Delvin tidak suka minum alkohol, walaupun begitu dia menerima tawaran sampanye dengan niat menghargai pemberian orang sambil bercengkrama ria mengenai perusahaan yang dijalani keluarganya. Dia meladeni mereka sekenanya, namun kehadiran Vania di tengah-tengah pesta membuat Delvin sempat merasa bersalah sekaligus cemburu karena mantannya itu datang bersama Delon.
Pikiran Delvin seketika kacau, sejak Laura meninggalkannya untuk ke kamar mandi, Delvin langsung mengambil kesempatan itu untuk menjauh dari keramaian dan menyendiri di luar balkon. Udara yang menerpanya terasa sangat dingin, dia tidak peduli sekalipun suhunya akan membuat dia masuk angin yang ia lakukan hanyalah menatap kerlipan lampu ibu kota yang menghiasi malam dari ketinggian gedung mewah tempatnya berdiri.
Sampanye di tangan kanannya tidak tersentuh sedikitpun, Delvin sesekali mengaduknya dengan helaan nafas kasar dan tubuh enggan beranjak.
"Butuh bantuan?"
Delvin mendelik ketika dia mendengar suara bariton seorang pria sekaligus hentakan sepatu pantofel yang berjalan mendekatinya.
"Pergi lo."
Dimitri baru berdiri di samping Delvin ketika cowok itu secara kurang ajarnya berekspresi acuh terhadapnya sekaligus mengusirnya dengan tidak hormat. Dimitri tidak marah, dia hanya menyunggingkan senyum miring sembari mengambil sampanye dari tangan Delvin lantas meminumnya hingga tandas tak tersisa.
"Cih bodohnya lo nggak suka minuman seenak ini." Ujar Dimitri setelah usai meneguk minuman beralkohol tersebut seakan meminum air putih. "Masih tetap Delvin yang sama dan nggak berubah."
Delvin memejamkan matanya sejenak. "Tutup mulut lo, berisik."
"Bagaimana keadaannya?" Dimitri bertanya, dia menaruh gelas sampanye di atas penyangga balkon yang tebal dan ikut memandangi kota malam bersama Delvin. "Gue harap kesehatan dia dan bayinya baik-baik aja."
Delvin melirik sejenak Dimitri yang ada di sampingnya, hening karena Delvin tidak menjawab. Hal itu membuat Dimitri kembali berkata.
"Yah, bagaimanapun Makasi."
Delvin berdecih. "Untuk apa? Untuk lo yang merelakan semuanya dan membiarkan darah daging lo sendiri nggak tahu mana Ayah dia yang sebenarnya?"
"Gue tahu keputusan yang gue ambil salah. tapi, " Dimitri menghela nafas kasar. "Laura mencintai lo, gue bisa apa?"
"Brengsek."
"Gue tahu, nggak usah di ingatin Delvin."
"Pergi lo! gue lagi nggak kepengen nonjok orang sekarang."
"Bagaimana pun cepat atau lambat akan ketahuan, tapi untuk sekarang tolong jaga dia untuk gue."
Delvin diam, tidak menjawab tidak pula bersikap tak peduli. Ekspresinya berubah sejenak ketika dia tidak sengaja mengalihkan pandangan dan tatapannya jatuh pada seorang gadis berambut panjang yang tengah berlari dengan mata sembab keluar dari ruangan ballroom. Delvin tercekat apalagi ketika dia menyadari gadis itu adalah Vania yang tampak sedih dengan Delon yang berusaha mengejarnya dari belakang.
Dalam hatinya bertanya, ada apa dengan Vania yang terlihat kacau. Mungkin bukan hanya dia yang menyadari hal tersebut, Dimitri juga melihatnya namun ketika Delvin akan beranjak untuk mengejar Vania, Dimitri lebih dulu menahan pergelangan cowok itu dengan gelengan kepala sesaat setelah Delvin menatapnya dengan tajam.
"Jangan kesana kalau lo nggak mau bikin urusannya tambah panjang."
Delvin mengibaskan tangan Dimitri kasar dari lengannya.
"Delvin ada Ayah lo disini! Dia tentunya nggak akan suka dengan keputusan lo!"
Delvin tak peduli dengan omongan Dimitri, dia berjalan keluar mengikuti langkah kemana Vania pergi, acara puncak dari pesta bahkan belum di mulai namun Delvin rasa dia tidak akan bertahan lama disini karena gelisah dan rasa tak tenang memenuhi semua ruang di pikirannya. Vania adalah alasan terbesarnya hingga saat ini, gadis itu tetaplah prioritas yang tak bisa Delvin abaikan eksistensinya walaupun semesta melerang mereka untuk bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinque
Teen FictionVania Zerlinda pernah berkata. "Gue nggak akan, ninggalin sahabat gue demi cowok." Tiba-tiba, Delvin Arsen Aldarich selaku ketua OSIS paling tampan satu sekolahan lewat. "Minggir dulu lo sono, buset ganteng banget tuh cowok." "Bangsat, Vania." "Maa...