Bab 10

216 8 0
                                    

"Aduh," leguh ayah Bulan saat ia baru saja menuruni tangga rumahnya. Bulan segera saja berlari menghampiri ayahnya yang tengah memegangi kepalanya.

"Yah, ayah!" panggil Bulan dan membantu ayahnya duduk di sofa yang ada di depan televisi rumahnya. "Are you okey?" tanya Bulan. Surya, ayahnya hanya mengangguk dan menyesap segelas air putih yang disodorkan Bulan untuknya.

"Ayah cuma pusing sedikit! Kalau sudah minum obat pasti akan baik lagi," jelas Surya. Bulan mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dan mengambil selembar roti gandum untuk ayahnya. "Kamu pergi sekolah saja sana! Ayah juga sebentar lagi mau pergi ke  sekolah" Bulan mendengus pelan. Namun tetap melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumahnya.

♡♡♡

Baru kali ini Bulan merasakan gugup, gemetar, dan seluruh tubuhnya seperti berada di kutub. Sebentar lagi namanya di panggil oleh guru matematikanya untuk membagikan hasil ulangan minggu lalu.

Sedangkan di belakang Ozy hanya cekikikan tidak jelas memperhatikan Bulan yang terlihat sangat khawatir di depannya.

"Santai aja kali! Biasanya lo kan suka PD abis!" Bulan memandang Ozy dengan tajam. Ozy memang benar, ia harus tetap santai. Ozy bukanlah saingan yang pantas bagi Bulan.

"Bulan Syawiyah," Refleks Bulan berdiri tegak dan berjalan dengan kaku menuju meja guru yang ada di depan. "Nilai yang lumayan tinggi,"

Bulan tersenyum lembut kepada guru matematikanya itu. Ia bersenandung dengan riang menuju bangkunya.

"Gue 99!" ujar Bulan dengan bangga dihadapan Ozy.

"Fauzi Dirgantara," panggil guru matematikanya. Bulan mengedipkan matanya sebelah saat Ozy memandangnya dengan santai.

Mata Ozy membulat saat melihat kertas ulangannya. Bulan yang melihat ekspresi terkejut Ozy, menatap pria itu dengan rasa penasaran yang membuncah di kepalanya.

"Lo dapet berapa? Lo jadi supir dan budak gue nggak?" tanya Bulan bertubi-tubi. Ia menarik kertas hasil ujian Ozy dengan paksa. "Ini nggak salahkan?"

Ozy mengangguk mantap dan membiarkan Bulan meniti kembali hasil pekerjaannya.

"L.. Lo dapat nilai 99? Makan apaan lo? Biasanya standar cuma 7 doang!" dengus Bulan dan mengembalikan kertas jawaban Ozy. "Gue curiga, lo nyontek di gue!" tuduh Bulan.

"Enak aja main nuduh, pegang kertas cakaran lo aja, ganasnya minta ampun. Gimana gue nyonteknya?" elak Ozy. Ia menyentil jidat Bulan agar perempuan itu jengah menatapnya dengan introgasi.

"Sakit pe'a!"

"Jadi, siapa yang kalah nih? Nilai kita aja sama?"

"Jelaslah lo yang kalah! Nilai lo kan palsu, bisa aja lo nyogok gitu,"

"Eh, Bulan-Bulan di langit! Nilai gue bersih ya, enak aja lo main nuduh-nuduh nggak jelas dari tadi!"

"Jangan konyol deh, ngalah aja satu," lerai Rafto dan menjitak kepala Ozy. Dia masih dendam sama sahabatnya itu karena insiden kemarin.

"Nggak! Gue nggak mau ngalah. Enak aja, si Kupret Ozy ini nyuruh-nyuruh gue!" elak Bulan dengan tegas.

"Kalau gitu gue juga nggak mau ngalah! Masa iya cowok ganteng gini jadi tukang ojek noni belanda kayak lo!" cibir Ozy. Bulan memeletkan lidahnya dan kembali menghadap kedepan.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang