Bab 13

178 7 0
                                    

Saat ini Bulan tengah duduk dengan tegang di hadapan Sherin. Gadis itu langsung saja menyuruhnya duduk saat ia baru memasuki kelas bersama Rafto.

"Lo bilang kalau lo nggak ada apa-apa dengan Rafto! Tapi tadi gue lihat lo sedang berduaan dengan Rafto di belakang," cecar Sherin.

Bulan menghela nafasnya sejenak. "Gue dan Rafto nggak berduaan kok! Di sana tadi banyak siswa. Lo emangnya nggak liat?"

"Ih Bulan! Gue serius, kalau lo jadian bilang sama gue!" pekik Sherin.

"Iya gue jadian dengan Rafto!" jawabnya santai. Sherin melototkan matanya tak percaya dengan ucapan Bulan.

"RAFTO!!" teriak Sherin. Rafto dan Ozy yang duduk dibelakang bangkunya menutup telinga mereka dengan kedua tangan masing-masing. "Sini lo!" panggil Sherin. Rafto mendengus dan bangkit dari duduknya.

"Apaan? Ngefans lo ama gue?" ujar Rafto dengan malas.

"Kapan lo nembak Bulan? Kok bisa jadian?" tanya Sherin bertubi-tubi. Rafto menatap Bulan yang terlihat acuh dengan sahabatnya itu.

"Yang, jawab dong!" goda Rafto.

"Jangan manggil gue yang! Emang lo pikir gue kata penghubung apa?!" sindir Bulan. Rafto terkekeh pelan atas tingkah Bulan.

"Lo kan emang penghubung! Yang ngehubungin cinta gue hingga kehati lo!" gombal Rafto. Bulan mencebik kearahnya membuat ia bungkam.

"Jayus lo! Lebih baik lo diam deh! Gue mau serius belajar, emang lo mau punya pacar bodoh?"

"Nggak! Yaudah lo belajar deh, biar anak-anak kita nanti pintar kayak lo," Bulan tidak menggubris perkataan Rafto. Sherin yang sedari tadi berada di tengah merasa tersingkir dan menginjak kaki Rafto.

"Gue nanya lo dari tadi kupret! Gimana cara lo bisa jadian dengan Bulan? Kok kalian bisa langsung pacaran kayak gitu?" ulang Sherin.

"Nggak tahu gimana. Awalnya gue suka Bulan, terus nembak dia! Abis itu Bulan juga suka sama gue, dan kita jadian deh!" jelas Rafto.

"Gue kira lo Lan, bakal jadian dengan Ozy!" Ozy mendonggakkan kepalanya menatap ketiga orang yang ada didepannya.

Tepat saat ia melirik Bulan, gadis itu juga tengah menatapnya dengan penuh selidik sebelum akhirnya memutuskan untuk mengalihkan pandangannya.

"Namanya juga takdir, gue pun nggak bisa nebak!" ceplas Ozy. Rafto membalikkan badannya dan melihat Ozy yang sibuk dengan buku yang ada didepannya.

"Sejak kapan lo rajin belajar?" sindir Rafto. Ia tersenyum kecut kepada Ozy yang tak menggubris ucapannya. "Lo cemburu gue pacaran dengan Bulan?" sontak Ozy langsung menatap Rafto.

"Lo ngomong ke gue?"

"Eh, kok malah berantem? Kalian kan sahabatan!" Bulan menengahi  kontak mata yang dilakukan oleh keduanya, Rafto dan Ozy.

"Selamat siang anak-anak!" sapa Pak Kurso. Ia memegangi kumisnya yang panjang dan menatap kearah Ozy dengan tatapan tak percaya. "Oh, jadi Fauzi mau bersaing dengan Bulan?" seluruh siswa menatap kearah Ozy yang tersenyum kaku dan mengangkat bukunya.

"Hehehe, aku capek pak jadi anak bandel! Bunda selalu bandingin aku dengan Bang Nick!" Bulan tertawa kecil mendengar penuturan Ozy. Ozy memang sangat berbeda 180 derajat dengan kakaknya itu. Tapi, hanya Bulan dan keluarga Ozy yang tahu dimana  perbedaan yang sangat besar diantara dua kakak beradik itu.

"Hm, iya kamu juga harus jadi Pintar kayak Nick! Dia itu memang orang pendiam, tapi otaknya bisa diandalin. Dulu, Nick itu anak emas semua guru di sekolah. Sedangkan kamu, Pendiam tapi bandel! Guru BP aja, sudah bosan melihatmu!" Ozy kembali tersenyum kikuk dan menundukkan kepalanya.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang