Bab 32

144 4 0
                                    

"Gimana kuliahnya?" sambut Caitlyn saat melihat Bulan muncul dari arah ruang tamu. Sudah 5 bulan yang lalu Bulan berkuliah disana, dan setiap pulang ia selalu mendapati Caitlyn duduk dengan manis di meja makan sambil memakan cemilan dengan pertanyaan yang sama.

"Seperti biasa," jawab Bulan sekenanya. Memang hanya itu jawaban yang selalu terlontar saat Caitlyn menanyakan hal itu.

Caitlyn meniti penampilan Bulan yang mengenakan baju musim dingin dari atas hingga bawah. Serumah dengan Bulan dalam urung waktu lebih dari 5 bulan ini tak membuat Caitlyn banyak mengetahui tentang Bulan.

Gadis itu hanya tahu kalau kedua orang tua Bulan telah wafat. Dan Bulan mendapat beasiswa kesini. Hanya itu. Berbeda dengan Caitlyn yang sangat cerewet menceritakan segalanya kepada Bulan, membuat gadis berambut panjang itu hampir mengetahui keseluruhan tentang Caitlyn.

"Diluar suhunya berapa Lan?" tanya Caitlyn saat Bulan telah menganggantung mantelnya di gantungan topi yang tersimpan disudut ruang tengah.

"Nggak tahu kak! Kan aku nggak bawah termometer untuk ngukur," gurau Bulan. Ia menarik mangkok sereal milik Caitlyn dan mencomotnya.

"Kan bisa cek di hp,"

"Kan kakak bisa lakukan sendiri," balas Bulan. Gadis itu selalu saja memiliki cara untuk membuat wajah Caitlyn merenggut karena gagal beradu argumen.

"Temen kamu dari Indonesia selama ini belum pernah nelfon?" alih Caitlyn. Jika ia melanjutkan perdebatannya tadi, ia bisa kalah telak dengan Bulan.

"Nggak, kan aku ganti nomor Inggris,"

"Kan bisa lewat skype," Bulan menatap Caitlyn dengan sorot mata yang tak terbaca. Caitlyn belum pernah melihat Bulan begitu. "Kenapa? Aku salah?"

"Nggak! Cuma aku kesini diam-diam," Caitlyn menatap Bulan dengan tatapan memangsa. Tidak biasanya gadis itu mau menceritakan masalahnya duluan. Dua kisah hidup Bulan yang Caityln ketahui itu karena Caitlyn yang memancing agar Bulan mau bercerita. "Sebenarnya, dari awal itu aku nggak mau menerima tawaran beasiswa ini. Tapi Ozy, dia itu sahabat aku dari masih janin nggak tahu kenapa, waktu dia nembak cewek itu dadaku kayak tertekan gitu. Dari situ aku yakin kalau aku bakal ambil beasiswa ini," cerita Bulan. Caitlyn mengangguk paham. Kisah cinta yang sangat sederhana.

"Kamu masih mikirin dia?" pancing Caitlyn. Ia tahu kalau gadis remaja itu baru saja mengalami yang namanya fase jatuh cinta.

"Aku nggak nyangkal kalau aku jatuh cinta," tutur Bulan. Ia bangkit dari duduknya dan menyerahkan mangkok kosong kearah Caitlyn.

♡♡♡

Ozy mendesah frustasi. Sudah lebih dari 5 bulan pria itu mengunjungi rumah Bulan yang bernotabenenya merupakan tetangga rumahnya. Tapi yang ia dapat hanyalah satu, seorang ibu dengan bayi manis digendongannya.

"Bulan mana Bu?" tanya Ozy setelah mengucap salam.

"Mas siapa? Temennya mbak Bulan?" dengan ragu Ozy mengangguk kecil. "Mbak Bulan katanya pergi kuliah mas,"

Ozy mengernyitkan keningnya kala itu. Ia juga saat ini kuliah di kampus Nick, tapi tidak menemukan Bulan. Padahal, saat masih sekolah dasar Bulan pernah bercerita akan selalu mengikuti Nick dimana ia bersekolah. Dan saat itu, entah dorongan darimana Ozy juga selalu menjadi pengikut Bulan.

"Kuliah dimana Bu?"

"Ibu nggak tahu mas! Kata mbak Bulan sih dia cuma mau ngontrakin rumahnya selama 4 tahun. Waktu ibu tanya dia kuliah di Jakarta, mbak Bulan hanya senyum," jelas ibu itu.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang