Bab 17

186 8 0
                                    

Sedari tadi Bulan hanya melamun sembari memegang kunciran rambutnya. Senyumnya tersungging kecil. Sherin hanya menggeleng pelan menatap sahabatnya itu, ia tak tahu apa yang terjadi dengan kunciran Bulan.

"Lan, rapihin kek tuh rambut lo!" sudah berulang kali Sherin menyerukan kalimat yang sama. Namun tetap tak di gubris oleh Bulan. "Gue rapihin deh, kusut banget soalnya! Jelek tahu," Sherin mendekatkan tangannya seraya ingin menarik kunciran merah jambu Bulan.

"Enggak perlu Rin, gue nyaman kok dengan rambut gue," tolak Bulan. Ia menjauh saat Sherin ingin menggapai kunciran rambutnya.

"Kenapa? Lo nggak seneng gue yang ikatin?"

"Bukan gitu. Gimana ya? Susah deh jelasinnya,"

Sherin hanya mengangguk lemah. Dan kembali menatap buku tulis yang ada di hadapannya.

"Rin," panggil Bulan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Hm,"

"Menurut lo, gue harus gimana kalau seseorang udah milikin rambut gue?" tanya Bulan asal. Di kepalanya, pertanyaan itu masih bersarang dan membuatnya pusing tentang jawabannya.

"Maksud lo?" Sherin menatap Bulan dengan dahi mengkerut. "Jangan bilang kalau lo udah--"

"Nggaklah! Mana mau gue kayak gitu. Gini-gini gue juga tahu batasan kali,"

"Terus maksud lo gimana? Sumpah, gue nggak ngerti sama sekali dengan omongan lo, kagak connect di otak gue," kekeh Sherin. Ia memamerkan jejeran giginya membuat Bulan mendengus.

"Nggak jadi!" dengus Bulan. Ia membuka buku paketnya dengan kasar, sehingga ada beberapa bagian yang sedikit kusut.

♡♡♡

Ozy menjambak rambutnya dengan kasar. Sesekali matanya memandang sinis kearah siswi-siswi lain yang terang-terangan menatapnya.

"Kak Ozy kenapa?" tegur salah satu gadis. Dan Ozy yakin kalau gadis itu adalah adik kelasnya.

Dengan acuh Ozy melangkah meninggalkan taman belakang sekolah itu. Gemercik air dikolam ikan itu, tak bisa lagi menenangkan pikirannya.

Ia berjalan dengan sempoyong. Ozy tak tahu ia mau kemana, mengingat saat ini baru saja istirahat.

"Rooftop," tanpa pinta dan kemauannya, kata itu langsung saja terucap dengan fasih.

Seolah seperti mendapat kupon berhadiah, Ozy dengan cepat menuju kearah koridor belakang sekolah. Koridor dimana hanya ada anak-anak ekstrakulikuler.

Koridor ini memang tempatnya anak ekstrakulikuler. Karena, hanya dikoridor ini semua ruangan ekstrakulikuler ada. Mulai dari ruang osis yang berada di paling ujung kanan, hingga ruang para anggota futsal diujung kiri.

Ruang kesehatan dan ruang band saling berdekatan dan berada di tengah, hanya di pisahkan oleh  tangga menuju roftoop.

Ia sedikit bersyukur karena tangga rooftop berada di koridor ini. Jadi, tak akan banyak orang yang melihatnya naik ke atas. Jika tidak, entah akan bagaimana nasib Ozy saat penggemarnya berdatangan menghampirinya hanya untuk duduk bersama di atap sekolah ini.

Angin sepoi langsung saja menyambutnya saat ia membuka pintu yang sudah terlihat terawat daripada saat pertama ia ke tempat ini.

Tapi tetap saja, ada beberapa daun kering yang tertiup terbawa angin. Ozy sedikit mengumpat dalam hati.

"Kenapa pohon-pohon di sekolah tinggi-tinggi banget sih, ngotorin tempat gue aja!" rutuknya. "Mang Using juga, kenapa nggak pernah di sapu sih atap ini?!" sambungnya.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang