Aku lagi bahagia-bahagianya makanya rajin ngetik.
Ya meskipun buat publish musti nunggu dapat wifi dulu,dan dapatnya pun tengah malam.wkwkkkk
Terimakasih bagi yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca,mem-vote juga memberi kritik dan saran,lurve you 😊
Sekali lagi ini alurnya slow banget,minim konflik....
Selamat membaca readernim"Selesai....."
Jimin mengepalkan tangannya ke udara,melakukan selebrasi kecil atas dua jam melelahkan yang sudah kami lewatkan untuk menyelesaikan bahan presentasi untuk mega project yang sedang dikerjakanya.Ini adalah project pertamanya sebagai CEO Park Corp.Sejauh ini dia begitu bersungguh-sungguh dan berusaha sekeras mungkin.Sebenarnya aku sedikit terkejut,dibalik sikap pecicilannya dia bisa serius juga dalam mengerjakan sesuatu.
"Menurutmu apa ini sudah bagus?" tanyanya,sesaat tampak tidak percaya diri akan apa yang dikerjakannya.Aku tahu dia pasti luar biasa gugup dan juga tertekan.Ini bukan hal yang kecil.
Aku tersenyum mencoba menyemangatinya.
"Ini,oke." kataku. "Tapi kau perlu mendiskusikannya pada Namjoon juga Presdir Park.Aku tahu ini project-mu,tapi mungkin saja mereka punya beberapa masukan yang bagus" Lanjutku."Baiklah." kata Jimin.
Kulihat kertas-kertas di atas meja masih berantakan,Jimin ini jorok sekali.Tanganku saja gatal ingin merapikannya sedangkan CEO konyol Park Jimin tampak berleha-leha sembari memainkan ponselnya dengan perasan bahagia.
"Namjoon akan membereskan itu,hyung." ujarnya,protes akan tindakanku merapikan tumpukan kertas.
Cih...Yang benar saja,aku memutar bola mataku malas. "Kurasa sesaat yang lalu kau setuju akan 'tidak-merepotkan-Namjoon-karena-sindrom-pranikah'.Ck...mulutmu memang cerdas sekali" sindirku,dan dia hanya memberikan cengiran aku tak bersalah-nya.
"Baiklah,aku akan kembali ke kantorku." kataku,bangkit dari sofa kulit mahalnya,sedikit merenggangkan badanku saat berdiri.
"Tunggu! Siap bilang kau boleh pergi??" protesnya,menggoyangkan jari telunjuknya tepat di depan wajahnya.
Oh,apa lagi? Batinku kesal.
"Duduklah,ada yang ingin aku katakan padamu." katanya,lebih tepatnya memohon.Sepertinya aku tidak punya pilihan lagi selain duduk.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" todongku langsung,moodku benar-benar dalam angka nol meter bila hanya untuk mendengar hal tidak penting.
"Apa kemarin Jungkook mengundangmu ke rumahnya?" selidiknya. "Err...maksudku,rumah orang tuanya,bukan apartementnya." lanjutnya.
"Kenapa kau begitu ingin tahu?" tanyaku,jujur saja aku terganggu oleh pertanyaanya,apapun dasarnya dia bertanya padaku.
"Kenapa dia mengundangmu kesana?" Jimin menjawab pertanyaanku,dengan pertanyaan.Wajahnya begitu serius saat bertanya. Oh may.....apa sekarang masalah pribadiku jadi konsumsi publik disini?Aku benar-benar kesal.
"Itu bukan urusanmu" desisku kesal.
"Ya itu urusanku,Hyung." sergahnya.Kenapa dia terlihat marah,akulah yang berhak marah disini. "Kalian sudah berakhir."
"Ap-...apa maksudmu?" tanyaku tergagap.Beberapa hal berputar cepat dikepalaku.
Jimin mengusak rambutnya frustasi,mukanya memerah sempurna hingga ujung telinganya.Apa yang salah?.
"Apa tidak terlihat jelas?Apa kau tidak melihatnya dengan jelas?"
"Apa yang coba kau katakan Jimin?kau membuatku semakin kesal." semburku antara kesal dan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story (Kookga) ~ END
Fanfictionboy x boy (yaoi) all bangtan (BTS)member the other idol as suporting cast mature content 13+ It's yoongi x all bts member except namjin. Enjoy it 😊