46 - Pemberi Cinta & Benci

1.3K 140 75
                                    

Sebelumnya Delon belum pernah berkunjung ke rumah Vania, dia tahu alamatnya dan juga beberapa kali sering lewat melihat Vania dari kejauhan, memantau perempuan yang dia sukai itu apakah telah sampai di rumah dengan selamat atau tidak. Dulu Delon tidak punya keberanian besar maupun tidak memiliki alasan untuk bisa bertemu Vania dia rumahnya. Benar, dia sangat mencintai Vania sampai sekarangpun masih tetap sama, namun dia tahu diri kalau cewek itu tidak menyukai eksistensinya.

Sengaja, kali ini Delon tidak mengambil arah jalan ke apertement untuk pulang melainkan berbelok dan masuk ke daerah perkomplekan dimana rumah Vania berada, sebelumnya Delon telah berpikir matang bahwa dia akan datang ke rumah Vania dengan tujuan ingin memastikan kondisi gadis itu baik-baik saja. Sejujurnya Delon sangat khawatir setelah Vania menemui Delon di lapangan terakhir kali, cewek berwajah cantik itu tidak masuk sekolah selama dua hari berturut-turut. Delon dibuat cemas apalagi gosip di sekolah semakin menjadi-jadi pasca hubungan Delvin dan Laura terkuak, ditambah dengan keadaan dimana Vania menghilang seperti di telan bumi, para murid-murid pun menjadi semakin gila menyebarkan opini mereka mengenai masalah percintaan sang ketua OSIS beserta pacarnya yang sekarang.

Tentunya semua semakin tak terkontrol, ketika Delvin tampak bermesraan dengan Laura di saat semua orang tahu kalau Delvin dan Vania masih berstatus pacaran.

Delon juga sempat mendengar gosip yang mengatakan bahwa Vania di campakan oleh Delvin karna Vania berselingkuh, itu konyol. Bahkan saat mendengarnya dari sekelompok cewek yang sedang bergosip-ria di kantin, Delon sengaja menumpahkan kopi dingin yang ia pegang ke seragam cewek itu hingga dia terpekik kaget, Delon tidak peduli dengan tindakan bullying-nya sekalipun Delvin sedang duduk di kantin, makan bersama Laura dan menatap ke arahnya dengan jenis pandangan dingin tak bereskpresi.

Sekali lagi, Delon tidak peduli!

Delon benci saat mendengar seseorang menceritakan kejelekan Vania di belakangnya. Selama dia masih hidup, tidak ada seorang pun yang boleh menyakiti Vania. Bahkan Delvin sekalipun akan Delon buat perhitungan dengannya.

Rasanya sangat gugup ketika Delon memutuskan untuk turun dari mobilnya lalu mengumpulkan niat untuk masuk ke rumah Vania. Sejenak, dia mengambil nafasnya secara teratur kemudian membuka gerbang rumah dan berjalan menuju pintu hendak mengetuk ketika di waktu bersamaan mendadak seorang cowok yang Delon tidak kenal siapa dia membukakan pintu dari dalam. Dia mengenakan baju latihan Taekwondo yang atasannya dilapisi Jaket Nike hitam beserta tas sampiran besar. Bisa ditebak cowok yang satu ini pasti ingin pergi ke pelatihan Taekwondo.

Gavriel menaikan sebelah alisnya saat melihat seorang cowok berseragam sekolah yang sama dengan Vania telah berdiri di depan rumah. "Siapa ya?"

Delon berdehem canggung, "Vania nya ada?"

"Temennya Vania ya?"

Delon mengangguk. "Iya, gue mau ketemu dia. Bisakan?"

Tak terduga sebelumnya, Gavriel justru menghela nafas dengan raut wajah tampak sangat khawatir. "Vania ada di dalam, tapi akhir-akhir ini kondisinya kurang baik, dia nggak mau ke sekolah dan nggak mau makan apapun sampai dia sakit, kalau lo datang kemari buat jenguk dia kayaknya percuma, Vania nggak mau buka pintu kamar dua hari ini bahkan Bunda dan gue juga nggak diizinin masuk."

"Separah itu?"

Gavriel mengangguk. "Lo temannya Vania kan? bisa nggak gue tau gimana spesifiknya Delvin memperlakukan Kakak gue di sekolah? Perasaan yang gue tau hubungan mereka baik-baik aja, tapi kenapa Vania selalu nangis dan bereaksi berlebihan saat gue ngomongin Delvin? Apa mereka beneran udah putus?"

Delon menggeleng, baru mengetahui kalau Vania memiliki adik laki-laki. "Gue nggak begitu tahu soal hubungan mereka."

"Lo bisa langsung masuk ke dalam, kalau yakin Vania mau ketemu lo. Sebenarnya gue nggak begitu yakin, kemungkinan lo sangat kecil selain hanya bisa pulang tanpa liat Vania. Dia keras kepala, Bunda sampai kualahan karna Vania nggak mau bukain pintu buat meminum obatnya." Adalah perkataan terakhir Gavriel, sebelum cowok itu pamit lebih dulu dan meninggalkan Delon sendirian di depan pintu rumah.

KinqueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang