Bab 30

147 5 0
                                    

"Baik Pak, terima kasih," ujar Bulan dengan senyum manis. Pak Kurso hanya mengangguk dan membiarkan Bulan keluar dari ruangannya.

Di luar ia menghembuskan nafas lega. Setidaknya, ia sudah memiliki tujuan dan pilihan sekarang.

"Bulan," kepala Bulan menoleh menatap sengit kearah pria yang sudah ia hindari sejak kemarin.

"Lo kenapa sih ikutin gue?!"

"Gue nggak ikutin lo. Sebelum gue kuliah, gue cuma berkunjung ke sekolah kok," bantahnya.

"Okey, what ever," Bulan berjalan dengan cepat meninggalkan Ozy yang menatapnya sendu.

"Bul, gue mau ngomong,"

"Gue nggak!"

"Tapi dari tadi lo udah ngomong," Bulan membulatkan matanya. Ozy dengan cepat menariknya membawa ia ke taman dimana awal mula Rafto menembaknya.

"Lo kok seenaknya sih!?"

"Lo juga kenapa seenaknya ngehindarin gue?" tanya Ozy balik.

"Ya karna,"

"Karena apa?! Lo juga sukakan dengan gue?!"

"Idih ogah!" bantah Bulan. Sambil bersendekap dada dia menatap Ozy dalam diam. Tatapan tersendu yang ia miliki.

"Yakin terus siapa yang bilang Gue benci lo bukan karena sesuatu perasaan yang tak suka. Melainkan, perasaan sayang gue menggebu-gebu dan membuat gue selalu ingin mencari perhatian lo dengan cara benci dengan lo, siapa?" goda Ozy. Ia mencubit pelan pipi Bulan yang sengaja di gembulkan oleh si empunya.

"Pegang-pegang lagi!" ia menghempaskan tangan Ozy yang bertengger di pipinya dan berjalan berlalu meninggalkan pria yang menertawainya itu.

"Bulan, gue mau ngomong serius," tegur Ozy. Bulan menghentikan langkahnya.

"Ngomong aja,"

"Lo jangan jauhin gue dan jangan pernah ngehindar dari gue," tegas Ozy. Bulan menegakkan badannya saat mendengar kalimat Ozy.

"Hm," hanya itu yang keluar dari mulut Bulan. Ia kembali meninggalkan Ozy yang masih diam mematung. "Sorry Zy," gumamnya.

♡♡♡

Dalam hati, Sherin merutuki dirinya sendiri yang memiliki keingin tahuan yang tinggi.

"Kenapa gue kepo sih!" rutuknya. Ia berjalan dengan cepat di koridor sekolah yang akan ditinggalkannya.

Seharusnya hari ini ia hanya nonton santai di rumah dengan stoples cemilan kesukaannya yang berada di genggaman tangan. Tapi karena ia penasaran bagaimana cara berbaikan ala duo sijoli Bulan dan Ozy sehingga ia tergesa kesekolah ini.

"Duh mampus," rutuknya lagi. Terhitung sudah lebih dari sekali ia merutuk dan mengumpat dalam sejam lalu.

"Hati-hati elah," ujar pria yang tadi tak sengaja menabraknya. Sherin berdiri dari duduknya dan sedikit meringis karena bokongnya yang tadi terhempas ke lantai koridor.

"Kenapa lo yang marah sih! Kan lo yang nabrak gue," bentak Sherin.

"Jaga ya mulut lo. Di sini tuh adek kelas dilarang ngebentak kakak kelas," mata Sherin membulat. Apa-apaan pria ini? Itulah yang ia ucapkan dalam hati.

Adik kelas? Pertanyaan itu terngiang di kepalanya. Sherin tak pernah menyangka kalau ia memakai seragam akan terlihat seperti adik kelas. Jika saja ia tahu, tadi ia akan memakai baju biasa saja ke sekolahnya.

Cinta dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang