"ADUH DELVIN LO BEGO!!!"
Ruel memekik kencang-kencang sampai rasanya apertement seluas lapangan golfnya akan runtuh, dia sangat muak ketika mendengar Delvin menceritakan sesi curhatnya dengan alur sangat menyebalkan. Sebagai seorang cowok pemegang kategori Malaikat memahami hati wanita, Ruel tentunya sangat dibuat gemas begitu tahu Delvin sang robot gila ini justru mengatakan sesuatu yang sangat tidak pantas kepada cewek yang terang-terangan dia cintai setengah mati.
"Sumpah ya! Seharusnya waktu itu gue buka les privat memahami hati cewek, lo benar-benar psiko nggak tertolong."
Delvin memijit dahinya dengan lagak frustasi. "Apa gue terlalu kasar?"
"Idih si bangke nanya pulak! YA IYALAH! ITU NAMANYA LO NGANCAM VANIA! BEGO! LO NGANCAM DIA! Lo harus tahu sesuatu yang sangat di benci cewek itu adalah ancaman apalagi dari seorang cowok yang dia suka," Ruel berdesis. "Sialan tenggerokan gue sakit gara-gara teriak mulu, elo sih. Jadi cowok kok kayak robot era-nya Doraemon, ke masa depan aja sono lu biar pacarannya sesama robot supaya nggak usah pakai hati."
"Gua hanya khawatir, bayi yang di kandung Laura kenapa-napa. Lo tahu sendiri gue panik banget saat itu."
"Ya iya gue tahu. Tapi nggak gitu juga lo cara Ngomongnya ke Vania tolol. Emang Vania tahu Laura hamil? Enggak kan! Ya wajarlah. Lagian gue juga nggak mau negatif thingking duluan mengingat sifat Laura emang rada nyebelin bisa jadi dia yang cari gara-gara duluan sama Vania."
"Kalau terjadi sesuatu sama bayi itu, semuanya akan makin sulit dan gue juga nggak akan memaafkan diri gue sendiri karena nggak becus jagain dia."
Ruel menghela nafas berat. "Aduh masalah percintaan lo kok jadi gue yang pusing. Gini aja deh Vin, lo ikut gue aja ke Italia, lari dari kenyataan hidup sepahit obat malaria ini." Tentunya Ruel mengatakan dengan nada bercanda, membuat Delvin yang resah langsung melemparkan remot tv kepadanya.
"Gue serius Ruel."
Ruel mendengus. "Lagian elo juga salah. Siap-siap aja lo jadi cowok brengsek dan dibenci Vania."
"Dia masih sangat mencintai gue, apa besar kemungkinannya dia bisa membenci gue?"
"Kalian masih saling mencintai, tapi gue nggak bisa jamin setelah ini mungkin Vania bisa membenci lo karena sikap lo yang kasar itu."
"Gue melakukan ini semua demi dia."
"Tapi cara lo melakukannya salah Delvin."
"Lalu gue harus bagaimana? Hampir semua yang gue lakukan salah." Delvin mengerang kasar, mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan.
Ruel mengamati Delvin dengan sangat serius. "Lo harus bisa memilih."
"Maksud lo?"
"Gue akan menjalankan rencannya sesuai kemauan lo, tapi untuk saat ini lo harus memilih mana yang akan lo prioritaskan. Walaupun lo nggak bisa melepaskan keduanya tapi lo harus melakukannya agar salah satu dari mereka nggak tersiksa."
Delvin terdiam cukup lama.
"Vania atau Laura? Semuanya tergantung keputusan lo Delvin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinque
Teen FictionVania Zerlinda pernah berkata. "Gue nggak akan, ninggalin sahabat gue demi cowok." Tiba-tiba, Delvin Arsen Aldarich selaku ketua OSIS paling tampan satu sekolahan lewat. "Minggir dulu lo sono, buset ganteng banget tuh cowok." "Bangsat, Vania." "Maa...