Bab 16

184 8 0
                                    

Bulan tersentak saat merasakan tangan Rafto langsung saja merangkulnya. Saat ini ia tengah berajalan di koridor menuju kelasnya.

Rafto terlihat tersenyum sehingga kedua lesung pipitnya terlihat dengan jelas. Bulan menelan ludahnya dan berusaha untuk menetralkan degup jantungnya yang tak selaras dengan denyut nadinya.

"Morning, Month!" sapa Rafto, Bulan tersadar dan menggeleng sebentar.

"Month? Aku Bulan!" dengusnya.

"Kan artinya sama sayang," ada perasaan hangat yang sudah berulang kali datang menyerang pipi Bulan.

'To, masih pagi jangan buat gue melting di koridor please,' teriak Bulan dalam hatinya. Ia benar-benar seperti tersengat ribuan volt listrik saat Rafto memanggilnya sayang.

"Bareng yuk, kalau jalan sendiri kayak jomblo aja!" kekeh Rafto. Ia mencubit pipi Bulan yang memerah dengan gemas.

"Aku nggak jomblo," tegas Bulan. Ia menatap Rafto yang masih terlihat menahan tawanya.

"Aku nggak bilang kamu jomblo kok, aku cuma bilang kalau terlihat seperti jomblo. Bukan berarti jomblo, sayang," jelas Rafto. Ia menggandeng tangan Bulan melewati koridor sekolah yang sudah mulai nampak ramai.

Sekarang, Bulan tidak peduli lagi dengan bisikan-bisikan halus para kaum hawa saat ia dan Rafto melintas. Yang ia tahu kalau saat ini jantungnya tengah berperang dengan hebat didalam sana, sampai-sampai dentuman-dentuman dan debarannya dapat Bulan rasakan dengan cepat.

"Eh, lo berdue jadien ye?" seru Farid yang berdiri diambang pintu menghadang jalan Rafto dan Bulan.

Leonard yang tengah duduk didepan kelasnya berlari kearah Farid yang menatap Bulan dan Rafto. Kelas Leonard tidak jauh dari kelas Bulan, Rafto, Farid, dan Ozy. Sehingga, dengan mudah Leonard mendengar teriakan Farid barusan.

"To? Lo beneran nembak Bulan?" Rafto mengangguk mendengar pertanyaan Leonard yang baru saja tiba. Para siswa yang melintasi koridor kelasnya menatap empat orang itu sebagai objek penglihatan dan pendengaran mereka. Bahkan ada juga yang mulai mengerumuni keempatnya seolah merupakan tontonan yang menarik.

'Bulan jadian dengan Rafto,'

'Apa gue bilang, lo nggak percaya sih dengan gue,'

'Ozy belum dateng nih,'

'Mereka berdua romantis deh! Gue setuju!'

'Kok bisa sih? Bukannya Bulan sama Ozy?'

'Terus waktu di kantin itu karena ini?'

Indera pendengaran Bulan menangkap dengan jelas bisikan siswi yang memang sudah siap untuk menyaksikan apa yang akan diucapkan Rafto nanti.

Dalam hati Bulan ingin sekali memukul Farid yang mulutnya tidak bisa ia kontrol.

"Kapan lo jadian?" tanya Leonard, membuat para siswi penggosip mulai menajamkan pendengaran mereka.

Bulan hanya bisa tertunduk dan tak tahu apa yang akan harus ia lakukan saat ini. Sedangkan Rafto, pria itu terlihat santai dan cuek dengan sekitarnya. Bulan mengeratkan genggamannya pada tangan Rafto membuat pria itu menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Kepala Bulan menggeleng seolah mengisyaratkan kalau Rafto diam saja, dan memberitahu sahabat-sahabatnya juga, Leonard dan Farid.

"Gue dan Bulan baru jadian kok!" Bulan melotot dan menarik nafasnya dalam-dalam. Rafto salah mengartikan isyaratnya barusan.

"Baru jadian?" Rafto mengangguk mantap sedangkan Bulan hanya pasrah dan mengangguk pelan.

Ternyata begini rasanya diintrogasi di depan banyak orang bikin malu dan takut. Jika disuruh memilih pasti dengan mantap Bulan memilih untuk ditatap dan diintrogasi oleh Sherin saja.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang