Bab 21

159 6 0
                                    

Tangis Bulan pecah didalam pelukan Nick. Keduanya saat ini berada di rumah sakit. Bulan tadi meminta Nick membawanya kerumah sakit dengan ayahnya, karena ayah Bulan terus saja merintih memegangi kepalanya.

"Bang Nick," isak Bulan. Nick terus saja mengusap kepala gadis itu berupaya menenangkannya. Nick sudah menghubungi keluarganya agar datang ke rumah sakit dengan segera.

Gadis yang malang, itulah nama yang tepat untuk Bulan. Ia tak menyangka ayahnya akan pergi meninggalkannya sendirian karena penyakit kanker otak.

Ayahnya selama ini selalu terlihat sehat didepan Bulan. Beliau tak pernah menunjukkan kesakitannya di hadapan putri tunggalnya itu.

"Ayah," raung Bulan saat melihat tubuh ayahnya di atas bangkar dengan muka pucat nan damai. "Katanya ayah nggak bakal ninggalin Bulan sendirian, tapi kenapa ayah pergi! Bangun ayah!" teriak Bulan. Beberapa perawat memaklumi tindakan Bulan. Tak memiliki keluarga merupakan hal yang tersulit didunia. Biasanya keluarga yang akan mendorong kita maju di saat kita gagal, tapi sekarang tak ada lagi.

Ireke dan Dirga terlihat berlari dengan tergopoh menuju kearah Bulan dan Nick. Kedua orang tua Bulan sangat baik dan bersahabat dengan orang tua Ozy. Jadi, Ireke dan Dirga merasa bertanggung jawab dengan gadis itu.

"Bulan," panggil Ireke. Bulan menoleh dan langsung memeluk Ireke dengan erat.

"Tante, Ibu dan Ayah sudah nggak ada. Aku sendiri," desis Bulan.

"Tante dan om ada kok Lan, nggak usah khawatir," bujuk Ireke. Bulan hanya mengangguk kecil dan kembali terisak.

♡♡♡

"Zy, lo dimana?" tanya Nick saat sambungan teleponnya langsung saja tersambung dengan telepon milik adiknya.

"Nape sih lu? Nggak biasanya lo nelpon gue," balas Ozy.

"Lo dimana hah!!" bentak Nick. Bukannya dia ingin bersikap demikian. Tapi dia terbawa emosi, Bulan sudah ia anggap adiknya sendiri seperti ia menyayangi Ozy adiknya sendiri.

"Gue di jalan. Lo kenapa sih!? Buru, nanti gue nabrak," papar Ozy dari seberang sana.

Nick menarik nafasnya panjang. Saat ini ia harus tenang. Nick tidak boleh panik, mengingat adiknya itu sedang berada di jalan sekarang.

"Eum, sorry Zy gue cuma baper aja karena nelpon lo untuk yang pertama kalinya,"

"Elah, kayak cewek aja lo Bang!" kekeh Ozy.

"Lo ke Rumah Sakit yang di dekat kompleks, SEKARANG!"

"Siapa yang sakit bang?" seolah tak mendengar pertanyaan Ozy barusan, Nick langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Ia berbalik dan menatap sendu kearah Bulan yang masih terisak di pelukan Ireke.

"Nick," tegur Dirga yang berdiri di samping Nick. "Kamu udah telepon adik kamu?" hanya anggukan kepala Nick yang terlihat.

"Yaudah, bantu ayah urus yang lainnya," ajak Dirga.

♡♡♡

Ozy mengedarkan pandangannya di lobby rumah sakit. Kakaknya yang seperti es batu itu benar-benar membuatnya seperti orang gila saat di telepon tadi.

"Khem," ia berdehem sejenak. Dan menegakkan badannya, ia harus bersikap cool dimana pun. Saat ini, ia tak tahu mau kemana tujuannya tidak jelas. 'Siapa yang sakit sih!? Tuh manusia es batu minta di bacok kayaknya,' gerutunya dalam hati.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang