besok aja, abisnya hari ini gue yang bakal booking,"

"Enak aja, emang gue apaan?!" bantahnya.

"Gue nggak neriman penolakan," Ozy langsung saja menarik tangan Bulan.

♡♡♡

Tak ada yang istimewa dari taman ini. Hanya taman yang penuh permainan anak-anak.

"Lo kenapa sih ngajak gue kesini?"

"Mau nembak lo," ujar Ozy santai.

"Gue bisa mati ogeb,"

"Sekarang, Bulan Syawiyah eksklusif milik gue. Lo udah jadi pacar gue," Bulan membulatkan matanya mendengar ucapan Ozy. Bahkan pria itu mengucapnya tanpa basa-basi sedikit pun.

"Kok lo--"

"Kita pacaran karena lo sayang sama gue, dan gue juga sayang sama lo. So, apalagi yang mau ditunda kan?"

"Emang gue pernah bilang sayang sama lo?" pancing Bulan.

Ozy bungkam ia menatap Bulan tajam seolah Bulan merupakan santapan yang lezat.

"Caitlyn jadi wali lo kan?" alih Ozy. Bulan menganggukkan kepalanya pertanda iya. "Ayo kita ke Caitlyn,"

"Ngapain?"

"Buat lamar lo. Pokoknya bulan depan kita nikah,"

"Nikah?!"

"Iya, tanggal 5 Agustus. Dan nggak ada nego lagi," tegas Ozy.

Benar kata Surya, ayah Bulan. Sejarah 5 Agustus bagi keluarganya tidak ada habisnya. Tanggal 5 Agustus dimana ibu dan ayahnya bertemu. Tanggal itu pula yang menjadi tanggal Bulan kehilangan ayahnya. Tapi ditanggal itu juga Bulan memiliki kebahagiaannya. Mungkin kisahnya ini lebih tepat jika berjudul 5 Agustus. Namun, akan sangat aneh. Karena bagi Bulan, setiap tanggal yang ia lewati bersama Ozy adalah tanggal yang bersejarah.

Jadi, Bulan tak ingin melewatkan segalanya. Berusaha merekam kebersamaannya dengan Ozy merupakan hal yang mengasyikkan.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang