"Vania, lo mau kan jadi pacar gue?"
Seorang cowok berperawakan tampan, sedang berlutut di depan Vania lengkap dengan sebuket bunga mawar yang ada di tangannya. cowok itu sudah berlutut dari beberapa menit yang lalu hanya untuk mengungkapkan isi hatinya kepada cewek yang dia sukai.
Para murid-murid yang berada di lapangan ikut berkumpul dan di buat gempar dengan aksi Delon salah satu anggota tim Basket yang di kenal sebagai salah satu cowok tertampan di sekolah ini.
"Gue udah lama suka sama lo. gue cinta sama lo. gua sayang sama lo Vania, maukan lo jadi pacar gue?" harap Delon masih dalam keadaan berlutut dan mengarahkan sebuket bunga mawar ke arah Vania.
Basi!
Vania melipat kedua tangannya di dada. matanya memutar malas. dia nggak berniat membuka suara ataupun menerima uluran buket bunga dari Delon.
Delon semakin di buat cemas pasih karna khawatir cintanya tidak akan di terima oleh Vania. "Vania, lo mau kan?"
"Nggak!"
Hati Delon terasa retak tatkala sederetan kalimat penolakan di ucapkan oleh Vania, kekecewaan meliputi dirinya dan jangan lupakan rasa malu yang menghampiri dirinya. Dia kira Vania akan menerimanya. Walaupun kebanyakan dari cowok yang menembak Vania di tolak. Tapi Delon kira kata 'Tolak' itu tidak berlaku kepadanya.
"Tapi Vania.. kenapa? Apa yang kurang dari gue? Apapun yang lo mau bakalan gue penuhi, apapun Van. tapi plase jadi pacar gue ya?"
"Udah gue bilang nggak mau, ya. tetep nggak mau!! Mending lo cari cewek lain sana." murid-murid yang lagi berkumpul di lapangan langsung di buat kaget akan jawaban yang di berikan Vania.
Hei ayolah, Vania baru saja menolak cowok super tampan seperti Delon yang banyak di kagumi kaum hawa dan Vania sendiri sudah membuang kesempatan, yang menurut para cewek itu berharga, gila saja. Delon yang di kejar-kejar kaum hawa berakhir di sia-siakan oleh seorang Vania Zerlinda.
"Udahlah, lo ganggu waktu gue. Mending lo pergi sana. males gue ketemu sama elo." Vania berucap tanpa memikirkan perasaan Delon yang sakit karnanya.
Sementara itu di atas sana. tepat di koridor lantai dua yang berhadapan langsung dengan lapangan yang berada di bawah. Terdapat beberapa cowok yang berdiri memperhatikan situasi keramaian dari atas.
"Widih! Gila. Delon di tolak mentah-mentah woi!!" Aidan melotot saat melihat serangkean aksi tolak yang di lakukan Vania kepada Delon di bawah sana.
"Tampang kayak Delon aja di tolok apalagi tampang kayak gue. udah kelar dah dunia ini." ucap Gahral dengan helaan nafas panjang.
"Udah jangan berharap lo bisa dapetin Vania. putusin jari syahadat gue, kalau lo bisa dapetin Vania." Bragy memohokan Gahral yang berada di sampingnya.
Delvin yang sedari tadi tengah membaca bukunya dengan keadaan berdiri. Beralih memalingkan wajahnya menatap ke arah bawah. tepat di mana Vania sedang berdiri sambil berkacak pinggang, dengan keadaan Delon yang sedang bertekuk lutut dengan sebuket bunga mawar di tangannya. "Emangnya tuh cewek bagusnya apaan sih?" tanya Delvin dengan nada super dinginnya.
Sontak pertanyaan Delvin membuat Aidan, Bragy dan Gahral. menoleh cepat ke arahnya dengan wajah melongoh. "Vania masih lo tanya! Cewek cantik kayak gitu, masih lo tanya apa bagusnya." Aidan menggelengkan kepalanya ke arah Delvin. "lo cowok apa bukan sih. Emang nggak ada rasa tertarik sedikitpun ke Vania."
"Apa untungnya gue tertarik sama dia? Cewek modal tampang, otak kosong doang." celetuk Delvin.
"Wah parah. parah, nih cowok" Gahral menggelengkan kepalanya. "ini emang belum saatnya Vin, tapi gue jamin lo juga bakalan suka sama dia. Tinggal tunggu waktu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinque
Teen FictionVania Zerlinda pernah berkata. "Gue nggak akan, ninggalin sahabat gue demi cowok." Tiba-tiba, Delvin Arsen Aldarich selaku ketua OSIS paling tampan satu sekolahan lewat. "Minggir dulu lo sono, buset ganteng banget tuh cowok." "Bangsat, Vania." "Maa...